IDTODAY NEWS – Sudah 100 dokter di Indonesia meninggal akibat Covid-19. Disebutkan, itu lantaran beban kerja berlebihan, ditambah jumlah kasus baru yang terus bertambah.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 IDI, Zubairi Djoerban pun tak bisa menyembunyikan kegeramannya kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Itu terkait pernyataan Terawan yang dinilainya seolah malah menyalahkan kedisiplinan dokter dalam menangani pasien Covid-19.

Pernyataan itu disampaikan Terawan dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IX Kamis lalu (27/8).

Saat itu, Terawan menyatakan bahwa meningkatnya jumlah dokter yang terinfeksi Covid-19 karena tidak disiplin protokol kesehatan.

“Pada masa seperti ini diperlukan bahu membahu, kerjasama, gotong royong, jangan saling menyalahkan,” ujar Zubairi Djoerban kepada RMOL, Senin (31/8/2020).

Baca Juga  IDI Bongkar Data: Polisi Meninggal Karena Corona Lebih Banyak dari Dokter

Pakar penyakit HIV/AIDS Indonsia ini menilai, pernyataan Terawan itu sangat tidak tepat. Terlebih di tengah pandemi seperti ini.

Sebab, berdasarkan data yang dia himpun, jumlah dokter di dunia yang tertular sudah mencapai 90 ribu orang.

Bahkan di Amerika, angka kematian dokter mencapai 300 orang.

“Kemudian Filipina pada protes karena APD-nya kurang lengkap. Yang di Perancis banyak sekali ribuan protes karena tidak sesuai incomenya dan APD-nya. Kemudian Spanyol, Italia, Inggris, banyak sekali yang terinfeksi,” ungkapnya.

“Nah, mau nyalahin yang 90 ribu orang itu? Yang bener aja! Ya mbok agak empati juga,” kecam Zubairi.

Baca Juga  IDI: Kematian Nakes Indonesia Akibat Covid-19 Tertinggi di Asia

Lebih lanjut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini meminta pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia bahu-membahu meminimalisir penularan Covid-19.

“Ini waktunya kerjasama untuk gotong royong, bahu membahu mengatasi pandemi, bukan salah menyalahkan. Itu yang pesan utamanya,” tandasnya.

Sementara, Wakil Ketua Umum IDI dr. Mohammad Adib Khumaidi menyatakan, pihaknya saat ini tengah berusaha membuat peta terkait apa saja penyebab meninggalnya para dokter itu.

Termasuk, di daerah mana saja paling berisiko bagi garda terdepan dalam penanganan Covid-19 itu.

“Ya 100 (dokter yang meninggal). Tapi kami masih mau coba buat tabling data dulu. Umur berapa, daerah mana, ada faktor komorbid atau tidak. Lakukan pelayanan di mana,” ungkapnya.

Baca Juga  Kemenkes Buka Suara soal Harga PCR RI Lebih Mahal dari India

Menurutnya, pemetaan ini penting dilakukan agar lebih jelas sehingga risiko kematian dokter bisa ditekan.

“Kami enggak mau IDI seolah terkesan hanya ucapan duka cita doang,” tegasnya.

Adib menyebut, banyaknya kasus baru Covid-19 setiap hari membuat dokter kelelahan.

Padahal saat ini jam kerja dokter sudah dibagi menjadi tiga shift dan tak bisa lagi ditambah beban kerjanya.

“Jam kerja harus proporsional. Kelelahan bisa jadi faktor penyebab, kekurangan APD juga masih masuk di dalannya,” ungkapnya.

Sumber: pojoksatu.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan