IDTODAY NEWS – Tenaga Ahli KSP Ade Irfan Pulungan menanggapi pernyataan Wapres ke-12 Jusuf Kalla (JK). JK merupakan Wakil Presiden era SBY dan Jokowi. Dua kali menjabat Wapres.

“Jadi sangat ironis sekali saya katakan, jika Pak Jusuf Kalla menyampaikan itu, dan disampaikannya dalam forum suatu partai,” ungkap Ade Irfan Pulungan, Sabtu (13/2).

“Sepertinya dia (eks Wapres JK, red) ingin memanas-manasi atau memprovokasi keadaan untuk bisa memberikan arah kepada partai tersebut,” ujar Ade Irfan lagi.

Tenaga Ahli KSP ini menyebut mantan Wapres Jusuf Kalla perlu membedakan antara kritik dan hujatan.

Ade Pulungan ini juga mempertanyakan cara berpikir Jusuf Kalla yang sudah dua kali menjabat sebagai Wapres RI ini.

“Pertama kan harus bisa bedakan antara kritik dan hujatan, caci maki, mana yang dikatakan kritik mana yang dikatakan caci maki. Itu yang harus dipahami oleh Pak JK,” jelas Irfan.

Baca Juga  Presidium Asmapi: Pak JK, Rizal Ramli Tidak Pernah Dicopot Karena Korupsi!

“Saya kira dia sebagai tokoh masyarakat, tokoh publik. Kalau dia mempertanyakan tentang itu, justru saya mempertanyakan tentang logika berfikir dia. Mengapa dia malah menyatakan statement itu,” kata Irfan lagi seperti dilansir detikcom.

Baca Juga: Tanggapi Laporan Alumni ITB terhadap Din Syamsuddin, Menag: Jangan Mudah Beri Label Radikal

Tenaga Ahli KSP ini menuturkan kebebasan dalam memberikan pendapat diatur dalam undang-undang.

Namun pegawai KSP ini menyebut kritik atau pendapat yang disampaikan disertai hujatan dan memenuhi unsur pidana, maka aparat dapat bertindak.

Sebelumnya, Wapres ke-10 dan 12, Jusuf Kalla memberikan sindiran atas permintaan Presiden Jokowi agar masyarakat memberikan kritik keras kepada pemerintah.

Baca Juga  Jubir Jusuf Kalla: Beliau Selalu Dihadapkan Dengan Permintaan Publik Yang Tinggi

Hal ini disampaikan Jusuf Kalla saat diskusi virtual bertema: “Mimbar Demokrasi Kebangsaan” dalam acara diskusi virtual yang digelar Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Jumat (12/2/2021).

Dalam kesempatan itu, Jusuf Kalla juga mengingatkan PKS sebagai partai oposisi untuk melakukan kritik kepada pemerintah.

“Presiden mengumumkan, silakan kritik pemerintah. Tentu banyak pertanyaan. Bagaimana caranya mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi?” kata Jusuf Kalla.

Baca Juga: PPP: Ade Irfan Pulungan Sekadar Mengingatkan Jusuf Kalla

Diingatkan JK, indeks demokrasi di Indonesia saat ini dinilai menurun menurut The Economist Intelligence Unit (EIU).

“Tentu ini bukan demokrasinya yang menurun, tapi apa yang kita lakukan dalam demokrasi itu,” ujarnya.

Baca Juga  Buruh Siapkan Demo Besar ke Istana Negara

Menurutnya, ada hal-hal obyektif yang tidak sesuai dengan dasar-dasar demokrasi.

Dalam demokrasi, warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama, yakni dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Masalah utama dalam demokrasi itu disebabkan oleh mahalnya demokrasi itu sendiri. Sehingga demokrasi tidak berjalan dengan baik.

“Untuk menjadi anggota DPR saja butuh berapa? Menjadi bupati dan calon pun butuh biaya. Karena demokrasi mahal. Maka kemudian menimbulkan kebutuhan untuk pengembalian investasi,” katanya.

“Di situlah terjadinya menurunnya demokrasi. Kalau demokrasi menurun, maka korupsi juga naik. Itulah yang terjadi,” jelas Jusuf Kalla lagi.

Baca Juga: AHY Bisa Jadi Kuda Hitam Pilpres 2024, Asal…

Sumber: pojoksatu.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan