IDTODAY NEWS – Komnas HAM mengungkapkan dua perbedaan penelusuran yang dilakukan pihaknya dengan rekonstruksi kasus penembakan enam laskar FPI yang digelar kepolisian. Perbedaan ini salah satunya terletak pada jumlah titik yang ditelusuri.

“Apa perbedaannya? Ada dua. Satu perbedaan sebaran luasan kalau kepolisian seputaran itu rest area, TKP 1, 2, 3, 4. Hampir semuanya rata-rata yang seperti teman-teman lihat, kami lebih luas,” kata Komisioner Komnas HAM Choirul Anam di kantor Komnas HAM, Jalan Latuharhary, Jakarta Pusat, Selasa (15/12/2020).

Baca Juga  Sambangi Markas Besar Angkatan Darat, Prabowo: Bicara Doktrin TNI AD, Harus Lihat Sumber Hukum

Sebagaimana diketahui, polisi melakukan rekonstruksi di 4 titik yang berada di Karawang, Jawa Barat. Empat titik ini terletak di LSI Karawang, Jembatan Badami, Rest Area Km 50, dan Km 51+200.

Namun, Anam mengklaim Komnas HAM menelusuri lebih banyak titik daripada kepolisian. Selain TKP yang disambangi selama rekonstruksi, Komnas HAM turut memeriksa lokasi lainnya di wilayah Karawang, Jawa Barat.

“Terus Komnas HAM dari situ mengembangkan dari situ lebar ke mana-mana ke dalam Karawang itu juga dapat banyak hal karena tidak semua orang ngasih fokus di situ,” jelasnya.

Baca Juga  Habib Rizieq Shihab: Saya Sekeluarga akan Pulang ke Tanah Air dalam Waktu Dekat

Perbedaan jumlah titik ini pun, lanjut Anam, mempengaruhi saksi-saksi yang dimintai keterangan di lapangan. Di sisi lain, Anam menganggap perbedaan kesaksian ini sebagai hal yang wajar jika mempertimbangkan faktor waktu pengambilan keterangan para saksi.

“Kedua perbedaan soal bisa jadi titik-titik berbeda ini karena mendapatkan keterangan saksinya beda. Karena misalkan kalau ngomong rest area 50, Komnas HAM dapat duluan sebelum hiruk-pikuk segala macam Komnas HAM kan dapat duluan. Makanya ini terbuka informasinya terbuka banyak pihak. Akhirnya langsung nutup tuh masyarakatnya lebih hati-hati berikan keterangan akhirnya semua pihak susah. Nah, Komnas HAM sudah dapat duluan,” terangnya.

Baca Juga  'Kilat Besar' Kata 3 Nelayan saat Sriwijaya Air Jatuh, Janggal: Tak Ada Suara Mesin, Ombak Meninggi

Melalui penelusuran di berbagai lokasi ini, Komnas HAM akhirnya menemukan bukti yang disebutnya dapat membuat terang pengungkapan kasus ini. Belakangan, bukti kuat yang dimaksud adalah proyektil.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan