IDTODAY NEWS – Ketua Umum Pengurus Pusat Badan Koordinasi Mubalig se-Indonesia (Bakomubin) Ali Mochtar Ngabalin tak percaya pelaku penusukan terhadap Syekh Ali Jaber memiliki gangguan kejiwaan.
Dalam perbincangan melalui telepon pada Senin (14/9), Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) ini menyampaikan analisisnya mengenai peristiwa penusukan Syekh Ali Jaber saat mengisi tabligh di Masjid Falahudin, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampung, Minggu (13/9) sore.
Dia melihat sosok ulama asal Madinah itu sebagai orang yang netral.
Tidak memihak ke mana-mana dan tidak ikut-ikutan dalam hiruk pikuk perpolitikan nasional.
Syekh Ali Jaber juga dikenal sebagai seorang habaib, ulama, kiai yang benar-benar memahami tentang ajaran Islam baik itu tauhidnya, tafsir maupun fiqihnya.
“Sehingga dalam hiruk pikuk yang terjadi sebelum pemilu, saat pemilu, setelah pemilu dan sampai hari ini, beliau tetap memberikan pencerahan, pelajaran Islam yang baik dan benar kepada seluruh masyarakat Indonesia. Baik di televisi maupun pengajian-pengajian,” ucap Ngabalin.
Kehadiran sosok Syekh Jaber, lanjut Ngabalin, sama seperti yang dipahami oleh ajaran agama Islam bahwa pemerintah itu adalah tempat di mana untuk bisa berkomunikasi dengan ulama.
“Beliau (Syekh Jaber) tidak memilih jalur seperti banyak yang ekstrem, banyak yang mencederai, banyak yang mencaci maki, menyebarkan berita bohong, menghujat pemerintah. Kemudian menggunakan pilihan-pilihan kata yang mencederai rasa dan perasaan,” tutur Ngabalin.
Ngabalin menyampaikan sejumlah pandangannya mengenai sosok Syekh Ali Jaber, serta analisis mengenai pelaku yang konon disebut mengalami gangguan kejiwaan.
Berikut perbincangan wartawan jpnn.com dengan Ali Mochtar Ngabalin melalui sambungan telepon.
Bagaimana tanggapan Anda soal penusukan terhadap Syekh Ali Jaber?
Syekh Ali Jaber ini kan dikenal sebagai seorang habaib, ulama, kiai yang benar-benar memahami tentang ajaran Islam baik itu tauhidnya, tafsirnya, fiqih. Sehingga dalam hiruk pikuk yang terjadi sebelum pemilu, pemilu, setelah pemilu dan sampai hari ini, beliau tetap memberikan pencerahan, pelajaran Islam yang baik dan benar kepada seluruh masyarakat Indonesia. Baik di televisi maupun pengajian-pengajian.
Kehadiran beliau itu sama seperti yang dipahami oleh ajaran agama Islam, bahwa pemerintah itu adalah tempat di mana untuk bisa berkomunikasi dengan ulama, sehingga beliau tidak memilih jalur seperti banyak yang ekstrem, banyak yang mencederai, banyak yang mencaci maki, menyebarkan berita bohong, menghujat pemerintah, kemudian menggunakan pilihan-pilihan kata yang mencederai rasa dan perasaan.
Tidak pernah juga mengganggu masalah toleransi ya. Beliau (Syekh Jaber) tidak memiliki paham intoleransi sehingga dalam posisi seperti ini, tentu banyak yang suka dan itu menjadi penting bagi watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Ulama-ulama seperti ini.
Nah, anak-anak seperti, siapa itu yang menusuk? Coba cek baik-baik. Saya haqqul yaqin, harus diteliti. Ini anak-anak dengan latar belakang yang dua hal, bisa saja dia dikuasai oleh obat. Atau kalau tidak, bisa diteliti anak ini mendapatkan paham-paham radikal yang memberikan kebencian kepada para tokoh-tokoh agama yang tidak berpihak kepada paham yang ekstrem itu. Nah, Syekh Ali Jaber ini tidak seperti itu.
Makanya tidak mungkin dia (pelaku) di tengah-tengah acara orang ramai begitu berani-beraninya. Enggak mungkin, enggak mungkin itu. Hanya dua (kemungkinan penyebabnya); kalau tidak dikuasai oleh obat, maka dia dikuasai oleh paham-paham radikal.
Makanya saya bilang, ini menjadi penting untuk harus diteliti karena watak-watak seperti ini. Ini yang dibilang sama salah satu…, yang paling terpenting ini, ini kan wajah-wajah ganteng ini. Coba lihat itu, bagaimana dia (pelaku-red) di depan komputernya, bagaimana dia di depan laptopnya.
Memang paham-paham radikal, paham-paham membenci pemerintah, kemudian Pancasila, kemudian membenci sistem pemerintahan demokrasi Pancasila itu tersebar di mana-mana. Makanya saya bilang itu, paham-paham radikal ini kan paham yang tidak boleh dibiarkan tumbuh berkembang di Republik ini. Nah, salah satunya itu saya kira memang harus segera diungkap.
Kemarin berkembang pernyataan keluarga yang bilang pelaku ini gangguan jiwa. Polisi tidak percaya begitu saja. Demikian juga masyarakat. Berarti Anda termasuk yang tidak percaya bahwa pelakunya ini gangguan jiwa?
Iya makanya. Jangan juga cepat-cepat orang memberikan penilaian yang tidak objektif. Biarlah kasih kesempatan pada kepolisian, karena polisi memiliki wewenang penuh. Polisi tentu tidak ingin membuat statement, kesimpulan kecuali anak ini diperiksa dulu baik-baik. Diperiksa kejiwaannya, psikisnya dan lain-lain.
Jangan juga langsung menyerang polisi. Polisi itu kan lembaga negara, tidak berpihak ke mana-mana. Tentu polisi harus bisa mengungkap ini sedetail mungkin.
Namun, saya mempunyai dua hal dugaan saya itu yang sangat kuat; terpapar paham-paham radikal yang membenci ulama-ulama yang, kan Syekh Ali Jaber ini tidak berpihak kepada pemerintah. Dia berdiri sebagai betul-betul warasatul anbiya, pewaris para nabi. (Fokusnya) dakwah, menyampaikan kebenaran, amar ma’ruf nahi munkar.
Nah, banyak anak-anak sekelas Alfin itu yang tidak setuju para ulama seperti ini. Maunya itu yang menyerang, mencaci maki, menghujat, begitu lho.
Bagaimana Anda merespons adanya pihak-pihak yang mengaitkan kasus ini dengan kejadian sebelumnya. Dulu pernah juga penyerangan-penyerangan terhadap ulama kemudian dikatakan orang gila. Ini kan berkembang?
Kalau itu kan saya mau bilang, itu kan hampir semua orang bisa prediksi karena semua sudah tahu masa-masa kampanye kemarin itu apa saja orang bisa berbuat. Kalau sekarang ini kan situasi pemilu sudah selesai, presiden sudah ada.
Maksudnya memang tidak boleh ada juga yang (mengaitkan). Enggak usah, biar saja polisi yang bekerja dengan baik. Kita berikan kepercayaan kepada kepolisian negara dan saya percaya polisi dengan sangat gampang bisa mengungkap itu dengan baik.
Saya percaya dan kita semua yakin bahwa polisi pasti sangat profesional dalam mengungkap masalah ini. Sehingga tidak boleh ada yang duluan memberikan pernyataan miring kepada polisi. Jangan ada yang berspekulasi. Belum apa-apa langsung kaitkan dengan peristiwa-peristiwa kemarin. Itu kan artinya belum move on. Ini penyebar berita-berita kebencian semua itu, Enggak boleh diladeni.
Sumber: jpnn.com