IDTODAY NEWS – Politisi muda Partai Demokrat, Taufik Rendusara mengaku sudah malas menjawab tudingan terhadap Pemrov DKI Jakarta yang dilayangkan pengkritik Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan.
Demikian disampaikan Taufik Rendusara menanggapi pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokra, Andi Arief terkait Menko Polhukam, Mahfud MD.
Andi Arief menduga, Mahfud MD kurang update sehingga muncul pernyataan bahwa penyebaran Covid-19 di Jakarta termasuk Aceh naik tinggi meskipun kedua daerah tidak menggelar Pilada 2020.
Menurutnya, kalau Mahfud MD mendapatkan data terbaru, pasti dia akan segara menyampaikan evaluasi atas pernyataan itu.
“Pak Prof @mohmahfudmd menurut saya hanya kurang input jumlah orang ditest. Kalau dapat data bahwa jumlah penduduk DKI yang lakukan test hampir sama dengan gabungan 33 propinsi lainnya, pasti kesalahan analisa akan segera dievaluasi. Orang salah itu biasa, yang gak boleh itu berbohong,” kata Andi Arief di akun Twitter.
Kembali kepada Taufik Rendusara. Dia mengatakan, para gerombolan yang suka nyinyir terhadap Anies Baswedan sebenarnya bukan tidak tahu yang sebenarnya.
“Gue udeh males jawab pakai data dan fakta nyinyiran menteri-menteri Jokowi beserta gerombolan bani jahiliyah otak flintstone soal kinerja Pemprov @DKIJakartaselama wabah Covid-19. Mereka bukan gak paham, tapi gak mau paham. Iya gak sih? ucapnya di akun @Toperendusara1.
Jumlah orang dites di Jakarta terus meningkat seiring dengan bertambahnya kapasitas testing. Hingga 23 September 2010, Jakarta telah melakukan tes PRC terhadap 857.863 orang, atau 80.588 orang per sajuta pendduduk. Dalam dua minggu terakhir, jumlah tes Jakarta meningkat secara signifikan.
Di Jakarta kapasitas tes corona terus meningkat. Kapasitas tes Jakarta per minggu lebih dari enam kali lipat standar WHO.
WHO menetapkan standar jumlah tes ideal bagi setiap wilayah sebanyak 1 orang per 1.000 populasi setiap minggu. Jakarts secara konsisten telah melewati standar WHO ini dan terus meningkatkan kapasitas tes hingga saat ini mencapai lebih dari enam kali lipat standar WHO.
Sumber: rmol.id