IDTODAY NEWS – Anggota Komisi IX DPR, Saleh Daulay, mendukung pembentukan tim geonomik surveilans. Namun, Saleh mengatakan kerja sama tim itu harus diperluas tidak hanya dengan kementerian kesehatan.

“Itu kan arahnya baik ya untuk identifikasi varian virus yang ada di Indonesia termasuk mutasi virus, ya karena itu bisa kita dorong, tapi dalam konteks mempelajari itu bukan hal yang mudah tentunya ya,” kata Saleh, kepada wartawan, Kamis (7/1/2021).

“Untuk itu kita mendorong agar untuk bekerja sama tidak hanya dengan kemenkes saja tapi kepada lembaga lain termasuk perguruan tinggi kalau perlu dengan lembaga penelitian yang ada dan kalau bisa ya kerja sama dengan lembaga riset internasional lainnya, ” lanjut Saleh.

Menurut Saleh, dengan kerja sama beberapa pihak itu, hasil penelitian menjadi maksimal. Sehingga, virus yang bisa langsung terdeteksi.

“Jadi dengan begitu, hasil kajian mereka maksimal, dan betul bisa bertanggung jawab dan menyelesaikan masalah, saya kira ini suatu sikap dan kebijakan yang sangat baik untuk mengidentifikasi. Jangan sampai virus jenis baru sudah sampai ke Indonesia kita malah tidak tahu,” ujarnya.

Simak berita selengkapnya mengenai tim genomik surveilans

Sebelumnya, Pemerintah membentuk tim genomik surveilans. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Brodjonegoro, tim tersebut bertugas untuk meneliti mutasi virus Corona.

“Kebetulan saat ini kementerian kami dan Kemenkes. Saya dan Pak Menkes sudah sepakat akan membentuk namanya tim genomik surveilans. Apa itu? Di dalam upaya kita memahami mengenai virus COVID-19 termasuk mutasi yang mungkin terjadi. Ada proses yang dinamakan whole genome sequencing, pada intinya kita melihat seperti apa karakter virus yang ada di Indonesia,” ujar Bambang dalam acara konferensi pers penyerahan alat GeNose C19 secara daring, Kamis (7/1/2021).

Baca Juga  Sindir Pemerintahan Jokowi, Rizal Ramli : Zaman Pak Harto Aja Gak Segitu Gendengnya Kalau Ngibul Tuh

“Indonesia penduduknya 270 juta, sampai hari ini ke GSAID (lembaga nirlaba pengumpul data genome virus influenza dan Corona di dunia), GSAID itu adalah bank data untuk virus sejenis flu, termasuk virus yang masuk itu baru 115 whole genome sequencing di mana dari yang masuk tadi belum ada yang mengandung mutasi virus yang ada di Inggris. Itu penjelasannya, tapi baru 115 dan itu terakhir bulan Oktober,” sambungnya.

Bambang kemudian membandingkan data whole genome sequencing dengan Singapura. Menurutnya, saat ini Singapura sudah memiliki 1.000 whole genome sequencing dan sudah menemukan mutasi virus.

“Kalau kita bandingkan dengan Singapura yang penduduknya hanya 5 juta. Mereka sudah memasukkan 1000 whole genome sequencing, dan karena itu kalau rekan-rekan tahu, Singapura sudah langsung menemukan yang satu apa namanya, individu yang punya mutasi virus dari Inggris tersebut. Kenapa? karena mereka sudah punya whole genome sequencing yang menyatakan itu. Kenapa Inggris bisa menemukan mutasi virus itu? Karena Inggris punya genomik surveilans salah satu yang terbaik di dunia,” ucapnya.

Baca Juga  Polemik Menko Airlangga, DPR: Tidak Ada Kewajiban Pasien Publikasi Terpapar Covid-19

Karenanya, lanjut Bambang, pemerintah segera membentuk tim untuk genomik surveilans. Tim tersebut didorong untuk memperbanyak sample whole genome sequencing.

“Karenanya Kami dengan Pak Menkes segera gerak cepat langsung membentuk tim untuk genomic surveilans. Tugasnya dua, yang pertama memperbanyak whole genome sequencing sendiri, targetnya diatas 1.000, Sekarang masih 115, kita akan perbanyak jadi 1.000,” katanya.

Baca Juga: PKS Curiga Massa Demo Dukung Risma Suruhan, PDIP Membela

Sumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan