IDTODAY NEWS – Kinerja pemerintahan dalam menangani pandemik virus corona baru (Covid-19) pada dasarnya sudah berjalan cukup baik.

Namun demikian, perlu digarisbawahi bahwa kebijakan yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo masih belum didukung oleh kerja cepat para menterinya, khususnya dalam menangani ancaman krisis.

Bagi Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono, ada 17 menteri yang kerjanya lelet dan harus diganti. Antara lain bidang sosial, kesehatan, ekonomi, pertanian, pendidikan, perdagangan, dan ketenagakerjaan.

“Beda dengan Pak Jokowi, mukanya saja krisis sementara menterinya enggak ada muka krisis. Harusnya Pak Jokowi itu rapat dengan para Dirjennya atau bila perlu Pak Dirjennya yang jadi menteri karena sebetulnya merekalah yang lebih tahu. Kalau para menterinya kan cuma bossy,” ujar Arief dalam acara FrontPAGE Obrolan Bareng Bang Ruslan bertajuk ‘Jokowi Harus Ganti Mesin?’ secara virtual, Selasa (18/8).

Meski tak menjelaskan secara rinci nama 17 menteri yang dimaksud, namun Arief menyebut ada yang memang tidak pantas untuk menyandang jabatan menteri, di antaranya Menteri Sosial, Juliari Batubara dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim.

Di masa krisis seperti ini, kata dia, Menteri Sosial harusnya tampil dan banyak melakukan kegiatan bersama menteri-menteri bidang lainnya, terutama dari sektor pembiayaan dan keuangan.

Baca Juga  Kapal Perang China Hilir Mudik di Natuna, Puskesmas Dibakar di Papua, Kemana Perlindungan Negara?

“Bekerja dengan benar, jangan tebar pesona, jangan banyak ngevlog, main medsos. Sebetulnya hanya sebagian menteri yang mengerti dan mau bekerja untuk Jokowi itu,” tutur Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu itu.

Sementara Menteri Nadiem Makarim, sosoknya memang sangat dibutuhkan Jokowi. Namun untuk jabatan Menteri Pendikan, mantan bos Gojek itu dinilai bukan orang yang tepat.

Nadiem enggak punya filosofi pendidikan. Nadiem pendidikan cuma tahu berbasis IT. Nadiem belum bisa menciptakan sistem pendidikan yang baik. Dia hanya mengandalkan pola virtual yang masih harus butuh handphone, laptop. Padahal pendidikan tidak melulu dengan teknologi karena seorang pendidik itu tidak akan mendidik anaknya untuk menjdi seorang robot,” jelasnya.

“Nadiem juga jangan hanya melihat kondisi murid di perkotaan saja. Dia bukan seorang pendidik dan tidak punya aura mendidik,” demikian Arief Poyouno.

Sumber: rmol.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan