IDTODAY NEWS – Beda sikap dengan Jend (Purn) Moeldoko, Jend (Purn) Gatot Nurmantyo menolak terlibat kudeta AHY dari Ketum Demokrat karena ingat kebaikan SBY saat jadi Presiden.

Seperti diketahui, Jenderal Moeldoko dan Jenderal Gatot Nurmantyo diangkat menjadi KASAD dan Panglima TNI di masa Presiden SBY pada kurun 2004-2009 dan 2009-2014. Bedanya Gatot jadi Panglima TNI di awal pemerintahan Jokowi atau Juni 2015.

Pengakuan ini disampaikan Gatot Nurmantyo kepada Chanel Bang Arief atau FNN dan ditayangkan sendiri oleh Gatot Nurmantyo di akun Instagramnya @nurmantyo_gatot.

“Saya tidak mau komentar. Karena ini kan belum terjadi semua,” ungkap Gatot Nurmantyo saat diminta pendapatnya tentang kisruh Partai Demokrat yang dicongkel mantan Panglima TNI Moeldoko.

Namun pada akhirnya Gatot Nurmantyo mau secara gamblang bercerita terkait pengambilalihan atau kudeta terhadap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari kursi Ketua Umum Partai Demokrat.

Menurut Gatot Nurmantyo, sebelum KLB di Sumut digelar, Gatot Nurmantyo mengaku sempat diajak turut serta melakukan kudeta.

Baca Juga  Denny NJA: Demokrat Terbaik, PKS Paling Difavoritkan

Dalam ajakannya, Gatot Nurmantyo diiming-imingi bakal mendapat posisi penting di tubuh Partai Demokrat.

“Banyak yang bertanya kepada saya, ‘Pak, Bapak juga digadang-gadang menjadi…’. Ya saya bilang ‘Siapa sih yang enggak mau,” kata Gatot Nurmantyo dalam wawancara itu.

“Partai dengan 8 persen kalau enggak salah kan besar, dia mengangkat presiden, segala macam, kaya gitu. Ada juga yang datang sama saya,” jelasnya.

Baca Juga: Gagal Atasi Pandemi, Presiden Paraguay Minta Semua Menteri Mundur

Gatot mengatakan, tawaran tersebut memang menarik. Ia lantas menanyakan bagaimana proses kudeta di Partai Demokrat kepada orang yang mengajaknya itu.

Menurut orang tersebut kepada Gatot, caranya dengan melakukan KLB.

Dalam KLB itu, posisi AHY akan diganti karena ada mosi tidak percaya.

Setelah AHY lengser, baru dilakukan pemilihan untuk posisi ketua umum yang baru.

“Ada datang ke saya, ‘menarik juga’ saya bilang. Gimana prosesnya? Begini Pak, nanti kita bikin KLB. KLB terus gimana? Ya nanti visi yang dilakukan adalah kita mengganti AHY dulu. Mosi tidak percaya, AHY turun,” ujar Gatot.

“Setelah turun, baru pemilihan. ‘Bapak nanti pasti deh begini, begini’. Oh begitu ya, saya bilang begitu,” katanya.

“Saya bilang. Menurunkan AHY. Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh itu hal biasa. Tapi kalau saya naik bintang tiga, itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti presiden tahu. Apalagi presidennya tentara waktu itu Pak SBY,” ujar Gatot.

Saat menjabat Pangkostrad, Gatot Nurmantyo mengaku sempat dipanggil SBY ke Istana Negara. Ketika itu, SBY bilang akan menjadikan Gatot Nurmantyo sebagai KSAD.

Gatot pun langsung mengucapkan terima kasih kepada SBY.

SBY lantas berpesan kepada Gatot Nurmantyo agar melaksanakan tugas tersebut dengan profesional.

Baca Juga  Soal Penangkapan Gus Nur, Politisi PKS Sedih UU ITE Dipakai Lagi

“Cintai prajuritmu dan keluarga dengan segenap hati dan pikiranmu. Itu saja. ‘Selamat’. Beliau tidak titip apa-apa. Tidak pesan lainnya lagi,” katanya.

“Maksud saya begini. Apakah iya saya dibesarkan dua presiden. Pak SBY dan Pak Jokowi. Terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?,” tegas Gatot Nurmantyo.

“Lalu nilai nilai apa yang saya berikan kepada anak saya. Kita ini kan akan menjadi sejarah juga. Ooh itu anak tak beradab itu. Diangkat KSAD, Panglima TNI. Balasannya begitu,” jelasnya.

“Saya terima kasih. Tapi moral etika saya tidak bisa terima begitu. Itu yang saya sampaikan kepada orang itu,” jelas Gatot Nurmantyo dalam wawancara itu dimana salah satu topiknya membicarakan kisruh Partai Demokrat.

Baca Juga: Ditawari Congkel AHY, Gatot Menolak, Netizen: Tidak Seperti Kakak Pembina yang Jauh dari Moral

Sumber: pojoksatu.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan