Buka-bukaan Prabowo, Omnibus Law ke Lumbung Pangan Raksasa

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto berbicara mengenai aspirasi buruh terkait omnibus law UU Cipta Kerja/RMOL Repro

IDTODAY NEWS – Prabowo membuka tabir dibalik dalang kericuhan demonstrasi aksi penolakan Omnibus Law Cipta Kerja, hingga alasannya ditunjuk sebagai ‘panglima’ dalam pengembangan lumbung pangan raksasa (food estate).

Mengawali pandangannya, menteri pertahanan itu bisa memahami penolakan yang dilakukan sejumlah elemen masyarakat, termasuk buruh.

“Jadi saya kira begini. Para pemimpin buruh, mereka punya kewajiban untuk membela kepentingan buruh,” kata Prabowo.

Kendati demikian, dia mengingatkan kalau negara dalam keadaan sulit akibat pandemi Covid-19. Tidak hanya kesehatan, ekonomi pun terguncang. Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana.

Oleh karena itu, lanjut Prabowo, pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin ingin mengatasi permasalahan-permasalahan itu dengan cara mengurangi hambatan-hambatan yang memperlambat kebangkitan perekonomian.

“Dengan Covid-19 ini, terjadi penurunan drastis di bidang pariwisata, iya kan? Berarti berapa karyawan hotel yang terancam atau sudah PHK dan di mana-mana itu. Kemudian perusahaan-perusahaan jasa lainnya, jasa angkutan, kemudian permintaan juga turun, ini semua jadi satu. Bukan hanya kepada kita, negara lain sangat parah,” ujar Prabowo.

Baca Juga  Ma'ruf Amin: Pengguna Narkoba Naik, Salah Satu Pemicunya Stres karena COVID-19

“Tapi memang buruh itu korban. Kita memahami ini. Jadi ini kadang-kadang suatu dilema, katakanlah buah simalakama. Kita mau bantu buruh sekarang, dan semua yang sulit tidak hanya buruh, ada orang yang tidak di pabrik kerja, dia kerja seharian, tukang gunting rambut, ada tukang kaki lima soto dan sebagainya. Dengan Covid-19 orang takut banyak yang nggak belanja. Mereka bagaimana sehari-hari? Siapa yang melindungi mereka? Semua terkena,” lanjutnya.

Kemudian, setelah menyinggung keberpihakan Jokowi terhadap rakyat kecil selama pandemi Covid-19, Prabowo menyampaikan analisis perihal kericuhan dalam demonstrasi.

Baca Juga  Selasa Besok, PA 212 dan FPI Serbu Istana Jokowi Tolak UU Cipta Kerja

“Jadi banyak sekarang ini yang kemarin demo itu belum baca hasil omnibus law itu dan banyak hoax, banyak hoax di mana. Seolah ini nggak ada, itu nggak ada, dikurangi. Dan saya ingin memberi peringatan hoax ini berarti ada yang ingin menciptakan kekacauan, iya kan?,” katanya.

“Dan saya punya keyakinan ini justru berasal dari luar negeri. Ada kekuatan-kekuatan asing, negara-negara tertentu di dunia yang tidak pernah suka Indonesia aman dan maju. Itu. Jadi ya ini jadi kadang-kadang tokoh-tokoh kita lihat benar dia yakin dia benar dan tapi dia lakukan sesuatu dia tidak sadar sebetulnya ini permainan orang lain. Dan kita selalu, saya tadi katakan dari ratusan tahun yang lalu, selalu diadu domba,” lanjutnya.

Selain itu, Prabowo kemudian secara blak-blakan membongkar habis alasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk dirinya sebagai eksekutor dalam pengembangan lumbung pangan raksasa (food estate) di sejumlah wilayah di Indonesia.

Baca Juga  Presiden PKS Desak Jokowi Cabut UU Ciptaker Jika Benar Peduli Nasib Pekerja

“Salah kalau ada pandangan menteri pertahanan mau mencampuri urusan menteri pertanian, oh tidak. Kita dukung,” kata Prabowo.

Ia mengatakan, persoalan pangan menjadi salah satu hal yang cukup strategis dalam bernegara. Peran Prabowo dalam pengembangan food estate adalah untuk mengamankan cadangan pangan.

“Beliau menunjuk saya ikut membantu mengurusi, membina pembangunan pembentukan cadangan pangan strategis,” ujarnya.

Pengembangan food estate, sambung dia, pun bukan tanpa alasan. Prabowo mengatakan, Jokowi pun kemungkinan telah menerima ‘warning’ dari Organisasi Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau FAO.

“Cuaca tidak stabil, ada kemarau panjang. Dan bisa ada kelangkaan panjang di Asia Tenggara,” kata Prabowo.

Sumber: cnbcindonesia.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan