Kategori
Pertahanan

Keji Ulah KKB di Pegunungan Bintang Kembali Makan Korban Prajurit TNI

IDTODAY NEWS – Kelompok kriminal bersenjata (KKB) terus melancarkan teror di Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua. Penembakan yang dilakukan kembali membuat jatuhnya korban jiwa.

Seorang anggota TNI gugur ditembak saat mengamankan evakuasi jasad suster Gabriella Meilan (22). Suster Gabriella juga gugur karena aksi keji teroris KKB.

“Prajurit gugur saat KKB menembaki prajurit TNI yang sedang mengamankan heli yang akan digunakan mengevakuasi jenazah Suster Gabriella dari Kiwirok ke Jayapura,” ujar Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Arm. Reza Nur Patria kepada wartawan di Jayapura, Selasa (21/9/2021).

Prajurit TNI yang tewas bernama Pratu Ida Bagus Putu.

Baku tembak memang sempat terjadi antara TNI dan teroris KKB saat jenazah Suster Gabriella hendak dievakuasi ke Jayapura pada Selasa (21/9) pagi tadi.

Jenazah Pratu Ida Bagus pun ikut dievakuasi bersama jenazah suster Gabriella ke Jayapura menggunakan helikopter TNI AD.

Saat proses evakuasi tersebut berjalan, KKB pimpinan Lamek Taplo tak juga berhenti melepaskan tembakan.

KKB Tak Henti Meneror
Kemarin, baku tembak terjadi pukul 09.42 WIT di ibu kota Distrik Kiwirok. Peristiwa itu tepatnya terjadi di Kampung Sopamikma dan Kampung Oknanggul.

“Kontak tembak terjadi saat KKB pimpinan Lamek Alipki Taplo menembaki aparat gabungan TNI/Polri dari arah Kampung Sopamikma dan Kampung Oknanggul, sehingga personel membalas tembakan dan terjadi kontak tembak,” ujar Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Musthofa Kamal di Jayapura.

Kamal mengatakan saat itu aparat gabungan TNI-Polri sedang melakukan penjagaan di Distrik Kiwirok. Aparat terus bersiaga pascapembakaran dan penyerangan terhadap tenaga kesehatan pada pekan lalu.

KKB Aniaya-Bunuh Tenaga Kesehatan

Ketegangan di Distrik Kiwirok tidak kunjung reda. KKB terus menebarkan teror di sana.

Situasi di Kiwirok mulai memanas pada Senin (13/9) pagi. Saat itu KKB menyerang dan membakar sejumlah bangunan fasilitas umum (fasum) yang ada di sana.

Bangunan sekolah, kantor bank, barak tinggal nakes, hingga rumah dokter dan guru di dua distrik tersebut dibakar.

Kelompok separatis teroris (KST) itu juga menyerang nakes yang berjuang demi kemanusiaan di distrik tersebut.

Akibat serangan tersebut, perawat bernama Gabriella Meilani (22) gugur. Dia mengalami penganiayaan berat hingga akhirnya meninggal.

Selain itu, ada lima orang nakes yang terluka.
Seorang dokter bermana Geral Sukoi (28) dilaporkan masih hilang. Dia dilaporkan dipukul balok hingga kemudian didorong ke jurang.

Tindakan penyerangan terhadap nakes dan pembakaran fasilitas publik ini dikecam banyak pihak.

Sebab, kehadiran nakes di Pegunungan Bintang untuk menjamin pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dan fasilitas pelayanan publik seharusnya dijaga bersama demi kemajuan pembangunan masyarakat.

Sumber: detik.com

Kategori
Pertahanan

Wow! Ternyata Kapal USS Carl Vinson yang Labrak Kapal China di Natuna

IDTODAY NEWS – Sekretaris Utama Bakamla Laksamana Muda S. Irawan pada 13 September 2021 lalu mengatakan, kapal-kapal Indonesia keterbatasan bahan bakar untuk melaut untuk melakukan patroli di Laut Natuna Utara.

Hal itu disampaikannya saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi 1 DPR RI. Pasalnya, sebelumnya hadir Kapal perang China Type 052D Luyang III class Destroyer berada di Natuna.

“Ini mohon sebagai gambaran ataupun sebagai nantinya mohon bantuan dari yang terhormat komisi I ini dan sampai saat ini pun bahan bakar kita tidak ada. Kapal kita siap untuk berlayar dan patroli tapi bahan bakar tidak ada, jadi kita mengandalkan TNI Angkatan Laut yang juga terbatas dengan bahan bakar,” ujar Irawan.

Bahkan Irawan menyebut saat itu ada kapal induk US Navy yang berjarak 50 nautical mile dari pulau Natuna.

“Dan ini ada berita terbaru bahwa, kurang lebih jarak 50 nautical mil dari Natuna, itu sudah ada kapal Induk Amerika di sana dan mendekati kapal survei China,” kata Irawan.

Setelah ditelusuri ternyata kapal induk US Navy itu merupakan CVN-70 yakni USS Carl Vinson.

Dikutip dari rfa.org, dalam rilisannya Komandan Carrier Strike Group Carl Vinson, Laksamana Muda Dan Martin menjelaskan jika memang armadanya berada di 50 nautical mile di ZEE Indonesia di Natuna pada pekan ini.

Di sana ia ditugasi dari komando atas US Navy agar memastikan terjaminnya kebebasan semua negara untuk bernavigasi di perairan internasional.

USS Carl Vinson saat itu memepet kapal survei China Haiyang Dizhi 10 yang dikawal destroyer Luyang III class yang mondar-mandir di Natuna Utara.

“Operasi kami di kawasan ini benar-benar merupakan ekspresi dari kesediaan kami untuk membela kepentingan kami dan kebebasan yang diabadikan dalam internasional. hukum,” kata Dan Martin.

USS Carl Vinson tak sendirian, ia dikawal tiga kapal perang lainnya saat melakukan operasi melabrak kapal-kapal China itu.

China sendiri sebelumnya pernah menegaskan bila semua kapal niaga maupun kapal perang yang berlayar di Laut China Selatan harus melapor ke Beijing yang mengklaim wilayah itu.

Jelas itu adalah tindakan sepihak dan sewenang-wenang China dan US Navy harus ambil tindakan.

“Setiap undang-undang atau peraturan negara pantai tidak boleh melanggar hak navigasi dan penerbangan yang dinikmati oleh semua negara di bawah hukum internasional.

Klaim maritim yang melanggar hukum dan luas termasuk di Laut China Selatan menimbulkan ancaman signifikan terhadap kebebasan laut, termasuk kebebasan navigasi, penerbangan, dan perdagangan yang sah.

Kami tidak akan terpaksa atau dipaksa untuk menyerahkan norma-norma internasional,” kata Dan Martin dimana armadanya sudah siap tempur lawan China.

Sementara itu dikutip dari Global Times, pengerahan USS Carl Vinson di Asia merupakan langkah provokatif.

“China sepenuhnya mampu dan percaya diri dalam menghadapi provokasi semacam itu,” ujar Global Times.

rfa.org melaporkan jika kapal survei Haiyang Dizhi beroperasi di ZEE Indonesia di Natuna Utara.

Namun Juru Bicara Bakamla Wisnu Pramandita pada 31 Agustus 2021 lalu menjelaskan tidak ada pelanggaran yang dilakukan Haiyang Dizhi.

“Saya tidak tahu persis berapa lama. Tapi itu AIS (automatic identification system)-nya aktif dan bisa dipantau. Tidak ada laporan gangguan dari rig. Itu mungkin jalur normal,” kata Wisnu seperti dikutip dari rfa.org.

Yang pasti Natuna Utara saat ini sedang jadi ajang pertunjukan kekuatan-kekuatan tempur World Class Navy dari China dan AS.

Sumber: lawjustice

Kategori
Pertahanan

China Takuti Nelayan di Natuna, Prabowo Siapkan Kapal Canggih dari Inggris

IDTODAY NEWS – Di tengah memanasnya Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau, pemerintah baru saja membawa pulang teknologi canggih pembuatan kapal asal Inggris.

Hal ini dinilai bakal menjadi jawaban pemerintah dalam mengamankan Laut Natuna, khususnya pada ancaman kapal perang China.

Seperti diketahui, para nelayan di Natuna kini mengaku mulai takut melaut. Sebabnya beberapa kapal China belakangan ini mondar-mandir di Laut Natuna.

Hal itu diketahui dari sebuah video yang viral baru-baru ini. Video itu menunjukkan beberapa nelayan lokal yang sedang melaut berhadapan dengan kapal perang China di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Laut Natuna Utara. Kehadiran kapal China yang berdimensi sangat besar itu membuat para nelayan takut melaut.

Nah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto baru saja membawa pulang teknologi kapal perang canggih jenis Frigate tipe Arrowhead 140. Ini merupakan kerja sama pemerintah Indonesia dengan Inggris.

Menurut Ketua Harian Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad teknologi kapal ini merupakan yang tercanggih dari kapal perang yang ada dan bakal menjadi jawaban Prabowo untuk mengamankan Laut Natuna Utara dari ancaman kapal perang China.

“Frigate tipe Arrowhead 140 bikinan Inggris yang teknologinya dibawa pulang Prabowo adalah kapal perang ringan tercanggih yang ada sekarang,” kata Dasco dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/9/2021).

Frigate adalah jenis kapal perang ringan dengan kecepatan tinggi dan kemampuan manuver yang dilengkapi teknologi militer canggih terkini. Arrowhead 140 dipersenjatai dengan rudal-rudal antipesawat, juga torpedo anti-kapal selam, yang membuatnya mampu memberikan pertahanan terhadap ancaman udara dan laut.

Kapal ini juga punya kemampuan untuk menjadi kapal induk mini bagi helikopter angkatan laut baik untuk misi antar-jemput personel maupun misi penyelamatan SAR search and rescue.

Dasco mengatakan kerja sama ini akan menciptakan ratusan kapal Frigate. Pria yang juga menjadi Wakil Ketua DPR ini yakin, adanya kapal itu akan membuat China takut berkeliaran di Indonesia.

“Yakinlah angkatan laut China akan gemetar melihat Frigate tipe Arrowhead 140 berpatroli di lautan Indonesia, dan akan berpikir dua kali untuk wira-wiri di lautan Natuna lagi,” tegas Dasco.

Seperti disampaikan keterangan pers Kedutaan Besar Inggris untuk Indonesia yang diterima detikcom, Jumat (17/9/2021), Inggris-Indonesia menyepakati agar angkatan laut kedua negara segera mengoperasikan kapal fregat yang sama. Kapal fregat merupakan sebuah tipe kapal perang yang dibangun dengan mengutamakan kecepatan dan kemampuan manuver.

Disebutkan bahwa kapal perang canggih buatan Inggris akan dibangun di Indonesia dengan kerja sama antara Babcock, perusahaan kedirgantaraan, pertahanan, dan keamanan yang berbasis di Inggris, dengan PT PAL Indonesia (Persero), badan usaha milik negara yang membangun dan memelihara kapal untuk penggunaan militer dan komersial yang berbasis di Surabaya.

“Hari ini Babcock menyetujui kesepakatan lisensi untuk PT PAL Indonesia (Persero)… untuk memproduksi kapal tersebut di Indonesia dan akan dikerjakan oleh ‘tangan-tangan’ Indonesia, dengan desain khusus serta spesifikasi yang memenuhi kebutuhan Angkatan Laut Indonesia,” demikian seperti disampaikan Kedubes Inggris dalam keterangan persnya.

Penandatanganan perjanjian kerja sama itu dilakukan oleh pihak Babcock dan PT PAL Indonesia di London pada Kamis (16/9) waktu setempat. Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto bersama Menteri Pertahanan Inggris RT Hon Ben Wallace MP menyaksikan penandatanganan tersebut.

Dilansir dari website resmi PT PAL, pembangunan kapal Frigate ini akan dikerjakan dalam kurun waktu sekitar 69 bulan.

Sumber: detik.com

Kategori
Pertahanan

Ironi, Kapal Coast Guard Vietnam Usir Nelayan Indonesia di Laut Natuna, Untung Ada Patroli TNI AL

IDTODAY NEWS – Sebuah fakta ironi dirasakan nelayan tradisional Indonesia di perairan Laut Natuna.

Mereka diusir sebuah kapal Vietnam padahal mencari ikan di daerahnya sendiri.

Anggota DPR Dave Laksono pun meminta TNI melakukan latihan perang di perairan Natuna.

Tujuannya untuk memperjelas kedaulatan RI di perairan tersebut.

Laut Natuna adalah tempat pertama kali ditenggelamkannya kapal asing Era Menteri KKP Susi Pudjiastuti.

Sebelumnya beredar video sebuah kapal nelayan tradisional Natuna mendapat intimidasi dari kapal coast guard Vietnam saat mencari ikan di perairan Natuna Utara.

Hal ini dibenarkan oleh Ketua Aliansi Nelayan Natuna Hendri mengatakan.

“Kronologi dari kejadian ini adalah ketika nelayan Natuna sedang menangkap ikan di wilayah tersebut, didatangi oleh coast guard Vietnam, nelayan natuna diusir bahkan didempet”, ungkap Hendri dalam sebuah video yang diterima Kompas TV.

Ia menyebut, beruntung nelayan Natuna kemudian mendapatkan perlindungan dari angkatan laut Indonesia yang saat itu tengah berjaga.

“Ketika itu ada kapal angkatan laut kita, yang ikut membantu nelayan natuna melindungi dari pengejaran kapal coast guard tersebut. kapal angkatan laut kita menurunkan raider mereka untuk menghalangi kapal coast guard memburu nelayan Natuna”, tambahnya.

Ia menyebut, kondisi di perairan Natuna Utara saat ini tidak bisa dikatakan aman, lantaran banyaknya aktivitas kapal ikan asing yang juga menangkap ikan di perairan Indonesia.

“Di laut Natuna itu tidak aman Pak. Ada aktivitas kapal ikan asing yang menangkap asing di laut Natuna Utara, kemudian ada coast guard mereka yang senantiasa melindungi kapal-kapal ikan asing tersebut.

“Kadang kala kapal coast guard ini memburu dan mengejar nelayan Natuna dan mengusir nelayan Natuna dari perairan itu. Padahal perairan itu adalah laut Indonesia”, pungkasnya.

Sebelumnya, manuver kapal-kapal China memasuki perairan Laut Natuna.

Hal itu membuat Badan Keamanan Laut (Bakamla) sebagai penjaga teritorial dan yurisdiksi Indonesia pun gerah.

Sebab, jumlah kapal-kapal tersebut mencapai ribuan dan tidak terbaca di radar, melainkan hanya terlihat dengan pandangan mata.

Ribuan kapal ini disebut masuk ke Indonesia melalui perairan Laut China Selatan.

“Begitu dilihat kasat mata ataupun langsung pengamatan udara, itu bahkan sampai ratusan, mungkin ribuan kapal yang ada di sana,” kata Sekretaris Utama Bakamla Laksda S Irawan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi I DPR RI, Senin (13/9).

Tidak hanya itu, Irawan juga mengungkapkan bahwa kapal-kapal China itu kerap mengganggu kegiatan pertambangan kapal milik Indonesia.

Menurut Irawan, kapal berbendera Indonesia di bawah Kementerian ESDM juga tak luput menjadi sasaran.

Menghadapi situasi tersebut, Bakamla justru memiliki sejumlah hambatan sarana prasarana.

Salah satunya jumlah kapal yang hanya berjumlah 10 unit. Selain itu, Bakamla bahkan tidak mempunyai armada untuk pemantauan udara.

Bakamla adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang bertanggung jawab kepada Presiden RI dan Menko Polhukam dengan tugas utama melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan dan yurisdiksi Indonesia.

Lembaga ini lahir lewat Perpres 81/2005 dengan nama Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla), lalu bersalin nama jadi Bakamla dengan dasar hukum UU 32/2014 tentang Kelautan.

Latihan Perang

Sementara itu Anggota Komisi 1 DPR Dave Laksono meminta TNI melakukan latihan perang di wilayah laut Natuna Utara.

Hal itu untuk mempertegas dan memperjelas kedaulatan Indonesia sehubungan dengan berkeliarannya kapal perang asing.

“Terus adakan latihan simulasi perang di wilayah tersebut, agar jelas itu adalah wilayah kita dan kehadiran kita jelas,” tegas Dave Laksono, Jumat (19/9/2021).

Menurut Dave, hal itu bakal memberikan dampak nyata untuk menegaskan bahwa armada Indonesia bakal mempertahankan dan mengamankan kedaulatan di Natuna Utara.

Dia menyatakan banyaknya kapal dan kapal perang asing di wilayah laut Natuna Utara tidak bisa diabaikan.

Apalagi, disebutkan Dave, kehadiran kapal-kapal perang asing, meskipun berkamuflase sebagai kegiatan penelitian, telah mengganggu kapal nelayan Indonesia.

Dia menilai, jika dibiarkan, maka lama-kelamaan kehadiran kapal asing bakal menjadi ancaman serius.

“Karena bakal melanggar hak-hak kedaulatan kita,” tuturnya.

Karena itu kehadiran kapal perang asing di perairan Indonesia, perlu ditanggapi serius.

Dengan demikian, Dave meminta Badan Keamanan Laut (Bakamla) dan TNI Angkatan Laut proaktif dalam mengamankan wilayah laut Natuna Utara.

“Kirim kapal tempur kita dan lakukan patroli udara,” ujar Dave.

Bahkan menurutnya bisa juga digunakan drone milik Indonesia untuk memantau pergerakan kapal asing di wilayah tersebut.

Tentang Laut Natuna

Laut Natuna adalah perairan yang terbentang dari Kepulauan Natuna hingga Kepulauan Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.

Laut ini berbatasan dengan Laut Natuna Utara di utara, barat laut, dan timur.

Laut Natuna juga berbatasan dengan Selat Karimata di tenggara dan Selat Singapura di arah barat.

Sama halnya dengan Laut Natuna Utara, Laut Natuna merupakan laut yang berada di wilayah perairan Samudra Pasifik.

Di Laut Natuna, terdapat beberapa gugusan pulau dan kepulauan yaitu:

Kepulauan Natuna di Kabupaten Natuna
Kepulauan Natuna Besar di Kabupaten Natuna
Kepulauan Natuna Selatan di Kabupaten Natuna
Kepulauan Anambas di Kabupaten Kepulauan Anambas
Kepulauan Lingga di Kabupaten Lingga
Kepulauan Tambelan di Kabupaten Bintan
Kepulauan Riau (kepulauan)

Seluruh gugusan pulau dan kepulauan ini berada di bawah administrasi provinsi Kepulauan Riau.

Letaknya yang berdekatan dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Singapura, dan Vietnam menyebabkan pulau-pulau di laut ini menjadi salah satu dari pulau-pulau terluar di Indonesia.

Pulau terluar Indonesia yang ada di perairan Laut Natuna adalah Pulau Damar, Pulau Kepala, Pulau Mangkai, Pulau Semiun, Pulau Subi Kecil, Pulau Tokong Belayar, Pulau Tokong Malang Biru, Pulau Tokong Nanas, dan Pulau Tokongboro.

Daerah sekitar Laut Natuna merupakan salah satu daerah tujuan pariwisata di Indonesia.

Pulau Bawah yang ada di Kepulauan Anambas termasuk dalam 5 Pulau Tropis Terbaik Asia.

Sedangkan Pantai Trikora dan Pantai Lagoi di Pulau Bintan adalah pantai tujuan para turis asing, khususnya turis dari Singapura dan Malaysia.

Keindahan bawah Laut Natuna sendiri menjadi jamuan bagi para pecinta snorkeling dan diving.

Perikanan adalah kegiatan ekonomi terpenting di Laut Natuna. Para nelayan banyak menggantungkan hidupnya dari laut ini. Salah satu jenis ikan langka yaitu Ikan Napoleon juga banyak ditemukan di perairan ini.

Karena letaknya yang berada di perbatasan, potensi perikanan yang melimpah di Laut Natuna sering dicuri oleh kapal-kapal asing ilegal.

Kapal-kapal ini biasanya berasal dari negara Malaysia, Kamboja, dan Vietnam.

Oleh karena itu, perairan Laut Natuna merupakan wilayah fokus bagi TNI AL, khususnya yang berpusat di Ranai, dan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia.

Laut Natuna menjadi tempat pertama ditenggelamkannya kapal asing yang mencuri ikan atas arahan Presiden Indonesia, Joko Widodo dan Susi Pudjiastuti.

Sumber: tribunnews.com

Kategori
Pertahanan

Sektor Kelautan Indonesia Disebut Hadapi Ancaman dari Vietnam dan China

IDTODAY NEWS – Lembaga Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) menyatakan Indonesia menghadapi dua jenis ancaman serius di sektor kelautan, yang berasal dari sejumlah kapal berbendera Vietnam dan Republik Rakyat China (RRC).

“Dua ancaman tersebut adalah ancaman illegal fishing oleh kapal ikan berbendera Vietnam dan penelitian ilmiah kelautan tanpa izin oleh Kapal Survei milik Pemerintah Tiongkok di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, (ZEEI)” kata Direktur IOJI Fadilla Octaviani dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu (18/9).

Ia memaparkan, kedua ancaman tersebut terjadi di wilayah Laut Natuna Utara, yang masuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711.

Berdasarkan data IOJI, ancaman pencurian ikan oleh kapal ikan Vietnam di wilayah ZEE Indonesia Laut Natuna Utara meningkat tajam pada awal tahun 2021 hingga mencapai puncaknya pada bulan April, kemudian mengalami penurunan mulai bulan Juni 2021 hingga bulan Agustus 2021.

Penurunan tersebut sejalan dengan gelombang pandemi COVID-19 yang melanda Vietnam sejak Mei 2021 dan intrusi kapal-kapal China di ZEEI. Namun demikian, masih ditemukan beberapa pusat atau klaster illegal fishing oleh kapal ikan berbendera Vietnam di ZEE-I yang terdeteksi berdasarkan Citra Satelit.

“Keberadaan puluhan kapal ikan Vietnam yang dikawal oleh kapal Pemerintah Vietnam teridentifikasi di wilayah tumpang tindih klaim ZEE Indonesia-Vietnam maupun di ZEE Indonesia. Hal ini sewaktu-waktu dapat menjadi ancaman illegal fishing di ZEEI yang berada di luar wilayah sengketa terutama pada malam hari,” ungkapnya.

Menurut dia, rendahnya kehadiran kapal-kapal berbendera Indonesia baik kapal-kapal perikanan, niaga maupun patroli di wilayah tersebut, memudahkan wilayah tersebut untuk dijadikan pusat daerah penangkapan ikan oleh kapal berbendera Vietnam.

Selain itu, ancaman pencurian ikan oleh kapal ikan Vietnam dan kapal riset serta coast guard Tiongkok di Laut Natuna Utara membuat nelayan Kabupaten Natuna Utara harus bersaing dengan kapal ikan asing untuk menangkap sumber daya ikan di wilayah laut Indonesia.

Nelayan Kabupaten Natuna, lanjutnya, yang umumnya menggunakan kapal dengan ukuran lebih kecil dan teknologi yang sederhana daripada kapal ikan asing, menjadi tidak berani melaut bahkan merugi karena hasil tangkapan yang berkurang dari Laut Natuna Utara.

“Alat tangkap yang digunakan oleh kapal ikan asing pelaku illegal fishing di Laut Natuna Utara adalah alat tangkap trawl yang merusak keberlanjutan sumber daya ikan dan ekosistem dasar laut Laut Natuna Utara,” paparnya.

Mengenai kapal China yang melakukan riset di ZEEI, maka hal tersebut harus mendapat persetujuan dari pemerintah RI karena bila penelitian ilmiah tersebut dilaksanakan secara ilegal, maka Pemerintah China telah melanggar hak berdaulat Indonesia.

IOJI menyatakan bahwa semakin intensifnya ancaman dari Pemerintah China terhadap keamanan laut Indonesia menegaskan kembali niatan Pemerintah China untuk menguasai Laut Cina Selatan (atau Laut Natuna Utara), termasuk ZEEI, serta mengabaikan bahkan melanggar hukum internasional.

Maka, lanjutnya, Pemerintah Republik Indonesia perlu untuk mengawasi secara intensif dan bahkan menghalau intrusi kapal-kapal survei dan Coast Guard Tiongkok yang melanggar hak berdaulat Indonesia sesuai dengan hukum internasional.

Sebelumnya, penghalauan pernah dilakukan oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI terhadap Kapal Survei milik Pemerintah Tiongkok, Xiang Yang Hong 03, pada Januari 2021 dan kapal China Coast Guard 5204 pada September 2020 dan Desember 2019. TNI AL bahkan melakukan pengusiran terhadap China Coast Guard 4301 pada Januari 2020 dan Maret 2016.

IOJI merekomendasikan antara lain agar Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Bakamla, dan TNI AL melakukan patroli keamanan laut di Laut Natuna Utara hingga batas terluar klaim ZEE Indonesia.

Sumber: fin.co.id

Kategori
Pertahanan

Begini Penjelasan Bakamla RI soal “Ribuan” Kapal Asing di Laut Natuna Utara

IDTODAY NEWS – Banyaknya kapal asing di Laut Natuna Utara terjadi karena wilayah tersebut merupakan pintu masuk dari dan keluar lalu lintas kapal yang melalui Selat Sunda dan Selat Malaka.

Hal tersebut ditegaskan Kepala Bagian Humas dan Protokol Badan Keamanan Laut (Bakamla) RI, Kolonel Wisnu Pramandita dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (18/9).

Dalam kesempatan tersebut, Kolonel Wisnu juga menjelaskan maksud “ribuan” yang sebelumnya disampaikan oleh Sestama Bakamla, Laksda S. Irawan bermakna umum, tidak dalam waktu yang berdekatan dan juga mencakup Laut China Selatan.

“Laut Natuna Utara kan berbatasan langsung dengan Laut China Selatan,” tegas Wisnu.

Bakamla telah mengajukan rekomendasi kebijakan dan strategi menghadapi situasi di perbatasan, termasuk di Laut China Selatan ke Kemenkopolhukam.

Dalam rekomendasinya, Bakamla menyebut menghadapi situasi di wilayah perbatasan tidak hanya butuh kehadiran aparat, tetapi juga pelaku ekonomi termasuk nelayan dan kegiatan eksplorasi ESDM serta penelitian.

Saat ini Bakamla tengah menyusun rencana aksi terkait rekomendasi kebijakan tersebut, salah satunya mendorong konsep pembentukan Nelayan Nasional Indonesia untuk mendorong kehadiran pelaku ekonomi, sekaligus mendukung kegiatan monitoring di wilayah penangkapan ikan di Laut Natuna Utara.

Di sisi lain, Kepala Bakamla RI, Laksdya Aan Kurnia memastikan situasi di Laut Natuna Utara tetap aman terkendali. Nelayan masih bisa beraktivitas sebagaimana biasanya.

Sumber: rmol.id

Kategori
Pertahanan

Bakamla Disebut Bohong soal Kapal Asing di Natuna, Pengamat Intelijen: Buktinya kan Gak Ada

IDTODAY NEWS – Pengamat kemaritiman dan intelijen Soleman B Ponto menepis pernyataan Bakamla soal banyaknya kapal asing di Laut Natuna Utara.

Dia mengatakan apa yang diungkapkan Bakamla itu tidak benar.

“Buktinya kan gak ada? Bakamla bohong. Walaupun benar ada kapal-kapal itu ada, maka kehadiran mereka itu tidak salah,” ucapnya kepada GenPI.co, Jumat (17/9).

Pesiunan jenderal bintang dua itu menilai kehadiran kapal asing tersebut tidak masuk ke perairan Indonesia.

“Kan ,Coast China tidak masuk ke perairan teritorial, mereka ada di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE),” ucapnya.

Dia mengatakan siapa saja boleh berlayar di perairan ZEE karena merupakan wilayah bebas berlayar.

“nggak salah kalau mereka berada di sana, Panglima Armada saja bilang tidak ada kapal asing di sana,” bebernya.

Terkait informasi kapal asing tersebut, Panglima Komando Armada (Pangkor Armada) I Laksda TNI Arsyad Abdullah turun langsung melakukan patroli udara di atas Laut Natuna Utara.

Namun, dia tidak menemukan adanya kapal asing saat melakukan patroli “Bakamla asal bunyi,” imbuh Soleman.

Sebelumnya, Sekretaris Utama Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksda S Irawan mengatakan ada ribuan kapal di Laut Natuna Utara.

Hal tersebut diungkapkan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi I DPR, Senin (13/9/2021).

“Kalau kita lihat di pantauan radar atau pantauan dari Puskodal kami, sampai saat ini di daerah overlapping itu masih ada 6 kapal-kapal Vietnam, pantauan radar, termasuk kapal-kapal coast guard China,” ujar Irawan.

Sumber: genpi.co