IDTODAY NEWS – Pengamat intelijen Stanislaus Riyanta ikut menyoroti kasus rasime dan ujaran kebencian yang dilakukan Ambroncius Nababan terhadap Natalius Pigai.

Menurutnya, perseteruan antara dua pihak tersebut mengindikasikan belum cakap dalam berkomunikasi di depan publik.

Pasalnya, politisi Partai Hanura itu menyerang eks Komisioner Komnas HAM itu dengan konten SARA.

“Seharusnya, tokoh yang sudah terbiasa berbicara di depan publik tidak menggunakan konten SARA untuk menyudutkan pihak lain,” jelasnya dihubungi PojokSatu.id, di Jakarta, Kamis (28/1/2021).

Begitu juga sebaliknya, kata Stanislaus, aktivis kemanusiaan asal Papua itu juga kerap kali membuat pernyataan yang berujung kontoversial.

“Ambroncius secara jelas mengunggah konten rasis terhadap Pigai. Tapi Pigai dalam beberapa kali juga membuat pernyataan rasis,” bebernya.

Baca Juga  Mahfud MD Sikat Satu Persatu Pendemo Ibunya di Madura, Ditahan di Polda

Stanislaus menilai bahwa tujuan kedua tokoh itu tidak lain hanya ingin menyindir satu sama lain karena berbeda pandangan.

“Tujuannya hanya menyindir, tapi akhirnya menjadi kebablasan, tidak peka terhadap nilai-nilai yang harusnya dijaga,” tandas Stanislaus.

Untuk diketahui, kasus rasisme Ambroncius Nababan terhadap Natalius Pigai ini cukup ramai diperbincangkan di media sosial.

Bahkan sejak Kamis (28/1) pagi, tagar #PigaiHinaSukuJawa juga ramai seliweran.

Publik pun menilai Natalius Pigai sengaja memainkan isu rasisme sebagai ‘senjatanya’.

Namun, publik juga membeberkan jejak digital Pigai yang juga dinilai melakukan tindakan rasis, utamanya kepada suku Jawa.

Baca Juga  Pengamat: Perubahan Puan Sulit Dipahami Nalar Normal

Salah satunya adalah banyak beredarnya tangkapan layar pemberitaan PojokSatu.id berjudul ‘Wapres Minta Maaf karena Sulit Tangani Corona, Natalius Pigai: Orang Jawa Tidak Mungkin Minta Maaf’.

Pemberitaan itu mengutip salah satu cuitan Natalius Pigai pada Jumat (22/5/2020) melalui akun @NataliusPigai2.

Cuitan Natalius Pigai itu menanggapi permintaan maaf Wakil Presiden Ma’ruf Amin karena merasa belum optimal dalam penanggulangan pandemi Covid-19.

Namun, Pigai menduga bahwa permintaan maaf itu bukan berasal dari Ma’ruf Amin, melainkan Presiden Jokowi.

Sebab menurutnya, orang Jawa tidak mungkin menyampaikan permintaan maaf.

“Sebagai orang Jawa tidak mungkin minta Maaf. Kata Maaf yang dari Wapres bisa saja dari Jokowi,” tulisnya.

Baca Juga  Ujang Komarudin: Tak Pernah Muncul Di Survei, Kecil Peluang JK Ikuti Kesuksesan Mahathir

Natalius Pigai juga menilai, permintaan maaf itu berarti bahwa pimpinan negara sudah tidak lagi mampu menjalankan tugas-tugasnya.

“Ini jadi dasar Jokowi-Ma’ruf nyatakan tidak mampu jalankan amanat konstutusi,” sambungnya.

Karena itu, ia mendesak MPR RI mempertegas hal itu kepada Jokowi langsung.

Itu perlu dilakukan untuk memastikan keberlangsungkan bangsa dan negara Indonesia.

“MPR mesti bertanya ke Jokowi apa masih mampu memimpin Indonesia demi kepentingan bangsa dan negara,” tandas cuitan tersebut.

Baca Juga: Sidang Eksepsi Jumhur Hidayat Dijaga Ketat, ProDem: Rezim Paranoid!

Sumber: pojoksatu.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan