IDTODAY NEWS – Mantan relawan atau pendukung Tri Rismaharini (Risma), Mat Mochtar mengaku heran dengan keputusan PDI Perjuangan (PDIP) memecat dirinya. Meski begitu, dia tetap tegak lurus dengan keputusan partainya.

“Saya dengar dari koran kalau saya dipecat. Saya heran. Wong saya anak ranting aja enggak. Jangankan dipecat, dibunuh pun saya juga tetap tidak takut. Ini kebenaran. Saya menerima pemecatan. Saya tetap tegak lurus PDI Perjuangan. Tapi wali kotanya tetap Machfud Arifin,” ujar Mat Mochtar di kediamannya, Jumat (20/11/2020).

Mat Mochtar mengatakan, tegak lurus yang dilakukannya itu sejak kongres luar biasa Tahun 1993 silam untuk mengawal PDIP Pro Mega (PDI ProMeg) menjadi ketua umum hingga sekarang.

Namun dirinya saat ini memilih mendukung Pasangan Calon (Paslon) Nomor Urut 2 Machfud Arifin dan Mujiaman Sukirno (MAJU), karena dia hanya ingin meluruskan dan berupaya melawan yang akan mengaburkan sejarah PDIP Kota Surabaya yang sebutnya dilakukan Risma.

Menurutnya, Risma tidak menghargai sejarah dan tokoh PDI Perjuangan. Termasuk pendiri bangsa Ir Soekarno dan Ketua DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Hal itu, lanjut Mat Mochtar, dibuktikan dengan perjuangannya yang merayu Megawati untuk memilih Eri Cahyadi sebagai calon wali kota daripada wakil wali kota yang juga kader asli PDIP Whisnu Sakti Buana. Tak hanya itu, di berbagai baliho Eri-Armudji justru memajang foto Risma yang sejatinya bukan kader asli.

Baca Juga  Kerap Blusukan Di Jakarta, Risma Harus Sadar Orientasi Kerja Mensos Berskala Nasional

“Foto Ir Soekarno dan Megawati yang merupakan tokoh kebanggaan PDI Perjuangan tidak ada. Inilah arogansi Risma. Kita harus ingat dengan sejarah ini dan tokoh kita,” ungkapnya.

Karena itu, Mat Mochtar mengajak seluruh kader asli untuk mendukung Machfud Arifin-Mujiaman. Keduanya juga dinilai memiliki pengalaman yang banyak dan sangat mampu untuk memajukan Kota Surabaya menjadi lebih baik lagi.

“Track record, katanya Eri anak muda. Contoh amblesnya Gubeng itu salah Eri. Banyak gedung cagar budaya jadi hotel, itu kelakuan Eri. Tempat pidato Bung Tomo diratakan dijadikan tempat parkir,” paparnya.

“Pantas seperti itu? Saya sebagai warga Surabaya sangat menolak. Tunjukkan bahwa rakyat Surabaya ingin perubahan yang lebih manusiawi,” sambung Mat Mochtar.

Rumah Mat Mochtar di Jalan Bulak Banteng Kidul, Surabaya didatangi puluhan anggota dan para pengurus Banteng Ketaton Surabaya setelah mendengar kabar pemecatan tersebut. Mereka bertemu Mat Mochtar untuk memberikan support.

Baca Juga: Ketahuan Penumpang Berbaju Kotak-Kotak Naik Panser TNI

Sumber: Jatimnow

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan