Epidemiolog: Tak Lama Lagi Ledakan Kasus Covid-19 Terjadi di Jawa

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyatakan Pulau Jawa harus bersiap PSBB total. (Foto: SINDOnews)

IDTODAY NEWS – Kasus Covid-19 di DKI Jakarta sudah melampaui angka dua ribu. Jumlah ini merupakan yang tertinggi di Indonesia. Sementara Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur berada di bawahnya.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meragukan data kasus Covid-19 di Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur. Kecilnya angka temuan kasus Covid-19 lantaran cakupan tes yang dilaksanakan juga kecil. Dengan kata lain, data yang tersaji kurang akurat ketimbang jumlah kasus sesungguhnya.

“Lihat saja nanti kita lihat dan nanti tidak lama akan menjadi ledakan yang serius di provinsi besar. Mereka barus siap PSBB dan tidak hanya mereka. Jawa ini harus siap PSBB total,” kata Dicky saat dikonfirmasi, Sabtu (26/12/2020).

Ia menjelaskan, kasus Covid-19 di DKI Jakarta sebenarnya tidak terlalu mengkhawatirkan seperti yang ada di provinsi Jawa lainnya lantaran transparansi data penanggulangan Covid-19 yang sudah baik.

“Dia on the track kemudian kapasitas dan infrastruktur yang ada. Saya khawatir, tapi tidak sebesar pada provinsi besar dengan provinsi seperti Jabar, Jateng, dan Jatim,” jelasnya.

Menurut dia, temuan kasus Covid-19 di Jabar, Jateng, dan Jatim kontradiktif dengan data yang dimiliki saat ini. Ia menilai, positivity rate di tiga provinsi di Jawa itu jauh lebih besar dari yang ada.

Baca Juga  Sri Mulyani: Saya Ngutang Diomelin Seluruh Rakyat Indonesia

“Kemudian cakupan testing yang rendah dan data mereka belum berubah. Selama ini yang mengkhawatirkan. Ini yang memperburuk situasi pandemi di 2021 awal ini,” kata Dicky.

Dicky memaparkan, angka positivity rate di Indonesia 20% menunjukkan adanya situasi yang serius di tengah pandemi Covid-19. “Artinya, jangankan 20 persen positivity rate, di atas 10 persen itu saja artinya tidak terkendali,” tegas Dicky.

Baca Juga  Zulhas: Demokrasi Harus Didiskusikan Kembali, Kok Hasilnya Distrust dan Cebong-Kampret

Dia menambahkan, tingginya angka positivity rate di Indonesia berpotensi mengakibatkan banyaknya korban yang meninggal dunia.

“Pertama yang sakit. kedua kematian yang diperburuk dengan minimnya pelaporan dan deteksi. Jadi tidak ada jalan lain lagi, strateginya ada di testing, tracing, dan treatment dengan perbaikan dari kualitas datanya dan persiapan untuk PSBB total Jawa. Saya kira di kloter pertama tahun depan ini kita harua siap,” pungkasnya.

Baca Juga: Istana Sebut Anggaran COVID-19 Rp73 T sebagai Investasi Masa Depan NKRI

Sumber: sindonews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan