IDTODAY NEWS – Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menulis mengenai ‘Oposisi Sekongkol, Rakyat yang Tawuran’ di situs pribadinya. Fahri menilai oposisi di parlemen tidak lagi bersuara.

PPP menilai apa yang disampaikan oleh Fahri Hamzah menjadi perang psikologis Partai Geloran dan PKS.

“Yang disampaikan Fahri Hamzah (FH) terkait oposisi penakut atau oposisi sekongkol itu biar jadi story-nya FH dengan temen-temen PKS. Buat kami yang ada di koalisi pemerintahan, soal itu adalah bagian dari phychological war atau perang psikologisnya teman-teman Partai Gelora yang pentolan-pentolannya juga mantan PKS dengan teman-teman mereka yang masih ada di PKS. Kami akan nonton saja sebagai bentuk ‘rebutan kue’ di segmen pemilih tradisional kedua partai ini,” kata Wakil Ketua Umum PPP, Arsul Sani kepada wartawan, Jumat (3/9).

Fahri juga mengkritik bahwa fungsi wakil rakyat tidak berjalan dengan maksimal. Arsul menilai fungsi perwakilan memang belum maksimal seperti yang diharapkan rakyat.

“Yang mau saya tanggapi soal fungsi perwakilan tidak berjalan dengan baik. Kita tanya dulu, memang waktu Fahri Hamzah jadi Wakil Ketua DPR RI berjalan dengan baik? Buat saya yang periode lalu juga sudah jadi anggota DPR ingin saya akui bahwa fungsi perwakilan kita memang belum maksimal sebagaimana yang diharapkan rakyat,” ucapnya.

Menurutnya, kondisi tersebut sama seperti saat Fahri masih menjabat sebagai pimpinan DPR. Arsul menyebut yang membedakan hanya tone wakil rakyat lebih keras.

Baca Juga  Din Syamsuddin: Insan Pers Miliki Tanggung Jawab Konstitusional Mencerdaskan Kehidupan Bangsa

“Di periode Fahri Hamzah jadi pimpinan juga kurang lebih sama. Yang membedakan kan hanya bicara dengan tone keras saja yang di periode lalu diwakili oleh Fahri Hamzah dan Fadli Zon. Tapi baik-tidaknya fungsi representasi itu kan tidak pas diukur dari apakah pimpinan dan anggota-anggota DPR-nya bicara dengan tone keras atau tidak,” ujarnya.

“Jangan menilai suatu keadaan dimana kita sudah tidak jadi bagian, namun lupa untuk melihat keadaan ketika kita jadi bagian di situ. Nah mestinya harus dibandingkan dulu dong, termasuk melihat apakah ketika kita ada di situ secara substantif memang lebih baik atau baik dalam artian sekedar ‘gimmick’ karen tone-nya keras, namun substansinya nggak jelas,” lanjut Arsul.

Baca Juga  Gatot Nurmantyo: Tabur Bunga di TMP Kalibata Sudah Izin ke Garnisun

Sumber: jitunews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan