Jalan Mulus Gibran

Nama Gibran memang sangat anyar dalam perebutan kekuasaan di Solo. Dalam rangkaian pemilu legislatif dan pemilu presiden, Gibran tidak ikut kampanye sama sekali. Pertama kali namanya muncul berkaitan dengan politik adalah pada survei yang diadakan Laboratorium Kebijakan Publik Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo. Hasil survei menunjukkan Gibran punya popularitas tertinggi di antara tokoh lain seperti Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa. Namanya juga menduduki peringkat kedua dalam hal elektabilitas.

Baca Juga  Ketimbang Gibran, Risma Lebih Berpeluang Melawan Anies

Tidak hanya DPC PDIP Solo yang tak setuju dengan Gibran. Puluhan atau mungkin ratusan massa yang mengaku pendukung Achmad Purnomo dan Teguh Prakosa sempat mendatangi kantor DPC PDIP dan menolak Gibran untuk dipertimbangkan menjadi calon Wali Kota Solo pada Desember 2019.

Bagi mereka, Solo lebih baik dipimpin orang yang sudah berpengalaman daripada tidak sama sekali. Achmad Purnomo juga mendapat dukungan dari Rudyatmo yang nilainya tentu tidak kecil.

Rudyatmo sudah “menguasai” Solo setidaknya 15 tahun. Di era kepemimpinan Jokowi sebagai Wali Kota Solo dari 2005-2012, Rudyatmo mendampingi sebagai Wakil Wali Kota. Setelah Jokowi pergi ke Jakarta, kursi pimpinan itu jatuh kepada Rudyatmo selama tiga tahun. Pada periode itulah Rudy dibantu Achmad Purnomo sebagai wakilnya.

PDIP pun solid dan warga Solo bisa menerima jika Rudy kembali memimpin. Pada Pilkada 2015, Rudy terpilih sebagai wali kota dan turut menggandeng Achmad. Persentase yang memilihnya mencapai 60,39 persen. Tak heran DPC PDIP Solo ingin meneruskan tradisi ini dengan memboyong Achmad dan Teguh Prakosa. Di kemudian hari, besar kemungkinan kursi wali kota akan diteruskan oleh Teguh.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan