Kategori
Daerah

Guru Madrasah di Pandeglang Digaji Rp 50 Ribu, Muhammadiyah: Seharusnya UMR

IDTODAY NEWS – Guru madrasah diniyah takmilyah awaliyah (MDTA) di Pandeglang, Banten hanya menerima upah Rp 50 ribu per bulan dari hasil KBM di sekolah. Muhammadiyah meminta pemerintah daerah (pemda) memperhatikan betul kesejahteraan guru madrasah.

“Pemerintah kurang memperhatikan, masyarakat sekitar harus memperhatikan, walau mereka ikhlas tapi kita harus memperhatikan kesejahteraan mereka,” ujar Ketua PP Muhammadiyah Dadang Kahmad ketika dihubungi, Selasa (7/9/2021).

Dadang menyebut harus ada batas minimal gaji agar kesejahteraan guru madrasah tetap terjamin. Batas minimal itu bisa disejajarkan dengan upah minimum regional (UMR).

“Minimal kebutuhan sehari-hari atau UMR di lokasi itu,” kata Dadang.

“Ya kalau di size ini ya bisa dikasih Rp 500.000 (per bulan),” lanjutnya.

Dadang mengatakan guru madrasah memang ikhlas dalam mengajar. Tapi karena keikhlasan guru madrasah, terkadang kesejahteraan mereka jadi terabaikan.

“Pengabdiannya (guru madrasah) juga tinggi selayaknya mereka diperhatikan oleh pemda untuk kebutuhan-kebutuhan atau gaji yang layak bagi mereka. Walau tidak full tetapi jangan Rp 50.000 atuh zaman sekarang Rp 50.000 per bulan itu sangat berat. Mohon diperhatikan kesejahteraan mereka,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Sekolah MDTA Ar Raudoh Sukanta mengatakan dalam sebulan hanya bisa memberi gaji kepada guru di sekolahnya Rp 50 ribu per bulan. Sebab, madrasah yang Sukanta kelola dan berisi sekira 70 siswa itu hanya mendapat bantuan dari pemda setiap tahunnya senilai Rp 6,5 juta.

“Jadi kalau dihitung, bantuan Rp 6,5 juta itu kalau dibagi buat gaji guru per bulannya itu cuma Rp 50 ribu per orang. Di madrasah saya kan gurunya ada empat, itu udah habis buat menggaji guru juga dengan anggaran segitu (Rp 50 ribu per bulan),” ujar Sukanta kepada detikcom melalui sambungan telepon, Selasa (7/9/2021).

Setelah membagi untuk kebutuhan gaji guru, Sukanta pun mengakui dalam sebulan ia hanya kebagian Rp 75 ribu untuk honor kepala sekolah. Sementara uang sisanya, biasanya dia gunakan untuk membeli keperluan alat tulis dan kebutuhan KBM yang lain.

“Buat beli ATK juga udah habis kang. Apalagi kalau buat kebutuhan ujian tiap semester, itu kadang saya harus mikir keras dapat dananya dari mana,” ucap Sukanta.

Sumber: detik.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *