IDTODAY NEWS – Setelah dua tahun dipaksa menjadi tahanan rumah oleh Zionis ‘Israel’, ikon perlawanan Palestina Syaikh Raed Salah harus kembali menjadi tahanan penjara ‘Israel’ selama 28 bulan atas tuduhan “penghasutan”.

Hukuman itu dijadwalkan dimulai pada Maret, tetapi ditunda karena wabah virus corona.

Salah ditahan pada 15 Agustus 2017 dan menjalani hukuman 11 bulan penjara; sebelum ia beralih menjadi tahanan rumah dengan pengawasan super ketat.

Salah dipaksa memakai tanda elektronik dan dilarang mengakses alat komunikasi, termasuk telepon, internet, dan situs media sosial.

Dia tidak diizinkan berbicara kepada media. Hanya kerabat tingkat pertama dan kedua yang diizinkan untuk mengunjunginya.

Baca Juga  Arab Saudi Nyatakan Musim Haji 2021 Bebas dari Covid-19

Berbicara kepada Anadolu Agency, pengacaranya Kaled Zabraqa menuduh pihak Zionis melanggar hak-hak dasar ikon Palestina itu.

“Hak Shalat di masjid-masjid dicabut sejak Agustus 2017,” kata Zabraqa. “Otoritas ‘Israel’ memberlakukan banyak pembatasan ketat terhadap Salah, termasuk pelarangan hak melakukan panggilan telepon atau berpidato.”

Dalam sebuah pernyataan, tim pembela Salah memperingatkan bahwa kesehatan pemimpin Palestina itu akan terancam akibat penyebaran Covid-19 di dalam penjara Israel.

Otoritas penjara ‘Israel’ belum memberikan data yang jelas tentang jumlah kasus Covid-19 di dalam penjara.

Ratusan warga dari kota-kota Palestina yang dijajah ‘Israel’ berkumpul di luar Penjara AlJalmah dekat Haifa untuk menunjukkan dukungan kepada pemimpin ikonik tersebut.

“Hukuman penjara Salah bertepatan dengan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa,” kata Sheikh Kamal al-Khateeb, wakil kepala Gerakan Islam di Israel.

Dia mengatakan hukuman itu juga muncul beberapa hari setelah pengumuman kesepakatan antara Uni Emirat Arab dan Zionis untuk menormalisasi hubungan mereka.

Kelompok-kelompok Palestina mengecam kesepakatan UEA-Zionis, dengan mengatakan itu tidak melakukan apa pun untuk melayani kepentingan Palestina dan mengabaikan hak-hak rakyat Palestina. Kesepakatan damai UEA dengan Israel adalah “pengkhianatan berbahaya terhadap rakyat Palestina,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga  Israel Buang 80 Ribu Dosis Vaksin Covid-19 ketika Palestina Kesulitan Mendapatkannya

Lahir pada tahun 1958, Sheikh Salah adalah seorang penyair dan ayah dari delapan anak. Dia memulai pekerjaan publiknya sebagai walikota Umm al-Fahm, sebuah kota Arab di Israel, di mana dia juga menjadi pemimpin cabang utara Gerakan Islam di Israel.

Ketika aktivitasnya meluas dan pidato anti-pendudukannya disebarluaskan secara luas di antara rakyat Palestina di Israel, dia beberapa kali beberapa kali sasaran penangkapan oleh otoritas Zionis.

Sumber: hidayatullah.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan