IDTODAY NEWS – Nama Jenderal (purn) Sutarman tidak asing di telinga semua orang apalagi Korps Bhayangkara. Mantan Kapolri dengan bintang empat di pundaknya itu merupakan salah satu pejabat negara yang memilih tidak lagi masuk dalam hiruk pikuk kenegaraan setelah pensiun. Dia punya caranya sendiri untuk memajukan negara, yakni dengan bertani.

Keputusan Sutarman untuk menjadi petani sudah bulat. Dia bahkan dengan tegas menolak tawaran Presiden Jokowi yang memintanya menjadi komisaris BUMN ataupun menjadi Duta Besar di negara sahabat.

Sutarman diketahui menjabat sebagai Kapolri pada tahun 2013 di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sutarman menjadi orang nomor satu di kepolisian selama dua tahun. Karier Sutarman selesai dan dicopot oleh Presiden Jokowi pada tahun 2015.

Pengganti Sutarman, Jokowi menunjuk Badrodin Haiti yang ketika itu menjabat sebagai Wakapolri. Demi mengisi kekosongan pucuk pimpinan, Jenderal Badrodin menjalankan tugasnya menjadi Plt Kapolri.

Jenderal Namratus, begitu sapaannya, memang bukan orang sembarangan. Dia diketahui menjadi tangan kanan Presiden Gus Dur dan menduduki sejumlah jabatan strategis.

Sutarman dari awal masuk kepolisian memang dimasukkan ke satuan reserse kriminal, hingga dipilih menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Polri tahun 2011 hingga 2013, sebelum dia ditunjuk menjadi Kapolri.

Ada pengakuan yang menarik saat Sutarman melepaskan jabatannya ke Badrodin.

“Peristiwa sejarah akan mencatatnya. Karena itu saya ucapkan selamat kepada Pak Badrodin mengemban tugas yang berat sebagai Kapolri. Di saat yang seperti ini,” kata Sutarman ketika itu.

Maklum saja, Sutarman saat itu dicopot dari jabatannya sebagai Kapolri yang msih 9 bulan lagi pensiun. Pencopotan Sutarman dulu dikaitkan dengan pencalonan Budi Guawan sebagai TB 1.

Di balik sisi tegas, Sutarman ketika muda dan belum masuk Akademi Kepolisian ternyata pernah menjadi kuli bangunan dan pedagang bambu keliling. Bukan hanya itu, Sutarman bahkan pernah berjualan tongseng untuk menyambung hidup.

Karena hal itu, tidak ada kesan glamor dari sosoknya saat menjabat sebagai Kapolri. Mobil dinas nya saja tidak ada kesan mewah. Dia memilih menggunakan Innova.

Sutarman yang lahir di sebuah desa kecil di wilayah Sukoharjo 5 Oktober 1957, tepatnya di RT 003 RW 011 Dayu, Desa Tawang, Kecamatan Weru, atau berjarak 5 kilometer dari pusat kota.

Dibesarkan dari keluarga petani yang sangat sederhana. Sang ayah bernama Pawiro Miharjo dan Samiyem, ibunya.

Baca Juga  AHY Akhirnya Minta Tolong ke Jokowi dan Yasonna, ‘Jangan Sahkan Hasil KLB Sumut Pak Presiden’

Anak sulung dari lima bersaudara ini sudah berkeinginan masuk AKABRI. Padahal seluruh aggota keluarga Sutarman berprofesi sama dengan penduduk desa lain yaitu petani.

Jika melihat rumahnya, seperti umumnya rumah pedesaan, tapi gubug itu lapang dan luas. Berbeda dari para tetangga keluarga Sutarman adalah dilindungi pagar-pagar kokoh, namun ia tidak.

Sutarman kecil adalah anak yang pintar, disiplin, rajin dan pekerja keras. Sejak SMP sudah membantu orang tuanya dengan berjualan bambu, bekerja di sawah sampai menggembala kerbau.

Saat kecil di sekolah di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ganggang, Weru. Selepas itu melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Cawas, Klaten dan dan masuk STM di Sukoharjo (sekarang Bina Patria I Sukoharjo) jurusan mesin.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan