Jangan Ludahi Wajah Manusia, Cak Nun Sindir Siapa?

Budayawan yang juga ulama, Emha Ainun Najib (Cak Nun) [Screenshot YouTube/CakNun.com]

IDTODAY NEWS – Di tengah keadaan bangsa yang tengah dilanda pandemi virus Corona (Covid-19) serta munculnya sejumlah masalah mulai dari sosial, penegakan hukum serta ekonomi, membuat Budayawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun , turut memberikan responsnya.

Cak Nun mengungkapkan, dirinya sempat mengirimkan pesan WhatsApp (WA) kepada seseorang yang berkuasa di Jakarta.

Berikut penuturan Cak Nun yang dikutip SINDOnews dari www.caknun.com, Minggu (13/12/2020).

Pagi tadi saya kirim teks WA kepada yang sedang berkuasa di Jakarta: “Njaluk tulung kondho arek2 ojo nemen2 lho. Yokyokopo wong iku yo syahadat yo salat yo niate apik masio carane gak bijaksana. Umpomo wong sing kok tahan iku Setan, elingo nek Polisi dudu Malaikat lho,” kata Cak Nun.

“Pemerintah berkuasa atas Indonesia, tapi tidak berkuasa atas kehidupan, nasib, min haistu la yahtasib keluarga kita, anak istri kita. Innallaha ‘ala kulli syai`in Qadir. Masio iso nangkep maling ndik kampung, diukum ae, ojo sampak diidoni. Di atas kebenaran ada kebaikan. Puncak pencapaian kebenaran dan kebaikan adalah martabat. Puncak martabat adalah kemuliaan. Wong iso salah, tapi menungsone tetep duweke Allah,” tambahnya.

Alhamdulillah dijawab: “Leres Cak. Saya forward nang arek-arek”.

Dalam hidup ini pasti yang kita bela adalah martabat manusia dan muru`ah kemanusiaan. Kita berpihak kepada Tuhan dengan menyayangi semua makhluk-Nya, terutama ummat manusia. Berjuang mencapai kebersamaan, persatuan dan kesatuan, karena Allah sendiri mengkonsep ummat manusia adalah “ummatan wahidah”.

Baca Juga  Ribuan Orang akan Jemput Habib Rizieq Pulang dari Makkah

Jasad manusia adalah petilan amat kecil dari wujud Allah itu sendiri. Sekecil apapun manusia, ia adalah maujud Tuhan. Bahkan ketika ada manusia lapar, Tuhan berempati dengan meletakkan diri-Nya pada orang lapar itu. “Wahai hamba-Ku, Aku lapar engkau tak memberi-Ku makan. Aku haus, engkau tak memberi-Ku minuman. Aku kesepian, engkau tak menyapa-Ku”.

Maka kita pun membalas empati-Nya: kalau engkau meludahi wajah manusia, engkau meludahi wajah Allah. Meskipun manusia itu maling, perampok, bandit, koruptor atau apapun jangan ludahi wajahnya. Kalau tak bisa kau pahami bahwa wajah manusia adalah wajah Allah, sekurang-kurangnya engkau pahami wajah manusia adalah karya Allah. Engkau tidak rela lukisan karyamu, makanan masakanmu, atau lembaran fotomu, diludahi oleh siapapun.

Di dalam perjuangan hidup setiap manusia, pancer-nya adalah Allah. Bahkan wujud manusia dikabarkan merupakan semacam replika dari wujud Allah sendiri. Sehingga setiap perilaku, aktivitas dan aktualitas manusia tidak punya kemungkinan lain kecuali merepresentasikan Allah. Maka jangan sekali-sekali menyakiti Allah dengan meludahi wajah-Nya. Jangan memperhinakan-Nya, seberkuasa apapun engkau di muka bumi. Wajah semua manusia dan setiap manusia adalah wajah Allah itu sendiri.

Baca Juga: Sejak Menyerahkan Diri Dini Hari, Tiga Tersangka Kerumunan Petamburan Masih Diperiksa Penyidik Polda Metro Jaya

Sumber: sindonews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan