IDTODAY NEWS – Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla alias JK dicap sebagai juru bicara (jubir) Taliban Asia Tenggara usai membuat analisa tentang pemerintahan Afghanistan yang sekarang dikuasai Taliban.

Julukan itu diberikan warganet yang tidak suka dengan Taliban. Mereka membenci JK karena Ketua PMI itu tidak mengecam Taliban mengambilalih pemerintahan Afghanistan.

JK sendiri meyakini pemerintah Indonesia akan terus melanjutkan hubungan diplomatik dengan Afghanistan kendati roda pemerintahan dikuasai Taliban.

“Jadi hubungan diplomatik saya kira tidak putus dengan pemerintah siapa pun, hubungan kita antar negara bukan antar pemerintah,” ucap JK dalam konferensi pers virtual, Senin (16/8/2021).

JK mengatakan, saat Taliban berkuasa pada 1996-2001, Pemerintah Indonesia tetap mempertahankan kantor kedutaannya di Kabul, Ibu Kota Afghanistan.

Setelah Taliban lengser, hubungan diplomatik Indonesia terus berjalan hingga era Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.

Hal ini menunjukkan bahwa hubungan diplomatik yang dibangun Indonesia bukan antar pemerintah, melainkan antar negara.

“Indonesia berhubungan diplomatik dengan Afghanistan sebagai negara, bukan pemerintahan siapa-siapa,” tegas JK.

Taliban Bentukan Amerika Melawan Rusia

Kelompok Taliban adalah gerakan nasionalis Islam Sunni yang dibentuk oleh Amerika Serikat pada September 1994.

Saat itu, gerakan Taliban mendukung Pashtun yang secara efektif menguasai hampir seluruh wilayah Afganistan sejak 1996 sampai 2001.

Taliban menjadi kaki tangan Amerika Serikat untuk melawan Uni Soviet.

“Amerikalah yang dulu menciptakan Taliban untuk melawan Rusia yang waktu itu masih bernama Uni Soviet,” kata mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan dalam tulisannya berjudul “Taliban Rasul” di laman disway.id, Selasa (17/8).

Dahlan Iskan

Setelah Taliban berkuasa di Afghanistan, negara itu menjadi sarang terorisme internasional.

“Amerika pun memusuhi Taliban. Menggulingkan pemerintahannya. Yakni setelah terjadi serangan dua pesawat ke menara kembar New York, 9 September 2010. Yang menewaskan lebih 3.000 orang,” tambah Dahlan.

Setelah menguasai Afghanistan, Amerika membangun demokrasi di sana. Mengizinkan banyak partai berdiri. Untuk ikut pemilu.

Tapi tidak pernah ada partai yang berhasil menang. Pemerintahan Afghanistan selalu dibentuk berdasar hasil kompromi yang tidak kukuh.

Politik tidak pernah stabil. Hasil pembangunan juga tidak segera terlihat. Rakyat frustrasi. Mereka juga merasa terhina. Mirip negara jajahan. Rakyat Afghanistan adalah orang yang harga dirinya amat tinggi.

Dari sinilah Taliban kembali mendapat simpati. Terutama ketika muncul pemimpin baru yang berbeda.

Di dalam Taliban sendiri memang terpecah-belah. Terlalu banyak faksi. Salah satunya yang dipimpin Mullah Muhamad Rasul.

“Rasul inilah yang membawa Taliban berwajah baru. Rasul berumur 56 tahun. Ia dari daerah selatan, dekat perbatasan Pakistan,” kata Dahlan.

Nasionalisme Islam Afghanistan

Pemimpin Taliban, Mullah Muhamad Rasul berasal dari suku Pastun, suku terbesar di Afghanistan. Ia berpikiran moderat. Ia Islam mazhab Sunni.

Taliban versi Rasul ini membawa ideologi Islam-nasional-Afghanistan.

Rasul melarang orang asing menjadi pejuang di Taliban. Tidak seperti Taliban lama. Yang begitu banyak dipegang orang asing. Bahkan pemimpin Taliban dari sayap Al-Qaeda adalah Osama Bin Laden, orang Saudi.

Di tangan Rasul, Al-Qaeda tidak akan boleh beroperasi di Afghanistan. Demikian juga ISIS, dilarang.

Hizbut Tahrir pernah menawarkan sistem kekhalifahan untuk Afghanistan. Rasul menolak.

Baca Juga  Merasa Hampir Mati, Abu Janda Sujud Syukur Sembuh dari COVID-19

ISIS juga menawarkan sistem pemerintahan Islamnya untuk Afghanistan. Rasul juga menolak.

“Jelaslah bahwa Taliban di bawah Rasul sangat berbeda dengan yang kita kenal di masa lalu,” tulis Dahlan Iskan.

Mantan Dirut PT PLN ini mengatakan Taliban yang sekarang ini lebih tepat disebut sebagai nasionalisme Islam Afghanistan.

“Mereka lebih mencintai Afghanistan dari pada demokrasi Amerika. Mereka lebih mencintai Afghanistan dari pada Islam dari mana pun,” kata mantan bos Jawa Pos ini.

Mayoritas Islam di Afghanistan menganut aliran Deobandi. Aliran ini lahir di kota Deobandi, dekat Mumbai, India. Di zaman dinasti Moghul tahun 1800-an.

Sampai sekarang sekitar 15 persen Islam di India dan Pakistan dari aliran Deobandi.

“Aliran ini lebih berpegang pada Quran dan Hadis sesuai dengan teksnya. Agak mirip Wahabi. Karena itu Wahabi pernah mewarnai Islam di Afghanistan,” jelas Dahlan.

Bahwa Taliban era Rasul ini berbeda, sudah mereka buktikan selama dua minggu terakhir. Perebutan kota-kota di utara itu misalnya, tanpa diwarnai pertumpahan darah. Bahkan ketika mereka merebut ibu kota Kabul, tidak satu pun yang kena tembak.

Media di negara tetangga melaporkan memang terjadi beberapa kasus penjarahan, tapi hanya minor.

Sikap Presiden Gani sendiri mendukung peralihan yang damai itu. Di satu pihak, Gani memang dianggap pengecut. Tapi Gani sendiri berdalih, ia meninggalkan negeri itu agar tidak terjadi pertumpahan darah.

Para pejuang Taliban itu masuk Kabul memang bersenjata. Ketika mereka memasuki Istana juga dengan senjata lengkap. Tapi mereka hanya mengagumi kehebatan fasilitas di istana itu.

Mereka pun mencoba seluruh sofa yang ada di Istana. Duduk-duduk di situ. Dengan gaya duduk pejuang –sejenak mereka, tanpa aturan protokol Istana.

Sebagian lagi pergi ke gym milik Istana. Para pejuang itu terlihat mencoba alat-alat olahraga di gym itu. Sambil tetap mencangklong senjata.

Mereka menduduki Istana dengan damai. Mereka menjadi penguasa baru. Mereka berjanji akan membentuk pemerintahan inklusi –melibatkan kelompok lain.

“Mereka juga berjanji menghormati wanita. Mereka ingin Afghanistan maju di tangan bangsa sendiri,” kata Dahlan.

China Bakal Gantikan Amerika

Setelah 20 tahun menduduki Afghanistan, Amerika Serikat mulai hengkang setelah negara itu kembali dikuasai oleh Taliban.

Amerika kelihatannya tidak peduli lagi. Amerika tetap memutuskan menarik semua pasukan dari Afghanistan.

Tidak sampai dua minggu seluruh Afghanistan sudah jatuh ke tangan Taliban. Padahal, masih ada 6.000 tentara Amerika yang lagi menunggu jadwal ditarik pulang.

Sejak dua minggu lalu Amerika juga sudah ‘mencicil’ menerbangkan orang-orang sipil Afghanistan ke Amerika. Yakni mereka yang memenuhi syarat mendapatkan visa. Sudah 2.000 orang Afghanistan yang mendapat visa Amerika.

Hari Minggu kemarin adalah hari tergopoh-gopoh nasional di sana. Tentara Amerika, para diplomat, orang-orang yang sudah mengajukan visa. Semua berbondong ke bandara.

Setelah Amerika angkat kaki dari Afghanistan, Taliban bakal menggandeng China sebagai mitra baru.

“Tiongkok kelihatannya sudah siap untuk digandeng. Keduanya memang berbatasan di salah satu sudut sempit pegunungan mereka,” tulis Dahlan.

“Amerika sudah tahu semua itu. Tiongkok juga sudah tahu semua itu,” pungkas Dahlan Iskan.

Sumber: pojoksatu.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan