Jokowi Sebut PPKM Mikro Turunkan Curva Corona, Epidemiolog Beda Pendapat

Foto: Epidemiolog, Dicky Budiman. (Foto: detik.com)

IDTODAY NEWS – Epidemiolog Griffith Universiy Australia Dicky Budiman tak sependapat dengan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyatakan PPKM mikro menurunkan curva Corona di Indonesia. Dicky Budiman menyebut rujukan dari pernyataan Jokowi itu tidak memadai.

“Ya tidak ya, dasar atau data rujukannya tidak memadai dan jauh dari akurat untuk mengatakan bahwa, pertama PPKM efektif, kedua juga adanya penurunan,” ujar Dicky saat dihubungi, Sabtu (20/2/2021).

Menurutnya, dalam satu pekan ini jumlah kematian akibat virus Corona di Indonesia menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara. Dicky menyebut, berdasarkan data WHO, ada 1.500 orang meninggal akibat Corona di Indonesia dalam sepekan terakhir.

“Karena yang terjadi kasus (aktif) di atas 100 ribu malah, kemudian dipertegas lagi dengan seminggu terakhir di Indonesia tertinggi South East Asia, itu data WHO. Dengan kasus kematian baru 1.500-an di minggu terakhir itu tertinggi,” ucapnya.

Baca Juga: Dipo Alam Ungkap Hubungan SBY-Megawati, Demokrat: Terima Kasih atas Kesaksian Ini

Dicky menerangkan angka kematian merupakan suatu indikator keparahan penyebaran virus di suatu negara. Menurutnya, apabila ada seorang saja meninggal akibat virus itu merupakan pertanda negara telah gagal dalam mendeteksi dini.

“Angka kematian itu indikator valid bahwa situasi keparahan pandemi dari suatu negara. Artinya wilayah negara itu tertinggal dari virusnya ketika ada kematian, bahkan ada kematian satu pun itu sudah menunjukkan bahwa ada gagal deteksi dini dan orang jadi gagal terdeteksi infeksinya, sehingga dia sempat menularkan kebanyak orang dan akhirnya tidak tertolong karena gejalanya tidak tertangani dan meninggal,” katanya.

Baca Juga  Terima Kasih Pak Jokowi, Sudah Perintahkan Menkes Bekerja

Secara terpisah epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, menyebut turunnya curva Corona di Indonesia karena jumlah testing juga menurun. Meski demikian, Pandu tidak mengetahui alasan jumlah testing itu mengalami penurunan.

“Nggak tahu saya kenapa itu (jumlah testing menurun). Kan sekarang ada tes antigen, tidak ada hambatan, jadi semua testing PCR dan antigen harus dilakukan dan dilaporkan keduanya dan harus dibedakan mana yang dites lewat PCR, mana yang dideteksi antigen,” kata Pandu.

Baca Juga: Anies Dikritik Wanita Emas, Wagub DKI: Atasi Banjir Perlu Waktu

Sebelumnya diberitakan, Presiden Jokowi sempat menyatakan pemberlakuan pembatasan kegiatan PPKM tidak efektif. Kini strategi sudah diubah menjadi PPKM skala mikro. Dia menyatakan PPKM skala mikro lebih efektif menekan kurva COVID-19.

Baca Juga  Media Jepang Soroti Pidato Jokowi, Ada Lebih 1.480 Perusahaan Jepang di Indonesia

“PPKM Skala Mikro Lebih Efektif Tekan Kasus Aktif COVID-19,” demikian judul keterangan tertulis dari Biro Pers Media dan Informasi Sekretariat Presiden yang diterima detikcom pada Sabtu (20/2).

Presiden Jokowi berbicara dengan para pemimpin redaksi media nasional di Istana Merdeka, Rabu (17/2). Dia menjelaskan perihal PPKM mikro yang berhasil menekan kurva pandemi.

“Kenapa saya ngomong di awal minggu itu PPKM tidak efektif? Ya karena memang kurvanya tidak ada yang melandai turun. Tetapi yang kedua kelihatan sekali sudah turun. Yang ketiga ini turun lagi,” kata Jokowi

Baca Juga: Jokowi Minta Porsi APBD untuk Covid-19 Diperbesar

Sumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan