IDTODAY NEWS – Politisi PDI-Perjuangan Rahmad Handoyo menanggapi desakan dari fraksi PKS DPR RI terkait rapat gabungan komisi IX untuk mengebut produksi vaksin merah putih.

Rahmad menilai desakan tersebut terkesen lucu dan aneh.

Pasalnya, vaksin merah putih tersebut masih dalam proses uji pra klinis. Sehingga, tidak bisa didesak untuk secepatnya melakukan produksi.

Demikian disampaikan anggota Komisi IX DPR RI itu menanggapi desakan Frkasi PKS saat dihubungi Pojoksatu.id di Jakarta, Selasa (19/1/2021).

“Kok ini jadi aneh untuk dibahas. Jadi, lucu kalau buat vaksin kok dikejar-kejar. Ini adalah penelitian ilmiah jadi tahapannya sudah diberi penjelasan, perkiraannya dan sekejulnya sudah diberikan penjelasan,” ujarnya.

Ia menyebut bahwa Komisi IX dan pemerintah masih dalam tahap menunggu terkait dengan kelanjutan vaksin merah putih tersebut.

Baca Juga  Ungkapan Duka Cita Wapres Ma'ruf Amin, Ustadz Yusuf Mansur, SBY Hingga Aa Gym: Beliau Wajahnya Bersih

Sebab, kata Rahmad, pembuatan vaksin Covid-19 itu sudah diatur dan ada prosedur berserta tahapannya untuk dilalui untuk memastikan bagus atau tidaknya vaksin tersebut.

“Jadi, kita ini sudah tahap menunggu. Bukan untuk mengejar-ngejar, kalau mengawasi boleh,” tuturnya.

“Kalau suruh mengejar-ngejar tidak boleh, ini penelitian, kalau bagus iya, kalau tidak, kan nggak bisa dilanjutkan begitu kira-kira tahapannya,” tandas Rahmad.

Sebelumnya, anggota Komisi VII DPR fraksi PKS Mulyanto mendesak Komisi IX untuk segera rapat gabungan.

Rapat itu dinilai perlu untuk membahas percepatan jadwal uji pra klinis dan uji klinis vaksin Merah Putih serta membahas dukungan pemerintah untuk menyertakan vaksin Merah Putih dalam program vaksinasi nasional double doses.

“Hal ini penting karena kita tengah berkejaran dengan waktu terkait pandemi COVID-19 ini,” ujar Mulyanto dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Selasa (19/1/2021).

Baca Juga  Bawa Poster Jokowi Berhidung Pinokio, Demonstran Diamankan

Mulyanto mengatakan komitmen terhadap 3 juta vaksin Sinovac sudah terlanjur diambil pemerintah walaupun vaksin ini hanya memiliki efikasi sebesar 65%.

“Karena itu masih diperlukan tambahan lebih dari 100 juta dosis vaksin untuk vaksinasi penduduk Indonesia secara signifikan. Jumlah ini sangat besar dan secara bisnis merupakan pasar empuk,” jelasnya.

Menurutnya, produksi dan penggunaan vaksin Merah Putih sangat penting agar Indonesia tidak tergantung pada vaksin impor dan sekadar menjadi pasar bisnis vaksin semata.

Selain itu, dia khawatir uang negara yang terbatas dan didapat dari utang terkuras habis hanya untuk membeli vaksin impor.

“Sangat masuk akal kalau kita mendesak riset dan produksi vaksin Merah Putih agar segera digunakan bagi pemulihan pandemi COVID-19. Jangan sampai terlambat yakni diproduksi pada saat pasar vaksin sudah jenuh,” ucapnya.

Baca Juga  Citra PDIP Tambah Rusak Jika Herman Herry Dan Ihsan Yunus Terbukti Terlibat Korupsi Bansos

Lebih lanjut Mulyanto menyebutkan, pengadaan vaksin tidak boleh dimonopoli oleh satu produk dengan harga yang tak terkendali.

Anak buah Ahmad Syaikhu itu menilai potensi pasar vaksin jangan hanya dinikmati oleh berbagai produk impor yang menyedot devisa negara.

Untuk itu, tambah Mulyanto, perlu intervensi negara untuk mendorong riset dan produksi vaksin Merah Putih.

“Ini penting agar kita tidak sekadar menjadi negara pengguna dan pembeli, tetapi menjadi negara pembuat, yang berbasis keunggulan para innovator handal nasional. Kita bisa,” pungkasnya.

Baca Juga: Gus Yaqut: Hentikan Kerja Sama dengan Aplikator Prakerja, Alokasikan Anggaran untuk Bantuan Tunai

Sumber: pojoksatu.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan