Tapi di periode kedua bung mencalonkan diri lagi, setelah mengevaluasi periode pertama bung, saya putuskan tidak memilih siapapun. Saya gunakan hak politik untuk tidak memilih.

Saya rakyat biasa, yang bekerja secara serabutan untuk bisa hidup. Saya menulis Surat Terbuka ini karena saya pernah punya peran sangat kecil dalam sejarah perubahan politik. Jujur saya sangat malu menyatakan ini. Tapi saya juga merasa didesak oleh tanggungjawab moral dan politik untuk menyatakannya. Karena bagaimanapun saya merasa pernah ikut mendorong perubahan politik, secuil apapun. Fakta itu sulit saya sembunyikan, bung. Dan kini bung berada di periode yang sudah berubah itu. Bung sudah berada di wilayah yang, dengan susah payah dan dengan segala risiko kami upayakan, dulu.

Dengan semua beban dan pikiran itu saya berharap bung bisa dan mau menggunakan Hak Prerogatif bung untuk menunda Pilkada secara nasional, sebelum kita benar-benar sudah berada dalam situasi aman terhadap ancaman Covid-19. Saya tidak perlu mengulang semua alasan yang sudah disampaikan para ahli otoritatif baik dari kalangan ahli kesehatan, saintis, dan tokoh-tokoh spiritual. Bung pasti juga sudah membacanya. Saya percaya itu.

Bung juga pasti tahu, bahwa saya bukan satu-satunya orang yang mendesak penundaan Pilkada. Bung pasti ikuti – ada banyak rakyat yang memberi suaranya bagi kekuasaan yang bung miliki saat ini – yang punya harapan sama dengan saya. Bung pasti sadar, bahwa bung dipilih oleh rakyat, bukan oleh ketua partai apalagi pemodal.

Sama seperti bung, saya juga memiliki sekian anak yang sudah dewasa dan memiliki hak politik. Kita adalah para orang tua yang pasti sangat mencintai semua keturunan darah kita itu. Sebagai orang tua, kita akan selalu berada di garda terdepan dalam membimbing mereka ke kehidupan yang aman, sehat, damai, dan sejahtera.

Politik selalu dalam dinamika dan proses yang bergerak, bung. Kalau hari ini tidak terjadi, masih sangat mungkin terjadi di lain hari. Selalu bisa ditunda, dibenahi, dan diperbaiki. Kehidupan akan baik-baik saja. Tapi penyakit mematikan yang menimpa kita atau keluarga kita, akan meninggalkan sesal berkepanjangan yang sangat mungkin akan susah kita lupakan. Anggota keluarga saya, sahabat, dan kerabat sudah banyak yang wafat karena penyakit ini, bung.

Baca Juga  Rocky Gerung: Ada Menteri Berakal Sehat yang Mulai Gerah dengan Jokowi

Buat saya, seorang negarawan yang hebat adalah dia yang bisa mengatasi krisis dengan baik dengan melahirkan keputusan-keputusan yang memberi rasa aman, sehat dan sejahtera, bagi rakyatnya. Bukan sebaliknya.

Begitulah surat ini saya buat dengan kesadaran penuh tanggungjawab. Saya sadar kalau harapan saya belum tentu akan terjadi. Karena itu, sekali lagi sebagai orang tua, saya akan menyarankan anak-anak dan keluarga saya yang sudah memiliki hak politik, agar tidak usah ikut memilih dalam Pilkada.

Baca Juga  Arief Poyuono: Erick Thohir Harus Dicopot Karena Sakarepe Dhewe

“A statesman is he who thinks in the future generations, and a politician is he who thinks in the upcoming elections.” (Abraham Lincoln).

Baca Juga: Viral Video Aksi Habib Rizieq Gotong Mayat Korban Tsunami

Sumber: indopolitika.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan