Langkah Anies Baswedan Bikin Istana Panas: Sudahlah, Pak Jokowi!

Langkah Anies Baswedan Bikin Istana Panas: Sudahlah, Pak Jokowi! (Foto: doc.JPNN/GenPI.co)

IDTODAY NEWS – Naiknya persentase pengidap covid-19 membuat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta diperpanjang lagi selama dua pekan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menambah jangka hingga 11 Oktober 2020 yang diklaim oleh Wagub DKI Ahmad Riza Patria bahwa keputusan ini sudah mendapat izin pemerintah pusat.

Ahli Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad menilai memperpanjang PSBB tidak akan berjalan efektif selama pola mobilitas warga DKI terpantau tak kunjung menurun.

“Kalau mobilitasnya tidak banyak berkurang, maka efek yang diharapkan tidak bisa terjadi. Kalau bicara tentang itu butuh 60-70 persen orang untuk mengurangi mobilitasnya untuk bisa bekerja dengan baik,” ungkapnya pada Jumat (25/9).

Sebelumnya, Anies mengklaim penambahan kasus di DKI menurun dalam beberapa waktu belakangan. Penambahan kasus yang tadinya mencapai 3.846 orang atau 49 persen dilaporkan kian turun menjadi 1.453 orang atau 12 persen.

Kendati demikian, grafik kasus harian pada situs corona.jakarta.go.id, menyebutkan angka kenaikan harian di pertengahan sampai akhir bulan September terpantau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.

Baca Juga  Anies Masuk Daftar 21 Heroes 2021, Netizen: Masya Allah Prestasi, Prestasi, Prestasi

Anies menyatakan penyebaran virus bisa saja dihentikan, menurutnya penerapan PSBB akan memberi dampak serupa dengan fenomena herd immunity atau kekebalan kelompok.

Anies berpendapat bahwa jika mobilitas masyarakat dihentikan secara masif, virus akan sulit menemukan orang untuk ditularkan.

“Dengan begitu penyebaran virus dapat menurun dengan signifikan, dan bahkan berhenti. Namun langkah ini harus dilakukan dengan maksimal,” jelas Anies Baswedan.

Sementara itu, Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN), Adi Prayitno menilai bahwa aksi Anies tak lepas dari sejarah politik yang melekat erat pada sosoknya.

Anies dilihat sebagai sosok yang berlawanan dengan pemerintahan Presiden Jokowi yang membuat masyarakat anti-rezim pemerintahan saat ini mendukungnya.

Meski begitu, Adi mengatakan bahwa keputusan Anies tidak bisa berjalan sendiri dalam menenerapan PSBB. Karena pengendalian covid-19 sangat bergantung dengan arah kebijakan pemerintah pusat yang berupaya menyeimbangkan penanganan krisis kesehatan dan ekonomi.

Baca Juga  Jenderal Gatot Ungkap Dicopot Jokowi gegara Gelar Nobar Film G30S/PKI

Sehingga sekeras apapun upaya Anies menerapkan PSBB, tidak akan bisa dilakukan secara ketat jika pemerintah pusat tidak merestui.

Sepertinya langkah yang konsisten dilakukan Anies ini dinilai ampuh dalam memelihara dukungan politik dari kalangan yang selama ini setia mendukungnya. Sehingga posisi elektoral Anies pun cenderung stabil, tak naik maupun turun.

Meski kebijakan Anies Baswedan terus disudutkan, ternyata lambat laun keputusan Gubernur DKI Jakarta ini membuat orang tersadar akan kebenaran yang seharusnya dilakukan saat pandemi covid-19 kian mengganas.

Bahkan, langkah Presiden Jokowi dianggap blunder dalam menangani pandemi virus corona, sebab mendapat kritikan dari pendukungnya sendiri.

Kritik datang dari Satuan Tugas Khusus (Satgasus) Cakra Buana Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Satgasus tersebut pernah menjadi tim pemenangan Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.

Kepala Satgasus Cakra Buana PDIP Kadiman Sutedy meminta Jokowi dan jajarannya menghentikan manuver politik dalam menangani corona.

“Jangan lagi manuver-manuver politik soal beginian, deh. Aduh, kasihan rakyat. Sedih saya,” jelas pria yang karib disapa Yongki itu, Rabu (16/9).

Dia menilai pemerintah tidak menunjukkan kepedulian kepada masyarakat kecil selama enam bulan menangani pandemi.

Yongki juga mengaku menerima berbagai keluhan dari masyarakat saat dirinya melakukan kunjungan ke beberapa pasar.

“Rakyat takut. Di pasar saja mereka enggak datang (untuk) beli,” terang Yongki.

Dia pun meminta Jokowi merangkul semua elemen masyarakat untuk menangani pandemi virus corona.

Misalnya, merangkul eksekutif, yudikatif, pemuka agama, peguyuban, raja-raja nusantara, TNI, dan Polri.

“Ini yang saya belum lihat bangsa ini memikirkan bagaimana saling bergandengan tangan, saling memaafkan,” ungkap Yongki.

Selain itu, Yongki juga mengingatkan Jokowi dan jajaran akan keagungan Tuhan.

“Enggak ada jalan keluar. Sudahlah, Pak Jokowi. Enggak ada yang lebih berkuasa dari-Nya,” pungkas Yongki.

Sumber: genpi.co

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan