IDTODAY NEWS – Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti menolak menjadi Wakil Menteri (Wamen) dalam reshuffle kabinet yang dilakukan Presiden Jokowi.

Diketahui Mu’ti sebelumnya masuk dalam daftar Wamen yang bakal dilantik bersamaan dengan enam menteri baru. Ia disebut-sebut akan mengisi posisi Wamendikbud, tapi namanya mendadak hilang jelang pelantikan tersebut.

Menanggapi hal ini, Dosen Ilmu Politik UIN Jakarta, Bakir Ihsan menilai, hak semua orang untuk menolak jabatan politik. Termasuk yang dilakukan Mu’ti.

Kelompok Pendukung Risma Bermunculan, Ini Komentar Wanita Emas

Bakir hanya percaya, keputusan yang diambil Guru Besar UIN itu sudah matang berdasarkan subyektifitas bersangkutan.

Baca Juga  Pemilu Diisukan Mundur 2027, Pengamat: Jika Benar, Komisioner KPU Harus Diganti tanpa Kecuali

“Itu hak Pak Mu’ti untuk menerima atau tidak menerima tawaran menjadi Wamendikbud, termasuk alasan tidak mampu mengemban amanah itu,” ujar Bakir, Rabu (23/12/2020).

Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Research and Analysis (Sudra), Fadhli Harahab. Bagi Fadhli, keputusan Mu’ti yang menolak menjadi menjadi Wamen patut diapresiasi. Namun, keputusan itu agaknya juga mengundang tafsir publik.

Menurut Fadhli, karena Wamen juga jabatan yang dipilih secara politik, maka masyarakat juga berasumsi lain tentang alasan yang dikemukakan Mu’ti tersebut. Fadhli menduga karena pembagian kekuasaan di dalam reshuffle dirasa masih kurang seimbang.

Baca Juga  Pengamat: Peringatan Joe Biden Sindiran untuk Jokowi, Bukan Anies

“Bicara integritas, pak Mu’ti sudah tak diragukan lagi lah. Tapi, boleh jadi porsinya kurang seimbang. Kan bisa-bisa saja orang nyangka itu NU dapat Menag, tapi Muhammadiyah cuma dapat wamen. Ya kira-kira begitu, kalo kita mau menduga-duga,” kata Fadhli yang dihubungi terpisah.

Lebih lanjut Fadhli mengatakan, apalagi sebelumnya banyak informasi yang beredar bahwa Mendikbud, Nadiem Makarim bakal diganti, namun ternyata masih aman. Menurutnya, dari asumsi awal jika Nadiem diganti, maka penggantinya berasal dari kader Muhammadiyah, dan jika Menag diganti maka diberikan kepada kader NU.

Baca Juga  Mungkinkah Idham Aziz Jadi Menteri Usai Pensiun Kapolri? Ini Analisa Pengamat Politik

“Tapi ternyata yang lolos sensor kader NU. Gus Yaqut (Yaqut Cholil Qoumas) itu kan NU yang di PKB. Itu (NU) masih ditambah Wakil (menteri) Pertanian. Mas (Harvick) Hasnul Qolbi infonya kan Bendahara PBNU. Jadi sekali itu kalo kita mau menduga-duga secara politik,” ujar pria yang juga analis politik dari UIN Jakarta ini menandaskan.

Baca Juga: Minta Maaf Usai Dipolisikan Terkait Menag untuk ‘Gebuk’ Islam, Said Didu: Saya Tidak Menuduh Siapapun

Sumber: jitunews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan