IDTODAY NEWS – Wartino (100) tampak terbaring lemah akibat sakit di pembaringan sebuah balai beralas kasur di sebuah bangunan semi permanen di kawasan kumuh Kampung BTN Cengkok, Kelurahan Margaluyu, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, saat Tribunbanten.com ke tempatnya, Selasa (15/9/2020).

Badannya tampak kurus, kedua tangan dan kakinya tak berisi terkulai tak berdaya di atas balai.

Rambutnya memutih, matanya sayup dan tatapan nya kosong.

Di samping tempatnya terbaring terdapat sebuah ember berisi air dan gayung.

Nenek asal Indramayu tinggal bersama cucunya, Masrifah (49).

Untuk membuang air besar dan air kecil, terpaksa harus ia lakukan di dalam kamar dengan dibantu cucunya.

Baca Juga  Guru Habib Muhammad Al-Haddad Bermimpi, Rasulullah SAW Restui Habib Rizieq

Tak ada ventilasi udara di kamar yang ditempati nenek Wartino.

Dengan tubuh lemahnya, Nenek Wartino hanya terbaring dengan wajah terus mengarah ke bagian atap.

Hanya dinding batu bata tanpa plester menjadi pembatas dan atap genteng yang sudah mulai mengelupas, menjadi teman Nenek Wartino sehari-hari.

Lantai rumah hanya beralaskan semen.

Di area ruang tamu, hanya tampak sedikit barang, seperti kipas yang telah diselimuti debu serta sebuah lampu bohlam sebagai penerang kala malam hari datang.

Di sekeliling tempat tinggal Nenek Wartino ada terdapat sebuah empang dengan tumpukan perobotan rumah yang sudah rusak.

Baca Juga  Akibat Miras, Seorang Ahli Ibadah Berzina dan Membunuh Bayi Tak Berdosa

Bagian kamar mandi tampak tanpa menutup. Hanya ada tirai kain sebagai penghalang.

Tempat tinggal Wartino menghadap muara dengan sejumlah kapal nelayan yang biasa mencari ikan ke laut.

Nenek Wartino hidup bersama sang cucu kedua, Masrifah.

Masrifah menceritakan, sang nenek semula tinggal di Indramayu Jawa Tengah.

Namun, Nenek Wartino terpaksa dibawa ke Serang lantaran tidak ada lagi keluarga yang menjaganya di sana.

Hidup Masrifah di Kota Serang juga terbilang serba kekurangan.

Ia merantau dan tinggal di Kampung BTN Cengkok sejak tahun 1996.

Tanah yang ditempati untuk membangun tempat tinggalnya merupakan tanah milik negara, tepatnya milik Dinas Pekerjaan Umum dan Badan Tanah Nasional.

Baca Juga  Mengenang Ketika Syekh Ali Jaber Memaafkan Pelaku Penusuknya...

Masrifah mengatakan anak dari Wartino sudah meninggal sejak lama.

Ia menceritakan, Nenek Wartino dengan kondisi lemah masih mengisi hari-harinya di pembaringan balai dengan bersholawat. Bahkan, Nenek Wartino masih bisa menghafal Alquran semasa sehat.

Namun, kondisi sang nenek semakin renta dan terbaring di balai.

Sudah empat hari, Nenek Wartino terbaring lemah di kasur.

Musrifah mengaku tak dapat membawa sang nenek ke rumah sakit karena tidak memiliki uang.

Sementara, suaminya hanya seorang nelayan dengan penghasilan tidak menentu.

Sumber: Tribunbanten

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan