IDTODAY NEWS – Pernyataan kontroversial komika Pandji Pragiwaksono yang menyebut ormas islam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) terlalu elitis dan masyarakat kalangan bawah lebih banyak simpati terhadap Front Pembela Islam (FPI) sangat tidak tepat.

Begitu kata disampaikan pakar hukum pidana Universitas Al-Azhar Indonesia, Prof Suparji Ahmad saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL sesaat lalu, Jumat (22/1).

“Muhammadiyah dan NU organisasi yang terbuka dan merakyat. Sehingga tidak tepat disebut elitis,” kata Suparji.

“Pernyataan tersebut bersifat spekulatif tanpa berbasis data dan fakta. Apa yang dikategorikan elitis (oleh Pandji) tidak jelas,” imbuhnya menegaskan.

Supardji menambahkan, jika elitis yang dimaksud Pandji dikategorikan karena terbatas kalangan tertentu atau hanya mengurusi masalah-masalah yang elit semata, itu pun jelas-jelas keliru dan tidak proporsional.

Baca Juga  Sebut Ada Mualaf Sok Ngajarin Presiden Soal Muazin, Denny Siregar: Belajar Dulu, Malu-maluin!

“Karena Muhammadiyah dan NU anggotanya meliputi semua lapisan masyarakat. Selain itu, yang diurus juga kepentingan rakyat. Misal pendidikan, kesehatan, dakwah, dan lain-lain,” tegasnya.

Lebih lanjut, Supardji menegaskan bahwa ketika masyarakat kalangan bawah menjadi anggota FPI bukan karena Muhamdiyah dan NU bersifat elitis, namun karena masyarakat tersebut memang cenderung berpola pikir dan bertindak seirama dengan FPI.

“Yang jadi anggota FPI bukan karena Muhammadiyah dan NU elitis, tapi karena mereka memiliki pola pikir dan pola tindak yang sama dengan FPI,” pungkasnya.

Baca Juga  Kondisi Terkini Habib Rizieq dari Rumah Sakit, Ini Penjelasan Walikota Bogor

 Dalam perbincangannya dengan sesama komika yang pernah diunggah di akun YouTube miliknya, Pandji Pragiwaksono menilai bahwa FPI semakin disukai masyarakat kalangan bawah karena Muhammadiyah dan NU terlalu elitis.

Pandji mengutip pernyataan yang pernah disampaikan sosiolog, Thamrin Amal Tomagola yang menyebut ada banyak simpatisan FPI di kalangan bawah karena ormas yang sudah dinyatakan bubar itu selalu ada ketika masyarakat kalangan bawah meminta bantuan.

“Ini gue dengar dari Pak Thamrin Tomagola, dulu tahun 2012, kalau misalnya ada anak mau masuk di sebuah sekolah, kemudian nggak bisa masuk, itu biasanya orang tuanya datangi FPI minta surat. Dibikinin surat ke FPI, dibawa ke sekolah, itu anak bisa masuk, terlepas dari isi surat itu menakutkan atau tidak, tapi nolong warga gitu,” ujar Pandji.

Baca Juga  Islam Dihina Lagi, Muhammadiyah Imbau Muslim Tidak Terpancing

“Kata Pak Tamrin Tomagola, pintu rumahnya ulama-ulama FPI kebuka untuk warga, jadi orang kalau mau datang bisa. Nah, yang NU dan Muhammadiyah yang terlalu tinggi dan elitis, warga tuh ngga ke situ, warga justru ke FPI. Makanya mereka pada pro FPI, karena FPI ada ketika mereka butuhkan,” sambungnya. 

Baca Juga: Kehidupan Sederhana Syekh Ali Jaber Dibongkar Adik, Mobil Dicuri, Saldo ATM Segini, ‘Punya Utang’

Sumber: rmol.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan