Pemerintah Cuek Terhadap Ahli Vaksin Indonesia, PKS: Orang Indonesia Itu Pinter-pinter

Ilustrasi vaksin corona. Vaksin virus corona yang dikembangkan Rusia, Sputnik V diragukan ilmuwan Barat, terkait data keamanan vaksin yang dikembangkan untuk mencegah Covid-19.(SHUTTERSTOCK/Orpheus FX)

IDTODAY NEWS – Sikap pemerintah yang terkesan kurang mendukung kemampuan ahli vaksin Indonesia sangat disayangkan. Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakann, Indonesia punya banyak tenaga ahli di berbagai bidang, termasuk di bidang vaksin.

Namun sayangnya keberadaan para ahli ini tidak dihargai. Sehingga wajar kalau beberapa di antaranya memilih berkarir di luar negeri.

“Orang Indonesia itu pinter-pinter. Jadi tidak benar stigma yang mengatakan kita ini bangsa kuli, bangsa tempe. Nyatanya kita punya Begawan Teknologi Prof. Dr. BJ. Habibie. Bahkan kita mampu menerbangkan pesawat N-250 si Gatot Kaca yang berteknologi canggih,” ujar Mulyanto, Selasa (3/8).

Mulyanto menambahkan belum lama ini heboh diberitakan soal Indra Rudiansyah, peneliti Indonesia yang terlibat dalam penelitian vaksin AstraZeneca. Padahal selain Indra Rudiansyah, ada peneliti perempuan Indonesia yang turut tergabung dalam tim Jenner Institute yang mengembangkan vaksin AstraZeneca, yakni Carina Citra Dewi Joe.

Berbeda dengan Rudiansyah, yang masih merampungkan Ph.D-nya, Carina mendapat beasiswa di Oxford University hingga selesai mendapat gelar Ph.D.

“Vaksin seperti Astra Zeneca, tentu bisa kita buat kalau kita mau. Cuma ketimbang memproduksi, bangsa kita lebih senang mengimpor, dengan berbagai alasannya. Kita kurang menghargai produk dalam negeri,” tegas politisi PKS tersebut.

Menurut Mulyanto, ristek masih dianggap anak tiri, baik dari aspek anggaran, kelembagaan maupun dukungan ekosistem lainnya. Bahkan secara politik, pemerintah seperti tidak punya kehendak bagi pengembangan Iptek.

Baca Juga  Pemimpin Harus Beri Contoh, Sujiwo Tejo Tantang Para Petinggi Divaksin Duluan

Jadi, kata Mulyanto, jangan heran kalau Kementerian Riset dan Teknologi dibubarkan. Lalu lembaga riset prestisius seperti BATAN, LAPAN, BPPT dan LIPI dibubarkan dan unsur-unsurnya dilebur kedalam BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).

“Politisasi Ristek terlalu kental. Rencananya BRIN akan memiliki Ketua Dewan Pengarah secara ex-officio dari dewan pengarah BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila). Belum lagi dari aspek kebijakan. Tidak jelas mana lembaga perumus dan penetap kebijakan Ristek di Indonesia. Terjadi dualisme matahari kembar antara BRIN dan Kemendikbud-Ristek,” paparnya.

Mulyanto yakin kalau pemerintah komitmen untuk mengembangkan Ristek sebagaimana mestinya banyak hal yang dapat dihasilkan. Termasuk pengadaan vaksin untuk penanggulangan Covid-19.

“Kalau kita sungguh-sungguh mengembangkan vaksin Merah Putih, tidak usah dipanggil pun Rudiansyah akan pulang, begitu juga Carina dan banyak ahli diaspora kita di I4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) yang bersedia pulang,” jelas politisi PKS tersebut.

Sumber: fin.co.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan