IDTODAY NEWS – Pemerintahan Jokowi tetap melanjutkan proyek pembangunan infrastruktur di Taman Nasional Komodo, Pulau Rinca, NTT, meski mendapat peringatan dari badan PBB, UNESCO.

“Proyek ini akan dilanjutkan. Sudah disetujui tidak akan memberikan dampak,” ujar Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Wiratno, kepada kantor berita Reuters.

Sementara dikutip dari BBC Indonesia, Wiratno mengatakan pembangunan, termasuk di Pulau Rinca, sudah mencapai 95 persen dan akan tetap dilanjutkan.

Ia juga mengatakan pembangunan infrastruktur di lahan seluas 1,3 hektar di kawasan Loh Buaya, Pulau Rinca, justru untuk melindungi komodo.

Sejumlah lembaga dan organisasi di Indonesia dan internasional menyoroti proyek tersebut, karena dianggap mengancam habitat komodo.

Wiratno mengatakan analisis yang baru sedang disusun dan bisa diserahkan pada bulan September mendatang. Hingga saat ini tidak ada kejelasan proyek apa yang sedang dilakukan di Pulau Rinca tersebut.

Tahun lalu, Pemerintah Indonesia mengatakan sedang membangun “tempat wisata premium” di pulau tersebut.

Sementara dalam pernyataan terpisah, Wiratno mengatakan proyek tersebut akan mencakup renovasi pada struktur yang sudah ada dan tidak akan menimbulkan bahaya bagi komodo.

Desakan untuk pariwisata berbasis pada kerakyatan Bulan Juli kemarin, dalam Konferensi Komite Warisan Dunia.

UNESCO mengatakan proyek pembangunan tersebut membutuhkan hasil AMDAL yang baru, yakni soal masalah penangkapan ikan ilegal dan potensi risiko perusakan habitat komodo.

Petinggi UNESCO juga sudah meminta perkembangan baru dari analisis tersebut, tapi tidak mendapatkan tanggapan dari Pemerintah Indonesia.

Sementara itu, Rima Melani Bilaut dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mengatakan proyek tersebut tidak hanya akan menganggu kehidupan komodo, tapi juga berdampak pa da kehidupan warga setempat.

“Kami mendesak Pemerintah untuk mengembangkan pariwisata yang berbasis pada kerakyatan,” ujarnya.

Padahal UNESCO sudah memperingatkan, jika rencana pembangunan “Jurassic Park” dilanjutkan akan berdampak buruk bagi lingkungan.

“Jurassic Park” adalah sebutan dari pengguna sosial media, bukan nama resmi proyek sebenarnya di Taman Nasional Komodo.

Penyebutan ini terjadi setelah foto yang beredar di jejaring sosial, yang menggambarkan seekor komodo berdiri di depan sebuah mobil besar dan mengingatkan mereka pada pulau dinosaurus di film Jurassic Park.

Sejak tahun lalu, sejumlah pembangunan untuk pengembangan pariwisata dilaporkan sedang berlangsung di Taman Nasional Komodo, yang juga masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO.

Sumber: pojoksatu.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan