IDTODAY NEWS – Pelaku usaha memberikan apresiasi yang tinggi kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang tidak mengikuti jejak Gubernur Jawa Tengah yang menerapkan Gerakan Dirumah Aja pada Sabtu-Minggu atau lockdown setiap akhir pekan. Keputusan DKI sangat bijak mengingat keberadaan Jakarta sebagai kota jasa, tempat ekonomi Jakarta digerakkan berbagai usaha sektor jasa yang setiap akhir pekan aktivitasnya sangat tinggi.

Wacana akan diterapkannya lockdown akhir pekan sempat membuat pelaku usaha kawatir dan galau, mengingat penerapan PSBB yang diperketat saja pelaku usaha sudah membuat omzet turun tajam. Apalagi kalau setiap akhir pekan ada larangan keluar rumah akan membuat pelaku usaha semakin terpuruk dan frustasi.

“Pengumuman dari Gubernur DKI Jakarta pada hari Jumat (5/2) yang memastikan tidak akan menerapkan lockdown pada akhir pekan untuk menekan penularan Covid-19 membuat pengusaha lega dan memiliki semangat untuk bertahan,” kata Sarman Simanjorang, Ketua Umum DPD HIPPI DKI Jakarta, dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Minggu (7/2/2021).

Menurut Sarman, keputusan Gubernur Anies itu memberikan sedikit napas bertahan bagi pengusaha mall/pusat perbelanjaan, pusat perdagangan, hotel,restoran, kafe, mini market, dll yang menggerakkan ekonomi Jakarta di tengah pandemi. Keputusan itu juga seakan merasakan psikologi pengusaha saat ini yang sudah sangat di unjung tanduk karena mendekati setahun aktivitas usaha dan bisnis stagnan dengan berbagai kebijakan pembatasan.

“Setidaknya ada sedikit harapan meraup omzet di akhir pekan di tengah pembatasan jam opersional yang ada untuk menyambung napas usaha untuk mampu bertahan sambil menuggu badai berlalu. Banyak pelaku usaha yang berinovasi yang tadinya di bisnis travel atau pedagang fashion membuka usaha kuliner atau menjual makanan dan minum dan omzet mereka lumayan meningkat setiap akhir pekan. Bisa dibayangkan jika lockdwn diberlakukan akhir pekan,” jelas Sarman.

Baca Juga  Anies Baswedan: Pemerintah Pusat Dukung PSBB DKI Jakarta

Selama ini pertumbuhan ekonomi Jakarta selalu di atas rata rata pertumbuhan ekonomi nasional, tapi sebagai dampak Covid-19 ekonomi Jakarta terjun bebas dengan pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi. Bahkan pada kuartal II-2020 minus 8,22% dan kuartal III-2020 menguat minus 3,82%.

Untuk kuartal IV-2020 yang baru saja dipublis BPS DKI Jakarta menguat minus 2,14%, dengan demikian secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Jakarta selama Januari-Desember 2020 minus 2,36%, sedikit di atas pertumbuhan nasional yang minus 2,07%. Sebagai kota jasa, ekonomi Jakarta sangat tergantung terhadap pergerakan manusia. Semakin banyak manusia bergerak bebas di Jakarta, maka peluang terjadinya transaksi ekonomi semakin besar, dan sebaliknya jika pergerakan manusia dibatasi maka ekonomi Jakarta akan stagnan.

Baca Juga  Deretan Kota yang Turunkan Baliho Habib Rizieq

Jika pertumbuhan ekonomi nasional 2021 ditargetkan di kisaran 4,5-5,5%, dengan melihat pertumbuhan ekonomi Jakarta selama ini, selayaknya target pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun 2021 di atas target pertumbuhan ekonomi secara nasional, di kisaran 5,00 -6,00%. Namun melihat partumbuhan ekonomi Jakarta yang masih terkontraksi pada kuartal II, III, IV-2020 serta laju penyebaran Covid-19 yang masih tinggi ada rasa pesimistis bisa tercapai.

“Namun jika program vaksinasiberjalan lancar serta didukung dengan peran serta masyarakat Jakarta yang semakin disiplin melaksanakan protokol kesehatan, maka terbuka peluang pemerintah mengeluarkan kebijakan yang lebih longgar sehingga berbagai aktivitas dunia usaha dan masyarakat normal kembali. Dengan demikian partumbuhan ekonomi Jakarta dapat positif dan keluar dari resesi,” tandas Sarman.

Baca Juga: Bendung Katulampa Siaga 3, Warga Bantaran Sungai Diminta Waspada Banjir

Sumber: sindonews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan