IDTODAY NEWS – Selama PPKM Darurat diberlakukan sejak Agustus 2021, hampir semua jalur masuk Kota Surabaya macet. Kemacetan ini lantaran warga yang bekerja di Surabaya atau sebaliknya melakukan aktivitas sehari-hari.

Dari pantauan detikcom, Senin (9/8/2021) jalur masuk Surabaya di perbatasan Karangpilang-Surabaya dan Sepanjang-Sidoarjo, kerap macet sejak pukul 06.00 WIB. Kendaraan baik motor, mobil, kendaraan umum berebut berangkat lebih pagi agar terhindar macet. Namun hal itu justru menambah kemacetan. Sebab selain truk-truk banyak yang parkir di pinggir jalan, jalur tersebut hanya dua jalur.

Kondisi ini diperparah dengan penyekatan di Karangpilang. Semua pengguna jalan mengambil jalur tikus. Namun lagi-lagi jalur tikus penuh kendaraan dan akhirnya menumpuk tanpa ada yang mengatur.

Tak hanya di kawasan Karangpilang saja yang macet. Di kawasan Mastrip juga terjadi kemacetan hingga depan Kebun Binatang Surabaya (KBS). Perang klakson dan berebut saling mendahului kerap terjadi.

Arus lalu lintas yang macet juga terjadi di Jalan Brawijaya, Ciliwung, Opak, Adityawarman hingga Jalan Diponegoro. Kondisi lalu lintas agak mencair saat masuk di kawasan Jalan Kartini.

Sementara di Bundaran Waru juga mengalami kemacetan karena ada penyekatan di depan CITO. Pengguna jalan berusaha menerobos masuk Surabaya melalui jalur-jalur tikus di belakang Gedung BNI atau CITO. Akibatnya jalur tikus di kawasan Dukuh Menanggal padat merayap.

Baca Juga  Dicecar Najwa Soal Alasan Habib Rizieq Tak Buka Hasil Swab Test, Haikal Hassan: Kita ke Depan Saja

Seorang warga yang bosan didera kemacetan, Nana (43) mengaku tak sanggup lagi jika PPKM level 4 diperpanjang.

“Saya ampun-ampun tiap hari sebulan kena macet. Sudahlah tidak usah diperpanjang lagi PPKM-nya. Warga butuh kerja dan mencari uang. Kena PSBB saja sudah sengsara, tidak ada satupun bantuan dari pemerintah turun. Sekarang ditambah PPKM, hadew,” jelas karyawan swasta ini kepada detikcom.

Ungkapan pedas diungkapkan Azizah (45). “Percuma penyekatan di tengah kota, kalau di perbatasan kota padat dan macet. Pinggir-pinggir kota selama ini macet. Sama saja penyebaran virusnya dari pinggir kota. Kalau kami disalahkan karena keluar rumah, terus siapa yang kasih kami makan, kalau kitanya ga kerja. Wis embuh karep-karepe (Terserah apa maunya),” tandasnya.

Hal senada diungkapkan Tika (30). Warga Krian ini mengaku dirinya tidak mampu berbuat apa-apa lagi dengan kondisinya yang WFH (Work From Home) terus menerus. “Banyak yang sudah vaksin. Sudah jangan ada PPKM lagi. Yang penting tetap prokes ketat,” tegasnya.

Sumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan