IDTODAY NEWS – Politikus PDI Perjuangan Ruhut Sitompul getol “menyerang” Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang kembali memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ketat untuk mengendalikan Covid-19 di wilayah Ibu Kota.

Dalam perbincangan di program NGOMPOL (Ngomongin Politik) yang tayang di channel YouTube JPNN.com, Senin (14/9), Ruhut Sitompul mengatakan bahwa Presiden Jokowi sudah bekerja keras mengendalikan wabah ini.

Presiden ketujuh RI itu menurutnya menyikapi pandemi Covid-19 dengan kebijakan yang bijaksana meski sejak awal banyak pihak yang mendesak diberlakukan lockdown atau penguncian wilayah secara nasional. Anies juga termasuk yang ngotot menginginkan penguncian wilayah itu.

“Anies boleh bangga, apa-apa mau PSBB. Lupa omongan dia. Nih Ruhut yang ngomong. Eh Anies, kau yang paling ngotot lockdown. Ingat enggak. Dia yang paling ngotot pada waktu itu,” ucap Ruhut.

“Kebayang kalau kita dulu lockdown. Super power Amerika, Eropa, Singapura yang paling hebat ekonominya, lockdown. Semua sekarang resesi. Resesi lho. Dampaknya. Tetapi beliau (Jokowi, red) mengeluarkan kebijaksanaan PSBB. Sangat fleksibel,” sambung Ruhut.

Nah, bagaimana sikap Ruhut Sitompul atas kebijakan Anies kembali memberlakukan PSBB ketat?

Apa yang dia persoalkan hingga begitu gencar menyerang Anies yang juga mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI era Presiden Jokowi itu?

Baca Juga  Harapan Hidup Tinggal Ilusi, ProDEM Desak SBY Buat Seruan Aksi Rakyat

Berikut tanya jawab dengan Ruhut dalam program NGOMPOL JPNN.com tersebut:

Bagaimana bang Ruhut menanggapi keputusan Anies yang menerapkan kembali PSBB ketat mulai lagi 14 September 2020?

Ya kalau saya, jujur saja saya tidak setuju kalau total. Kembali lagi ke yang semula. Karena begini, kan kita sudah berjalan hampir 6 bulan. Kita sudah belajar ya. Corona (PSBB, red) sekarang yang mau dilakukan Anies dengan sebelumnya kan lain. Awal corona (terkena) semua, ini kan yang mengerikan kan Jakarta. Bukan merah, hitam orang bilang. Kenapa? Kan banyak cara.

Tetapi ada satu hal saya lihat. Saya belum pernah lihat Anies selama mengatasi corona ini seperti Ganjar atau Khofifah, atau Ridwan, turun ke bawah. Mana pernah? Hanya di depan podium. Ngomong dengan permainan kata-lata. Kan hanya itu.

Sebenarnya jujur saja. Enggak usah ada PSBB seperti pertama lagi. Yang transisi ini tetap saja. Tapi kembali tolong dia turun ke bawah, door to door, hei rakyatku, pakailah masker, hei rakyatku bikinlah jarak, hei rakyatku, cuci tangan. Dengan beberapa protokol kesehatan, dia yang langsung sampaikan. Turun.

Baca Juga  Saiful Anam: Andai Banjir Yang Melanda Jateng Terjadi DKI, Pasti Anies Habis Dikritik

Alasan DKI berlakukan PSBB salah satunya kapasitas rumah sakit mulai penuh. Bisa kolaps nanti. Itu bisa jadi alasan?

Kan enggak enak kalau itu yang disampaikan. Ini akan begini-begini, itu uang enggak? Dana enggak? Oo rupanya mau dana lagi dari pusat. Hah?

Memang melihat ini kurang dana Pemprov DKI?

Oh iya lah. Itu kan pasti kan minta anggaran. Tapi sekarang saya enggak tahu kawan-kawan saya yang ada di DPRD DKI. Bagaimana sih itu formula E? Kasih dong jawaban mengenai DP yang ratusan miliar itu. Itu kan bisa digunakan. Ditarik lagi.

Bagaimana bang Ruhut menanggapi keputusan Anies yang menerapkan kembali PSBB ketat mulai lagi 14 September 2020?

Ya kalau saya, jujur saja saya tidak setuju kalau total. Kembali lagi ke yang semula. Karena begini, kan kita sudah berjalan hampir 6 bulan. Kita sudah belajar ya. Corona (PSBB, red) sekarang yang mau dilakukan Anies dengan sebelumnya kan lain. Awal corona (terkena) semua, ini kan yang mengerikan kan Jakarta. Bukan merah, hitam orang bilang. Kenapa? Kan banyak cara.

Tetapi ada satu hal saya lihat. Saya belum pernah lihat Anies selama mengatasi corona ini seperti Ganjar atau Khofifah, atau Ridwan, turun ke bawah. Mana pernah? Hanya di depan podium. Ngomong dengan permainan kata-lata. Kan hanya itu.

Sebenarnya jujur saja. Enggak usah ada PSBB seperti pertama lagi. Yang transisi ini tetap saja. Tapi kembali tolong dia turun ke bawah, door to door, hei rakyatku, pakailah masker, hei rakyatku bikinlah jarak, hei rakyatku, cuci tangan. Dengan beberapa protokol kesehatan, dia yang langsung sampaikan. Turun.

Alasan DKI berlakukan PSBB salah satunya kapasitas rumah sakit mulai penuh. Bisa kolaps nanti. Itu bisa jadi alasan?

Kan enggak enak kalau itu yang disampaikan. Ini akan begini-begini, itu uang enggak? Dana enggak? Oo rupanya mau dana lagi dari pusat. Hah?

Memang melihat ini kurang dana Pemprov DKI?

Oh iya lah. Itu kan pasti kan minta anggaran. Tapi sekarang saya enggak tahu kawan-kawan saya yang ada di DPRD DKI. Bagaimana sih itu formula E? Kasih dong jawaban mengenai DP yang ratusan miliar itu. Itu kan bisa digunakan. Ditarik lagi.

Sumber: jpnn.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan