IDTODAY NEWS – Mata uang rupiah pada pagi ini menguat hingga Rp 14.500 per dolar AS dari pembukaan pasar spot. Rupiah menguat 0,79% dibandingkan posisi penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Namun, penguatan rupiah tak bertahan lama, karena pada pukul 09:13 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.540 di mana rupiah menguat 0,51%.

Berikut detail kurs dollar rupiah yang dikutip dari laman Bank Mandiri (Diperbarui pada pukul 09.06 WIB per 31 Agustus 2020)

Kurs dollar rupiah special rate:

Kurs beli Rp. 14.500 per dollar AS
Kurs jual Rp. 14.650 per dollar AS

Kurs dollar rupiah TT counter:

Kurs beli Rp. 14.275 per dollar AS
Kurs jual Rp. 14.775 per dollar AS

Kurs dollar rupiah bank notes:

Kurs beli Rp. 14.275 per dollar AS
Kurs jual Rp. 14.775 per dollar AS

Sebagai informasi sejak dinyatakan Indonesia akan memasuki era New Normal oleh Presiden Jokowi, nilai tukar rupiah terhadap dolar sempat mengalami penguatan yang signifikan.

Baca Juga  Tanggapi Pernyataan Ngabalin, Refly Harun: Justru Dia yang Hina Jokowi

Terhitung sejak bulan April hingga akhir bulan Mei, rupiah berhasil mencatatkan penguatan lebih dari 10%. Artinya sentimen dalam negeri terkait rencana memutar kembali roda perekonomian menjadi sentimen positif bagi rupiah.

Pada 27 Mei 2020 yang merupakan hari di mana Presiden Joko Widodo mengumumkan rencana New Normal, rupiah mengawali perdagangan dengan melemah tipis 0,03% di Rp14.735/US$. Kemudian rupiah melanjutkan penguatannya sebesar 0,07% ke Rp14.720/US$ dan bertahan di level tersebut hampir sepanjang perdagangan. Hingga penutupan perdagangan, rupiah tetap menguat meski sempat terakselerasi dengan mencapai Rp14.670/US$, menguat 0,41% di pasar spot menurut data Refinitiv.

Namun demikian, Rizal Ramli menyebut, bahwa kekuatan rupiah yang terjadi hanya ditopang oleh utang negara. Rizal mengatakan salah satu faktornya adalah karena Amerika Serikat (AS) sedang mencetak banyak uang karena memberikan stimulus ekonomi nasional hingga US$ 2 triliun.

Menurutnya hal ini membuat mata uang negara lain seperti Indonesia mengalami penguatan yang semu. “Semua indikator makro ekonomi ini negatif, menariknya…kok rupiah bisa stabil? Menurut saya ini terjadi karena di Amerika sana mereka sedang nyetak uang besar sekali. Stimulus terakhir di sana US$ 2 triliun, akibatnya mata uang dollar anjlok, mata uang lain jadi kuat. Ini stabilitas semu,” tegasnya.

Baca Juga  SBY Dapat Penghargaan "Lifetime Achievement" dari Partai Demokrat

Ia pun mengaku tak heran jika rupiah hari ini kembali menguat.”Penguatan Rupiah itu hasil doping pinjaman. Utang lagi, utang lagi. RI ngutang lagi $2M yield 11,625%, 4 Maret 2019. Yield tertinggi! Vietnam yield hanya 5%. Rupiah kuat didukung peningkatan pinjaman dgn bunga super tinggi!! Kreditor pesta pora, rakyat semakin terbebani. Menkeu semakin ngawur.

“Kalau Yield seringgi ini siapapun bisa. Kok bunganya seperti bunga rentenir. Apakah negeri kita sdh jadi para pemilik uang mencari untung di sini dan yg menanggung seluruh rakyat ?” tukasnya.

Sumber: indonesiakita.co

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan