RUU Pemilu Berimbas ke Peluang ‘Bang Jago’ Ganjar, Anies dan Ridwan di 2024

Tarik-menarik RUU tersebut berimbas pada kepentingan Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil para jawara capres 2024 versi lembaga survei. (FOTO: SINDOnews)

IDTODAY NEWS – Direktur Riset Indonesian Presidential Studies (IPS), Arman Salam menganggap, kelanjutan usulan Rancangan UU terkait tentang perubahan atas UU Pemilu No 7 2017 dan UU Pilkada No 10/ 2016 kini mengalami babak baru dalam sandiwara romantika politik yang sangat berbau kepentingan praktis.

“Setelah publik dikagetkan dengan penolakan UU baru yang dilakukan oleh partai koalisi yang dahulu kencang, misalnya Golkar dan Nasdem ditambah yang lainnya, kabarnya kini rancangan UU tersebut diturunkan dari daftar Prolegnas 2021,” kata Arman saat dihubungi SINDOnews, Kamis (11/3/2021).

Baca Juga  Mensos Juliari Berurusan dengan KPK, Ini Informasi Penting dari Kemensos soal Kepastian Bansos

Arman menilai, ada dua kemungkinan kenapa RUU diturunkan dari daftar Prolegnas. Pertama sudah selesainya ‘nego politik’ terkait tarik-menarik kepentingan partai yang dibalut dalam rancangan UU tersebut. Dia melihat, dengan penolakan Golkar dan Nasdem sebenarnya pertarungan sudah dianggap selesai, sehingga isu ini tidak lagi menjadi seksi dan kue-nya sudah dibagi habis.

Kedua, kata Arman, hal sebaliknya tentu ada pertimbangan lain bisa saja partai yang menolak memiliki hitungan lain terkait aroma kepentingan penguasa akan penunjukan ‘Plt’ nantinya. Artinya hitung hitungannya mulai dikalkulasi ulang oleh pemerintah dan parpol koalisi, sehingga butuh waktu implikasinya RUU tersebut digantung dengan menurunkan dari daftar Prolegnas 2021.

“Tarik-menarik RUU tersebut berimbas juga pada kepentingan para “bang jago”, misalnya Ganjar, Anies, Ridwan Kamil dan lainnya sebagai para jawara capres 2024 versi lembaga survei,” kata Arman.

Lebih lanjut alumnus Kebijakan Publik UI ini mengatakan, meski tarik menarik wacana revisi UU Pemilu dibangun dengan sebuah sistem yang baik dalam tata kelola sosialisasi dan pemenangan, permainan politik Senayan terhadap RUU pemilu dan Pilkada tidak begitu signifikan atas kemenangan bakal calon.

Baca Juga  Kepala Daerah Masih jadi Favorit Menuju Pilpres 2024, Anies dan Ganjar Bersaing Ketat

“Walau tentu tidak dinafikan kalau pemilu disatukan, maka PDIP dan kepentingan penguasa yang paling diuntungkan,” katanya.

Baca Juga: Isu Kudeta Bikin AHY, Moeldoko dan Demokrat Semakin Populer

Sumber: sindonews.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan