Soal Kebijakan Mobil Listrik, Luhut: Jepang Marah, Saya Dituduh Pro China

Luhut Binsar Pandjaitan bicara soal kebijakan mobil listrik di Indonesia (Foto: Anisa Indraini/detikcom)

IDTODAY NEWS – Masih jarang pabrikan otomotif di Tanah Air yang menjual mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicles (BEV). Di sisi lain, Pemerintah Indonesia mengarah tren ke arah sana.

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan mengungkapkan arah tren kendaraan listrik tersebut bukannya tanpa kritik. Seperti diketahui, bagi industri yang mengembangkan mobil listrik di dalam negeri ada rangsangan insentif. Insentif berikutnya adalah tax holiday (pengurangan/penghapusan pajak) untuk industri kendaraan listrik yang terintegrasi dengan industri baterainya.

“Kalau peraturan-peraturan, kita semua buat. Kita mau supaya pajaknya dia (mobil listrik) nol lebih rendah daripada hybrid,” ungkap Luhut seperti detikcom kutip, Senin (7/9) dari webinar yang bertajuk Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik dan Infrastruktur Pendukung yang diunggah di Youtube IA ITB SUMUT.

“Jepang marah sama kita, kenapa tidak hybrid dulu kalian. Nah, saya dituduh pro China. Saya bilang urusan apa pro china,” sambungnya.

“Kenapa saya mesti ke hybrid, kalau saya bisa langsung ke baterai. Saya tanya ke Prof Satrio, bagaimana, Prof? lha iyalah, Prof Satrio bilang ‘ngapain kita habiskan waktu kita pergi lagi ke hybrid, investasi lagi, nanti ubah sini, kita bisa potong jalan (langsung ke battery electric vehicles), nah itu yang sekarang kita lakukan, sehingga Indonesia menjadi lebih bagus,” jelas Luhut.

Baca Juga  Sahut-menyahut Para Politikus Kala SBY Diminta Tiru Habibie oleh Luhut

Pun kendaraan listrik diatur dalam Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.

Penasehat Khusus Bidang Kebijakan Inovasi dan Daya Saing Industri Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi Satryo Soemantri mengatakan Indonesia sudah siap bersaing membangun mobil listrik, ketimbang memilih internal combustion engine.

“Momentum ini adalah momentum yang tidak boleh kita abaikan inilah saatnya Indonesia bangkit, kalau kita ingin mempunyai industri yang kokoh, industri nasional, mengapa demikian? teknologi mobil listrik, adalah teknologi yang paling sederhana bandingkan dengan teknologi combustion engine, kita di Indonesia ini sudah lebih dari mungkin 50 tahun tidak pernah bisa membuat engine, dengan adanya mobil listrik kita hanya butuh baterai, kemudian motor listrik, dan kontroller. Itu semua bisa kita laksanakan,” jelas Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam kesempatan yang sama.

Baca Juga  Miris, Banyak Masjid di Xinjiang yang Diubah Jadi Kafe dan Dihancurkan

Sumber: detik.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan