KEMBALI Presiden Jokowi PHP kepada rakyatnya, seperti biasa tanpa permintaan maaf kepada rakyat. Presiden Joko Widodo mengklaim Indonesia telah mampu mengatasi persoalan pandemi Covid-19 selama tujuh bulan meski belum sempurna. Begitu disampaikan Jokowi melalui video yang diunggah di akun Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu malam (3/10).
Fakta data dari hari ke hari malah menunjukan kenaikan grafik pada gelombang pertama selama 7 bulan virus Covid-19 grafiknya naik terus masih maturity, belum ada tanda-tanda melandai alias decline. Negara lain sudah bersiap untuk gelombang kedua. Karena mereka sudah mencapai decline pada gelombang pertama.
Jika dicermati pada bulan Mei lalu dengan penuh keyakinan Presiden Jokowi pernah menyampaikan bahwa pada bulan Juli grafik Covid di Indonesia akan mencapai puncaknya setelah itu akan melandai. Tidak tahu Jokowi dapat wejangan darimana. Sembari membandingkan kebijakan dengan negara lain bahwa Indonesia lebih baik daripada beberapa negara yang di-lockdown.
Staf Istana pakai data darimana ya. Sementara RRC tempat asal virus. Melakukan lockdown sedikit kejam kepada rakyatnya dikunci dari luar rumahnya di Kota Wuhan. Virus Covid-19 ketakutan. Tidak menyebar ke provinsi lain cukup di satu Orovinsi Hubei, Cina. Malah dengan cepat mereka pulih kembali. Korbannya jauh lebih kecil dari Indonesia. Rakyat kota Wuhan yang dilockdown asal Covid-19 sekarang sudah berparty ria, disco berjalan semalam suntuk.
Di Indonesia virus Covid-19 seperti meledek Presiden kita, menyebar ke lebih 9 provinsi. Jangankan melandai seperti ramalan Jokowi, grafik covid malah menaik. Kemudian tanpa sedikitpun penyesalan bahwa ramalannya tidak tepat. Jokowi kembali secara datar mengulang pernyataan bahwa Indonesia pada bulan Agustus akan mencapai puncaknya dan setelah itu akan melandai. Rupanya virus Covid-19 di Indonesia sangat bandel alias tidak patuh atas perintah Presiden kita. Malah semakin meningkat, sampai sekarang.
Tentunya Presiden Jokowi tidak bisa meradang marah kepada virus Covid-19 yang bandel tersebut yang dengan ganas telah memangsa korban jiwa 11.151 rakyat Indonesia (data 4/10), termasuk 130 orang Dokter.
Sebagai gantinya Jokowi memperagakan kemarahannya melalui media yang sudah dipersiapkan. Mungkin sebagai hiburan kepada rakyat. Sasaran marahnya adalah pembantu yang diangkatnya sendiri yakni para menterinya. Disertai dengan ancaman akan mereshufle kabinet. Heboh sebentar. Setelah para pembantunya terutama Menkes menyatakan anggaran Covid masih sangat sedikit digunakan karena dananya belum turun. Nah lho. Rupanya dihebohkan sendiri.
Rencana Reshufle mengancam para Menteri buyar. Hanya para relawan Jokowi sudah gatal dan mendesak-desak agar Jokowi melakukan pergantian Menteri. Berharap kebagian. Rakyat hanya bisa melongo menonton episode dagelan istana, dalam menutupi ketidak mampuan.