Kategori
Politik

BuzzerRp Mau Alihkan Kesalahan Plumpang ke Gubernur Pemberi KTP dan IMB Tanah Merah

IDTODAY NEWS – Para pendengung di media sosial atau buzzer dinilai tidak memiliki rasa empati terhadap korban kebakaran Depo Pertamina Plumpang. Pasalnya, mereka kini malah melakukan politisasi atas musibah yang telah membuat 19 orang meninggal dunia.

Begitu kata aktivis kolaborasi warga Jakarta, Andi Sinulingga di akun Twitter pribadinya, Minggu (5/3). Dalam unggahan itu dia turut menyertakan tautan berita tentang pemberian KTP warga Tanah Merah oleh Jokowi saat masih jadi gubernur dan pemberian IMB oleh Anies Baswedan.

“Kejinya para buzzerp, mereka bukan hanya tak berempati pada korban, tapi malah mempolitisir musibah yang terjadi,” tuturnya.

Andi Sinulingga menilai bahwa para buzzer sedang ingin mengalihkan fokus masyarakat yang kini tengah mengkritik tajam kerja Pertamina.

Mereka ingin mengaburkan fakta bahwa sebenarnya ada yang salah dengan tata kelola Pertamina.

“Mereka mau alihkan fokus dari kesalahan teknis yang dilakukan pihak pertamina, menjadi kesalahan warga itu sendiri, dan kesalahan gubernur yang beri KTP dan IMB di sana,” tegasnya.

Sumber: rmol

Kategori
Politik

Ngabalin Cemooh RR Punya Otak Septic Tank, Jerry Massie: Inilah Gaya Buzzer, Tak Beretika!

IDTODAY NEWS – Cemoohan yang dilontarkan Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin kepada Menko Ekuin era Presiden Gus Dur, Rizal Ramli, dikecam banyak pihak.

Pasalnya, pernyataan Ngabalin menanggapi kesediaan Rizal Ramli membantu menyelesaikan masalah keuangan PT Garuda Indonesia Persero (Tbk) dengan syarat mengubah Presdiential Threshold menjadi 0 persen, malah bersifat ejekan yang ak mendidik.

Ngabalin menyebut isi otak Rizal Ramli hanya Septic Tank, dan melabeli RR sebagai orang yang menyimpan dendam kepada Pemerintah lantaran kena pecat Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Salah satu dari banyak pihak yang mengecam pernyataan Ngabalin terhadap RR ialah Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie. Dirinya malah balik melabeli Ngabalin sebagai orang yang tak berpendidikan, karena tidak memiliki etika.

“Saya lihat bahasa bang Ngabalin kayak tak beretika dan punya sopan santun. Kayaknya waktu di kuliah tak belajar etika dan tata krama. Atau hanya banyak belajar tata boga?” ketus Jerry dalam sambungan telpon dengan Kantor Berita Politik RMOL, Senin sore (13/9).

Di samping itu, Jerry mengaku heran dengan posisi dan peranan Ngabalin di KSP. Sebabnya, sejauh ini dia hanya sering tampil ke media dengan gaya komunikasi yang mirip dengan pendengung alias buzzer.

“Nah, bahasa ini seperti gaya para buzzer yang menyerang RR, orang hebat kok di bilang Septic Tank. Otak Nagbalin dan Rizal Ramli beda antara langit dan bumi,” ucap Jerry.

“Orang kalau cerdas lingiustik verbal bahasa polite (sopan) dan juga santun,” tandasnya.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Singgung Buzzer, AHY: Mereka Sebenarnya Perusak Demokrasi

IDTODAY NEWS – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) angkat bicara perihal bahaya keberadaan buzzer di media sosial. Mereka dianggap perusak tatanan demokrasi karena menyebarkan hoaks politik.

“Saat ini kita hadapi perilaku-perilaku buruk para buzzer yang memang pekerjaan utamanya adalah untuk memproduksi dan menyebarluaskan hoaks politik,” kata AHY dalam perayaan HUT ke-20 Partai Demokrat, digelar virtual pada Kamis (9/9).

AHY menyadari Partai Demokrat kerap ‘diserang’ oleh buzzer. Oleh sebab itu, ia meminta para kader untuk memastikan persatuan terus terjaga.

“Mereka sebenarnya adalah perusak demokrasi dan telah memecah belah bangsa. Kita harus waspada dan kita harus berani tegar untuk menghadapi itu semua,” ujarnya.

Mantan calon gubernur DKI Jakarta itu juga berharap kader Partai Demokrat bisa menjadi garda terdepan dalam merawat demokrasi.

”Kita harus waspada, berani, dan tegar untuk menghadapi itu semua. Karena kita ingin menjadi garda terdepan dalam merawat dan memperjuangkan demokrasi,” tutur AHY.

Sumber: jitunews.com

Kategori
Politik

Sindir Buzzer, AHY: Perusak Demokrasi, Memecah Belah Bangsa

IDTODAY NEWS – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyoroti hadirnya pendengung atau buzzer di media sosial yang dianggapnya sebagai perusak tatanan demokrasi, akibat penyebaran hoaks politik.

Hal ini disampaikan oleh AHY saat perayaan 2 dekade Partai Demokrat yang digelar secara virtual pada Kamis (9/9)

“Saat ini kita hadapi perilaku-perilaku buruk para buzzer yang memang pekerjaan utamanya adalah untuk memproduksi dan menyebarluaskan hoaks politik,” kata AHY.

AHY mengaku partai berlambang bintang mercy itu juga kerap menerima serangan buzzer yang bertujuan untuk membungkam dan memecah belah.

“Mereka sebenarnya adalah perusak demokrasi dan telah memecah belah bangsa. Kita harus waspada dan kita harus berani tegar untuk menghadapi itu semua,” lanjutnya.

Putera sulung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu turut meminta kepada seluruh kader untuk tetap waspada dan menjadi garda terdelan dalam melawan pemberitaan hoaks.

“Kita harus waspada, berani, dan tegar untuk menghadapi itu semua. Karena kita ingin menjadi garda terdepan dalam merawat dan memperjuangkan demokrasi,” tutur AHY kepada para kadernya.

Dia juga memastikan seluruh kader Partai Demokrat untuk senantiasi memperjuangkan dan menjaga demokrasi setelah mendapat wejangan dari Susilo Bambang Yudhoyono.

“Hari ini dan 20 tahun selanjutnya ini yang disampaikan tadi, oleh kita pak SBY. Demokrat harus konsisten dalam perjuangan menjaga demokrasi seperti tadi yang saya cintai dan banggakan,” tuturnya.

Sumber: jppn.com

Kategori
Politik

Tony Rosyid Bongkar Pola Buzzer Jatuhkan Anies

IDTODAY NEWS – Pengamat politik Tony Rosyid membongkar pola para buzzer. Pola ini ditengarai berupaya menjegal popularitas dan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Tony menjelaskan, poin pertama, para buzzer mencari-cari kesalahan Anies.

Dari sudut pandangnya, manuver buzzer itu rawan fitnah. Dan selama ini, fitnah terhadap Anies disebut sering terjadi.

“Soal jembatan Kamayoran ambruk, hadiah rumah mewah, suap reklamasi dan lainnya, Terlalu bersemangat mencari kesalahan, sehingga lupa dan abai terhadap data. Semuanya tidak terbukti. Kata orang Jawa: kecelek,” katanya kepada GenPI.co, Kamis (9/9).

Dia menjelaskan, poin kedua, para buzzer mengganggu program-program Pemprov DKI.

Formula E dan pembangunan Jakarta International Stadium (JIS) diutak-atik.

“Mereka ingin program Anies, terutama yang spektakuler itu gagal. Sembari mencibir semua penghargaan yang diterima oleh Pemprov DKI,” ujarnya

Tony mengatakan, poin ketiga buzzer berupaya memblokade pendukung Anies.

Hal itu agar pendukung Anies jangan sampai bertambah dan membesar. Stigma yang sering mereka munculkan adalah “kadrun”.

“Ini disengaja agar kelompok tengah dan kiri, juga kelompok non muslim anti terhadap Anies,” jelasnya.

Baginya, tidak baik terus-terusan membawa isu SARA untuk menyerang dan menyurutkan Anies.

“Yang rugi negeri ini, dan kita semua,” jelasnya.

Sumber: genpi.co

Kategori
Politik

Anies Dikecam Karena Bakar Hio di Vihara, Lieus Sungkharisma: Dia Bukan Sembahyang!

IDTODAY NEWS – Cibiran para pendengung di media sosial atau buzzer kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat berkunjung ke Vihara Dharma Jaya Toasebio, Jakarta Barat, Minggu lalu (5/9) dinilai salah persepsi.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendapat cibiran dari para buzzer seiring beredarnya foto dan video dirinya yang sedang memasang hio di Vihara Dharma Jaya Toasebio Jakarta Barat, Minggu (5/9).

Para buzzer itu mengecam Anies telah melakukan berbagai cara hingga menerabas aqidah dan syariat agama hanya untuk menarik simpati demi maju sebagai Capres pada Pilpres 2024.

Tapi di satu sisi cibiran dan kecaman terhadap Anies itu, kata tokoh Tionghoa Lieus Sungkharisma adalah salah persepsi dalam menyikapi kehadiran Anies di vihara tersebut.

“Bukan baru kali ini Anies datang ke vihara atau rumah ibadah agama lain. Sebelumnya dia juga pernah datang ke gereja dan pura. Dan Anies tidak datang untuk beribadah, tapi dalam kapasitasnya sebagai gubernur Jakarta yang penduduknya terdiri dari berbagai suku dan agama,” kata Lieus.

Anies datang ke vihara Dharma Jaya Toasebio dalam rangka memberi apresiasi atas upaya pengurus vihara membantu pemerintah DKI Jakarta melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warga.

“Kedatangan Anies adalah untuk menyampaikan terima kasih kepada pihak pengurus vihara karena telah turut membantu menyukseskan kegiatan vaksinasi di ibukota hingga warga di Jakarta dapat mencapai herd immunity,” kata Lieus lagi.

Lagi pula, kata Lieus, sebagai gubernur lumrah jika Anies memberi penghormatan dengan membakar hio di vihara.

“Itu bukan sembahyang. Tapi bentuk penghormatan Anies pada Vihara Dharma Jaya Toasebio sebagai salah satu situs keagamaan yang bersejarah di Jakarta yang berdiri sejak tahun 1751 dan masih terawat dengan baik hingga saat ini,” ujar Lieus.

Lieus menegaskan, dalam ritual agama di vihara (klenteng), ada tiga unsur utama yang harus dipenuhi untuk bisa disebut sembahyang.

“Yakni pembakaran dupa, kertas emas, dan lilin. Ketiga ritual itu wajib dilakukan dalam sembahyang di vihara maupun klenteng,” kata Lieus.

Dan Anies, kata Lieus, tak melakukan ketiga hal itu. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut hanya membakar dan memasang dupa (hio) lalu memberi hormat.

“Jadi apa yang dilakukannya tak memenuhi syarat untuk disebut sebagai ritual sembahyang. Itu hanya bentuk penghormatan saja,” tegas Lieus.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Anggaran Buzzer Rp90,4 Miliar selama 7 Tahun, Rizal Ramli: Inilah yang Merusak Persatuan

IDTODAY NEWS – Belum lama ini, Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis data mengenai anggaran yang digelontorkan pemerintah RI untuk membayar jasa influencer alias buzzer selama tujuh tahun terakhir.

Dalam rilis tersebut, terdapat dua tabel, yakni anggaran belanja pemerintah untuk aktivitas digital dan anggaran belanja pemerintah untuk aktivitas digital berdasarkan kata kunci.

Selama tujuh tahun, anggaran untuk selutuh aktivitas tersebut totalnya mencapai Rp1,29 triliun.

Demokrat ke Jokowi: Bubarkan Dulu Itu BuzzerRp Jika Ingin Rakyat Bersatu
Rinciannya, tahun 2014 sebesar Rp609 juta, tahun 2015 sebesar Rp5,3 miliar, tahun 2016 sebesar Rp606 juta, tahun 2017 sebesar Rp535,9 miliar, tahun 2018 sebesar Rp247,6 miliar, tahun 2019 sebesar Rp183,6 miliar, dan tahun 2020 sebesar Rp322,3 miliar.

“ICW menemukan anggaran senilai Rp90,45 miliar yang mengalir kepada para influencer untuk mempromosikan kebijakan pemerintah selama tujuh tahun terakhir. Gelontoran dana ini, antara lain, diduga berkaitan dengan kampanye Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja yang tengah dibahas di Dewan Perwakilan Rakyat,” tulis ICW dalam rilis mereka.

Menanggapi data tersebut, ekonom cum politikus Rizal Ramli menyebut bahwa keberadaan influencer dan buzzer berbayar merusak persatuan Indonesia dan mengadu domba agama.

“BuzzeRp and InfluenceRP berbayar inilah yg merusak persatuan, adu domba agama, menutupi kegagalan Tuannya & korupsi masif, melakukan pembunuhan karakter thd lawan2 politik. Nah si Tuan Pembayar bisa perankan ‘Good Guy’ karena peran kotor (bad guys) sudah dimainkan BuzzeRp,” cuit Rizal di Twitter, Minggu (5/9/2021).

Menurut Rizal, dengan bayaran tersebut, para buzzer terus melakukan propaganda Islamofobia.

“Propaganda Islam-Phobia terus dilanjutkan: 1. Utk menakut-nakuti minoritas, abangan dan nasionalis sempit sehingga mereka semakin militan membela status-quo yg minim prestasi dan koruptif. 2. Mobilisasi pendanaan utk membiayai operasi Islam-phobia oleh BuzzeRp fan InfluenceRP,” kata mantan Menko Kemaritiman itu.

Sumber: indozone.id