Kategori
Politik

Geisz Chalifah Ungkap Penduduk Miskin Terbanyak Ada di Jatim, Sindir Risma?

IDTODAY NEWS – Aktivis sosial Geisz Chalifah menyorot data provinsi dengan penduduk miskin terbanyak menurut Badan Pusat Statistik (BPS) per Maret 2020, di mana Jawa Timur menempati urutan pertama.

Hal ini disampaikan Geisz dalam melalui Twitter pada Sabtu (2/1/2021), di akhir cuitan, ia menyinggung soal menteri sosial.

Dalam cuitannya Geisz tersebut, dipaparkan bahwa urutan provinsi berdasarkan kemiskinan terbanyak per Maret 2020 yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan terakhir, Nusa Tenggara Timur.

Berikut presentase sebagaimana yang dicuitkan Geizs:

  1. Jawa Timur 4,42 juta jiwa (11,09%)
  2. Jateng 3,98 juta jiwa (11,41%)
  3. Jabar 3,92 juta jiwa (7,9%)
  4. Sumut 1,28 juta jiwa (8,75%)
  5. NTT 1,15 juta jiwa (20,90 %)

“Ibu Mensos urusan Indonesia belum dilantik,” tulis Geizs di akhir cuitannya, dikutip pada Sabtu (2/1).

Cuitan Geisz soal provinsi dengan angka kemiskinan terbanyak per Maret 2020 ini lantas mengundang reaksi beragam dari warganet.

Sejumlah warganet terlihat menyentil Menteri Sosial baru, Tri Rismaharini, yang sebelumnya menjabat sebagai walikota Surabaya.

“CC-in ke mensos baru om @GeiszChalifah biar melek dikit tuh daerah asal dia, ebih banyak orang miskin ok lah dia dulu walikota, ga bisa merambah ke kota laen di Jatim. Lah sekarang keputusan dalam bidang sosial kan ada di tangannya, sok-sokan obok-obok tempat orang,” tulis akun @niewiw***

“Mensos ga tertarik ngurusin penduduk, di provinsi termiskin di Indonesia( Jawa Timur ).
Padahal daerah asal bu risma. DKI Jakarta terlalu gemerlap, sayang unntuk tidak diperhatikan,” kata @dwia***

“Ternyata syarat jadi mensos itu harus berasal dari provinsi yang terbanyak penduduk miskinnya,” timpal @and***

Baca Juga: Gerindra Dukung Kelompok Intoleran Dibubarkan, Warganet: Bung Fadli Zon kok Beda Sendiri?

Sumber: suara.com

Kategori
Politik

Ferdinand Sebut Gurun Sahara di Arab, Geisz Chalifah: Di Afrika Goblog!

IDTODAY NEWS – Eks Politikus Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean jadi sasaran bully netizen. Penyebabnya, Ferdinand menyebut gurun sahara terdapat di Arab Saudi.

Lewat cuitannya, Ferdinand diduga menyindir kelompok tertentu. Dia menyarankan agar kelompok tersebut membuat markas di gurun sahara di Arab Saudi.

“Gurun Sahara di Arab sangat luas dan tidak diurus sama sekali. Apa kalian ngga minat menguasainya dan membangun markas di sana?” sindir Ferdinand Hutahaean di twitternya, Ahad (27/12).

Pria yang baru-baru ini nyatakan mundur dari Partai Demokrat dan mendukung Pemerintah ini, dibanjiri komentar negatif dari netizen.

Bahkan Salah satunya dari Komisaris Ancol Geisz Chalifah. Tak tanggung-tanggung, anak buah Anies Baswedan ini menyebut cuitan Ferdinand goblok.

“Gurun Sahara Adanya di Afrika Gobloggg!” tulis Geisz Chalifah di twitternya.

Di cuitan lain, Geisz diduga masih menyentil Ferdinand yang kerap menyoroti balapan Formula E yang gagal digelar di Jakarta akibat pandemi Covid-19.

“Ngitung kagak becus. Peta dunia ga ngerti. Sok Ngomongin FormulFa E tapi ga ngerti ada balapan mobil di jalan raya. Udik satu ini cuma ngerti ngangon kebo.Masih kecil pernah jatuh dari ayunan. Gobloggnya ga ketulungan. Muka Tembok #SMALuDimana” sindir Geisz.

Sementara itu netizen lain juga ikut membully Ferdinand. Mereka mengajarinya tentang letak Gurun Sahara di Afrika.

“Sahara terletak di utara Afrika dan berusia 2,5 juta tahun. Padang pasir ini membentang dari Samudra Atlantik ke Laut Merah, Bambang. Tapi aku maklumi, baru jadi cebong ‘kan? Selamat datang. Teruskan perjuanganmu, Lae,” tulis akun @makmurxxx

Sementara akun @ahistaxxx menulis: “Gurun sahara itu pinggiran petamburan paok bukan arab. Tolol lu emang abadi .Ngitung matematika kaga becus .Peta Geografi juga kg tau . Lu becusnya apa tablo”

Akun @andixxx juga ikut meramaikan meski juga menyindir. Dia menulis: “Ya nggak apa2… Apa aja sekarang termasuk arab. Bila perlu hutan amazone kita masukkan wilayah arab.”

Baca Juga: Prabowo-Sandi Gabung Jokowi, Gatot-AHY Semakin Dapat Tempat di Hati Rakyat

Sumber: fin.co.id

Kategori
Politik

Berkat HRS Warga Aceh Kini Setia pada NKRI, Geisz: Bisa Jadi Juru Damai di Papua

IDTODAY NEWS – Petinggi Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab (HRS), diusul jadi juru damai di Papua Barat yang saat ini ngotot lepas diri dari NKRI.

Usulan itu disampaikan Komisaris Ancol, Geisz Chalifah. Menurutnya, Habib Rizieq punya pengalaman pada konflik Aceh. Dia bilang, Habib Rizieq saat itu memimpin baiat atau melakukan sumpah setia masyarakat Aceh terhadap NKRI.

“HRS membaiat puluhan ribu masyarakat Aceh untuk tidak pernah melepaskan diri dari NKRI. Baiat itu dilakukan di lapangan terbuka dan semua yang hadir mengikuti baiatnya HRS. Saya belum pernah melihat orang sekuat itu kemampuannya untuk membaiat masyarakat yang bergejolak terhadap NKRI,” ujar Geisz dikutip dari twitternya, Kamis (3/12).

Nah, menurut Geisz dalam konteks Papua, Habib Rizieq juga diyakini mampu membuka ruang-ruang dialog dengan masyarakat di sana. Sebab, Habib Rizieq dikenal luas, di Papua sekalipun.

“Dalam konteks Papua, HRS terbiasa berdialog dengan banyak pihak bahkan yang berbeda keyakinan, posisi dia yang selalu berada di luar kekuasaan sangat mungkin untuk lebih diterima oleh masyarakat Papua, karena tokoh-tokoh Papua pun mengenal HRS, dibalik kelugasannya di atas podium HRS adalah orangnya,” ucap Geisz.

Dia menilai, HRS adalah tokoh memiliki pemikiran yang luas. Dua mampu melihat secara utuh sudut pandang orang lain.

“Dia bisa menjembatani berbagai kepentingan dengan secara adil. Selain di Aceh HRS juga pernah mendamaikan beberapa kiai NU dengan Gus Dur,” ucap Geisz.

“Bisa jadi pemerintah saat ini berbeda dengan HRS dan tentu saja perbedaan itu tak harus disatukan, namun dalam soal NKRI tak ada perbedaan di antara keduanya. Pemerintah pusat bisa memanfaatkan kharisma HRS untuk menjadi jembatan bagi masyarakat Papua,” tutup Geisz.

Sebelumnya, penulis buku, Mariska Lubis juga mempunyai usulan yang sama. Dia menilai HRS bisa menjembatani perdamaian di Papua.

“Secara pribadi, Saya meminta dengan hormat kepada yang terhormat Habibana, Habib Rizieq Shihab untuk menjadi juru damai Papua. Sesuai ajaran Islam, mendamaikan adalah perbuatan mulia dan Saya yakin beliau sanggup,” kata Mariska di twitternya.

Baca Juga: Denny Siregar: Kalau Gerindra Berkuasa, Preman Berbaju Agama Bebas Ngapain Aja

Sumber: fajar.co.id

Kategori
Politik

Ada yang Lampiaskan Kedengkian Usai Anies Tertular Covid-19, Geisz: Sedikit Akhlak Pun Mereka Ga Miliki

IDTODAY NEWS – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dinyatakan positif tertular corona virus disease 2019 (Covid-19). Kabar ini diketahui setelah keluarnya hasil swab test PCR pada Selasa (1/12) dini hari.

Anies melakukan tes PCR di Balai Kota DKI Jakarta pada Senin (30/11) siang usai Wakil Gubernur Riza Patria positif covid-19.

Komisaris Ancol Geisz Chalifah mengatakan, kabar terkonfirmasinya Anies terpapar covid-19, membuat jagat media sosial ramai. Ada yang mendoakan, akan tetapi ada pula yang memanfaatkan kabar itu untuk kedengkiannya kepada Anies.

“Jagad media ramai dgn pengumuman dari Anies secara terbuka bahwa dia terkena covid. Tak terhitung jumlah yg mendoakan tapi ada pula yg memanfaatkan untuk melampiaskan kedengkian,” tulis Geisz di akun twitternya, Selasa (1/12).

Dia mengaku heran dengan orang yang sengaja melampiaskan kedengkiannya ke Anies itu.

“Mereka itu entah diberi makan apa oleh ibunya saat dalam kandungan, sedikit akhlak pun mereka ga miliki,” kata Geisz.

Kategori
Politik

Cekcok Di TVOne, Geisz Chalifah Kuliti Kapitra: Ngerti Nggak yang Anda Bicarakan

IDTODAY NEWS – Megawati Soekarnoputri soal kondisi Jakarta saat ini amburadul menuai perdebatan. Megawati pun sempat membandingkan kondisi Jakarta sekarang dengan 1950-an.

Elite PDIP pasang badan membela dan menjelaskan maksud ucapan ketua umumnya itu. Namun, suara yang kontra dengan Megawati pun mempertanyakan konteks amburadul karena tak sesuai kenyataannya. Hal ini yang jadi perdebatan dalam acara Dua Sisi tvOne bertajuk Mega: “Jakarta Amburadul”.

Dalam acara tersebut menghadiri politikus PDIP Kapitra Ampera dan Anggota DPRD DKI dari Fraksi PSI William Aditya Sarana. Dari sisi yang kontra ada Anggota DPRD dari Fraksi Gerindra Syarif dan aktivis media sosial yang juga pendukung Gubernur DKI Anies Baswedan, Geisz Chalifah.

Awal diskusi dimulai dengan penjabaran Kapitra soal maksud pernyataan amburadul Megawati. Ia menekankan ucapan Megawati itu mesti dilihat sebagai cermin untuk melihat realitas kondisi Jakarta saat ini.

“Jadikan itu sebagai kritik bahwa Jakarta hari ini berbeda dengan Jakarta sebelumnya. Itu realitas yang tak bisa kita pungkiri,” kata Kapitra yang dikutip VIVA pada Jumat, 13 November 2020.

Menurut dia, jangan bandingkan dengan 1950-an. Tapi, bandingkan dengan tiga atau empat tahun belakangan. Kata dia, menyindir Jakarta yang tak dapat penghargaan City of Intellect sehingga tak ada peradaban. Ia bilang dalam peradaban suatu kota itu mesti ada tiga komponen yang salah satunya efisiensi hidup.

“Coba lihat bagaimana kita bisa efisien hidup di Jakarta? Karena pengelolaan kota, transportasinya itu tidak sistematis, tidak ada manajemen modern,” kata Kapitra.

Belum lagi peraturan Gubernur DKI Anies Baswedan yang dinilai membatasi hak asasi masyarakat. Salah satunya pengadaan sistem ganjil genap di tengah pandemi COVID-19

Mendengar pemaparan Kapitra, giliran Geisz menyampaikan pandangannya. Namun, ia pertanyakan pemahaman Kapitra soal Jakarta.

“Pertanyaan sederhana, Anda ngerti enggak yang Anda bicarakan,” tanya Geisz ke Kapitra.

“Bung, saya hadir di sini karena saya tahu apa yang saya bicarakan,” jawab Kapitra.

“Oke kalau begitu ke pertanyaan kedua,” ujar Geisz.

Namun, Kapitra merespons dengan nada keras sambil menunjuk-nunjuk ke arah Geisz. “Anda enggak berhak bertanya ke saya,” kata Kapitra dengan memotong Geisz.

“Lah, Anda kan menilai 3-4 tahun sebelumnya,” sergah Geisz.

“Hei, Anda bicara apa yang Anda tahu. Apa yang Anda ditanya jelaskan. Jangan tendensius begitu,” tutur Kapitra dengan emosi.

Menurut dia, baiknya Geisz memaparkan pandangannya. Tak perlu bertanya terhadapnya.

“Kalau Anda minta saya uraikan lagi kenapa ini kota amburadul ini saya uraikan. Anda jawab sendiri, counter saya,” ujar Kapitra.

“Oke, saya counter sekarang. Anda menyatakan sesuatu,” kata Geisz.

“Saya menyatakan sesuatu yang jadi hak saya,” potong Kapitra.

Geisz pun menjelaskan kondisi Jakarta yang memiliki kelas sosial luar biasa. Namun, di era Anies kelas sosial itu sudah jadi penyatuan.

Ia mencontohkan saat masih muda sulit menemukan tempat untuk menyatukan kelas sosial di Ibu Kota.

“Sekarang, tempat di mana-mana. Anak muda datang lewat transportasi MRT dan TransJakarta. Kelas sosial itu dipersempit. Itu peradaban. Itulah transportasi yang menyatukan,” jelas Geisz.

“Bagaimana sekarang bisa menyatakan yang sekarang lebih amburadul dari tiga empat tahun kemarin. Sementara, publik jadi punya tempat untuk berinteraksi,” tambah Geisz.

Kategori
Politik

Jawab Klaim Fadjroel Soal Penghargaan DKI, Geisz Chalifah: Kalau Lu Mau Nebeng, Minta Juri Ubah Kriterianya Dulu

IDTODAY NEWS – Pernyataan Jurubicara Presiden Joko Widodo, Fadjroel Rachman yang mengklaim bahwa penghargaan Sustainable Transport Award (STA) 2021 untuk DKI Jakarta merupakan buah dari kinerja gubernur sebelum Anies Baswedan mendapat beragam reaksi miring.

Salah satunya dari aktivis sosial Geisz Chalifah. Dia merasa apa yang disampaikan Fadjroel merupakan sesuatu yang lucu.

Sebab berdasarkan indikator, kriteria penilaian inovasi dihitung sejak 1,5 tahun terakhir. Sementara Jokowi dan Basuki alias Ahok menjabat 7 tahun yang lalu.

“Kalau lu mau ikut nebeng, minta ke jurinya sana untuk mengubah kriterianya jadi 6 atau 8 tahun terakhir,” jelas Geisz lewat akun Twitternya, Minggu (1/11).

“Suka-suka lu lah maunya. Kalau mereka nggak mau, ancam saja dengan mereka UU ITE kan sudah biasa,” sindirnya diakhiri tagar #MukaTembok.

STA merupakan ajang penghargaan tahunan yang diberikan kepada kota yang telah menunjukkan komitmen, kemauan politik, serta visi dalam bidang transportasi berkelanjutan dan pembangunan perkotaan.

Di Zaman Gubernur Anies, Jakarta terus berinovasi dan berhasil mengalahkan puluhan kota besar dunia lainnya, seperti Auckland, Bogota, Buenos Aires, Charlotte, Frankfurt, Moskow, San Francisco dan Sao Paul.

Puncaknya, Jakarta dinobatkan sebagai kota pertama di Asia Tenggara yang memenangkan penghargaan STA mengalahkan kota – kota besar dunia, setelah pada tahun lalu menduduki peringkat kedua atau mendapat gelar ‘Honorable Mention’.

Fadjroel Rachman menilai, penghargaan yang diterima Pemprov DKI itu merupakan hasil kinerja dari para gubernur sebelumnya. Hal itu diutarakan lewat akun Twitter pribadinya.

“Akhirnya semua pekerjaan transportasi publik yang DIRINTIS Presiden @jokowi dan @basuki_btp dari #MRTJakarta #LRTJabodebek #6TolDalamKota juga #TransJakarta Pak Sutiyoso mendapatkan penghargaan. Terimakasih juga @aniesbaswedan sudah melanjutkan,” ujar Fadjroel seperti dikutip Redaksi melalui akun Twitter miliknya, Minggu (1/10).

Artikel Asli

Kategori
Politik

Geisz Chalifah Ajak ‘BuzzeRp’ Demo: Kantor Pertamina Dekat Monas, Pertamina Rugi Pasti Salah Anies!

IDTODAY NEWS – Sebagai komisaris utama PT Pertamina (persero), Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengelak bertanggungjawab atas kerugian Pertamina yang mencapai Rp11 triliun selama semester pertama 2020.

Ahok menegaskan, Dirut Pertamina Nicke Widyawati tidak melaporkan kondisi kerugian yang diderita Pertamina kepada dewan pengawas.

Ahok mengaku telah meminta audit investigasi laporan keuangan sejak Januari 2020 lalu. Namun sampai sekarang, Ahok sebagai ketua Dewan Pengawas Pertamina tidak mendapatkan laporan tersebut dari dewan direksi.

Politisi PSI Husin Shihab mendukung komentar Ahok. Politisi yang sempat heboh dengan kasus pornografi ini menegaskan bahwa ‘urusan lapangan’ tanggungjawab Dirut Pertamina bukan komisaris utama.

“Gue heran, kenapa Ahok jadi sasaran? Beliau itu komut, urusan di lapangan itu tanggungjawabnya dirut @pertamina. Keliatan banget bencinya sama @basuki_btp, ahahaha.. Orang kalau uda benci uda pasti saling bodoh membodohkan sesama mereka,” tulis Husin di akun Twitter @HusinShihab.

Aktivis sosial yang juga praktisi bisnis Geisz Chalifah mempertanyakan alasan Ahok bahwa direksi Pertamina tidak melapor ke komisaris.

“Setiap bulan, bahkan kalau lagi mendesak direksi melapor pada komisaris secara mingguan, kadang direksi keuangan dalam satu minggu setiap hari menelusuri soal keuangan dengan komisaris. Itu udah rutin jadi kalau ada yang bela diri direksi gak melapor. Gue curiga. #Eludisitujadilontong,” tulis Geisz di akun Twitter @GeiszChalifah.