Kategori
Politik

Dikunjungi Partai Gerindra, Muhammadiyah Beri Pandangan soal UMKM sampai Amendemen

IDTODAY NEWS – Partai Gerindra mengunjungi kantor PP Muhammadiyah di Yogyakarta, Kamis (23/9/2021) pagi. Rombongan Partai Gerindra yang dipimpin Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani diterima Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas.

“Kami sangat terbuka untuk berdiskusi dengan siapa pun, termasuk partai politik. Sebab, mendekatkan ormas dengan partai politik menjadi suatu hal yang penting walau dengan fungsi yang berbeda, namun semua untuk kemaslahatan bangsa dan negara,” ujar Haedar Nashir.

Dalam pertemuan itu pula Haedar menyampaikan beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian Gerindra dan Muhammdiyah. Salah satunya yakni menjaga persatuan bangsa, karena kemajuan teknologi melalui sosial media terkadang memberi kebebasan yang kadang kala terkesan dapat memecah belah persatuan dan kesatuan.

Ketua Umum Muhammdiyah itu juga menyoroti isu amandemen UUD 1945. Menurutnya, PPHN jika dianggap sebagai keperluan kenapa harus melalui amandemen UUD, apakah tidak cukup hanya dengan UU. Muhammadiyah, menegaskan akan terus mengikuti perkembangan ini.

Sementara itu, Ahmad Muzani mengatakan silaturahmi adalah cara untuk menjaga komunikasi antara pemangku kepentingan baik partai politik maupun organisasi kemasyarakatan.

Ia mengungkapkan meski berbeda fungsi, Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan yang sejak dulu selalu berjuang demi kemajuan umat dan rakyat umum, terutama di jalur sosial, pendidikan, dan kesehatan.

“Silaturahmi ini adalah upaya menerima masukan dari setiap stakeholder termasuk organisasi seperti Muhammadiyah. Kami percaya Muhammadiyah adalah organisasi yang selalu memikirkan kemajuan bangsa dan negaranya. Yang dilakukan sejak kelahirannya jauh sebelum Indonesia merdeka di berbagai macam bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan,” kata Muzani.

Muzani mengungkapkan, ketua umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, H. Prabowo Subianto selalu berpesan untuk membangun silaturahmi dengan tokoh-tokoh dan ormas-ormas yang selalu berjuang untuk kemajuan dan memikirkan masa depan bangsa seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan banyak ormas lainnya.

Maka pertemuan dengan Muhammadiyah ini merupakan realisasi atas perintah tersebut agar Gerindra selalu mendengarkan aspirasi yang disuarakan.

“Ketua Umum sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Pak Prabowo Subianto berpesan kepada kami untuk selalu dekat dengan tokoh-tokoh dan ormas-ormas yang selalu berjuang dan memikirkan masa depan bangsa dan negara. Seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan banyak ormas lainnya. Maka silaturahmi ini merupakan semangat Gerindra untuk terus menyerap dan mendengarkan dari para tokoh dan pemimpin ormas agar kami dalam berjuang di jalur politik dapat terus mempertajam perjuangan kami,” tutur Muzani.

“Sehingga akibatnya tugas dan beban organisasi seperti Muhammdiyah tambah berat. Seperti mencuci piring tanpa henti untuk menjaga persatuan ini. Bahkan kadang-kadang menjadi seperti pemadam kebakaran,” kata Haedar Nashir.

Ia juga mengingatkan pentingnya kedaulatan baik di bidang ekonomi maupun politik, agar kekuatan negara dapat hadir di tengah-tengah rakyat. Sehingga persoalan pangan dan energi misalnya tidak bergatung pada bangsa lain.

Di bidang ekomomi misalnya, kesungguhan untuk mendorong Usaha Mikro Kecil, dan Menengah (UMKM) kadang-kadang masih menjadi slogan, sehingga keberhasilan terhadap kemajuan UMKM masih tidak seperti yang diharapkan. Maka dari itu UMKM sebagai ekonomi berbasis kerakyatan masih tertinggal.

“Untuk itu kami meminta agar partai politik turut mendorong apa yang menjadi pemikiran kami, agar kekuatan ekonomi kita bisa ditopang dengan mandiri dari kebangkitan dan keberhasilan UMKM. Perlu ada konsep besar dan kebijakan yang berani untuk menjadikan Indonesia yang mandiri dari kebangkitan dan keberhasilan UMKM,” kata Haedar Nashir.

Sumber: sindonews.com

Kategori
Politik

Prof Haedar Nashir: Jangan Sampai Gagasan Amandemen UUD 45 Menyalahi Spirit Reformasi

IDTODAY NEWS – Wacana amandemen terbatas UUD 1945, seyogyanya dipikirkan dengan hikmah-kebijaksanaan yang berjiwa kenegarawanan autentik, bukan justru sebaliknya.

Apalagi, jika wacana amandemen UUD 1945 berorientasi kepentingan pragmatis jangka pendek.

Sebab, itu jelas-jelas bertentangan dengan spirit reformasi, Pancasila dan UUD 1945 yang telah dibangun 76 tahun lalu.

Demikian disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir dalam pidato kebangsaan bertajuk “Indonesia Moderat, Indonesia Milik Semua!” yang disiarkan secara live di kanal YouTube TV Muhammadiyah, pada Senin siang (30/8).

“Jangan sampai di balik gagasan amandemen ini menguat kepentingan-kepentingan pragmatis jangka pendek yang dapat menambah berat kehidupan bangsa, menyalahi spirit reformasi 1998, serta lebih krusial lagi bertentangan dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang dirancang-bangun dan ditetapkan para pendiri negeri 76 tahun yang silam,” tegas Haedar Nashir.

Haedar menuturkan, para elite bangsa diharapkan belajar dari empat kali amandemen di awal reformasi, yang mengandung sejumlah kebaikan, tetapi masih menyisakan masalah lain yang membuat Indonesia kehilangan sebagian jati dirinya yang asli.

“Di sinilah pentingnya “hikmah kebijaksanaan” para elite negeri di dalam dan di luar pemerintahan dalam membawa bahtera Indonesia menuju pantai idaman,” tuturnya.

“Indonesia yang bukan sekadar ragad-fisik, tetapi menurut Mr. Soepomo, Indonesia yang “bernyawa”. Itulah Indonesia Jalan Tengah dan Indonesia Milik Semua,” demikian Haedar Nashir.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Buka Festival Kampung Kreativitas, Haedar Nashir: Kader Muhammadiyah Tidak Boleh Antikebudayaan

IDTODAY NEWS – Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan merupakan sosok yang sangat peduli pada kebudayaan dan menjadikan budaya sebagai sarana dakwah.

Atas alasan itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak kader dan elite Muhammadiyah untuk mendukung dan menaruh perhatian akselerasi kegiatan kebudayaan dan membangun kebudayaan berkemajuan.

Ajakan disampaikan langsung saat Haedar Nashir memembuka acara Festival Kampung Kreativitas Nasional Muhammadiyah untuk Negeri 2021” yang digelar secara daring, Jumat (20/8).

“Kader dan elite Muhammadiyah tidak boleh anti terhadap kebudayaan, sebab menurut Fatwa Majelis Tarjih kebudayaan bukan suatu yang diharamkan,” kata Haedar Nashir dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Minggu (22/8).

Dalam acara ini, Haedar Nashir turut membacakan puisi karyanya berjudul “Kampoengku”. Setelah itu, puisi “Kampoengku” juga dibacakan bergiliran oleh sastrawan Heru Joni Putra dengan David K Alka, esais dan alumni INS Kayu Tanam, Padang Pariaman.

Sastrawan Heru Joni Putra merupakan tokoh seni 2017 versi Majalah Tempo. Buku puisi pertamanya berjudul Badrul Mustafa Badrul Mustafa Badrul Mustafa (2017) memperoleh penghargaan “sebagai Buku Sastra Terbaik 2017 versi Majalah Tempo”.

Buku tersebut sudah dialihbahasakan ke bahasa Inggris oleh George A Fowler dengan judul “Will Badrul Mustafa Never Die: Verse from the Front” (2020).

Sementara David K Alka telah menulis puisi sejak di bangku SMA di INS Kayu Tanam dan pernah dimuat di Majalah Sastra Horison.

Selain itu, dia juga pernah menjadi nominasi dalam lomba menulis puisi antologi Bung Hatta dalam Puisi (2001). Sajaknya juga masuk dalam buku Dian Sastro for President (2004), Luka Aceh Duka Semua (2005), Muhammadiyah Sebagai Tenda Kultural (2004), dan lain sebagainya.

David juga pernah membaca puisi di Kafe Sastra Jakarta, Ambon, Padang, dan Bengkulu.

Adapun puisi “Kampoengku” karya Prof. Haedar Nashir adalah sebagai berikut:

Kampoengku

Dulu ditulis Kampoeng
Sekarang dieja Kampung
Di Portugis aselinya Campo
Bernama sama di negeri serumpun
Berpenduduk rukun hidup berhimpun

Kampoengku
Ranah terkecil berhunikan warga
Alamnya kaya anugerah Allah Pencipta
Berkomunitas satu bermahkota budaya
Kuat adab taat beragama
Tonggak utama hidup berbangsa

Kampoengku
Engkau suluh masa laluku
Di rantau jauh orang mengenangmu
Pulang kampung terjadi selalu
Jalin ikatan kuat menyatu
Asa hidup menyala di kalbu

Kampoengku
Masihkah lugu seperti dulu
Alam dirawat sejiwa sekalbu
Setiap warga saling membantu
Masalah bersama dipecahkan selalu
Bersendi guyub rukun bersatu

Kampoengku
Apa jejakmu setanggguh dulu
Ketika zaman berubah arah
Media sosial mengubah wajah
Lingkungan kian tak ramah
Hubungan warga sarat ananiyah

Kampoengku
Ketika di tanahmu mewabah pandemi
Alam marah terkuras kerakusan
Warga terbelah berebut serpihan kepentingan
Sadarkanlah dengan jiwamu nan aseli
Agar Nur Ilahi datang merahmati

Kampoengku
Kami rindu paras aselimu
Tanah leluhur warisan generasimu
Antargolongan hidup damai bersatu
Gemah ripah unggul nan maju

Itulah Kampung Indonesiaku!

Peleman, Jum’at 20 Agustus 2021.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Ketum Muhammadiyah: Semua Anak Bangsa Harus Menumbuhkan Semangat Ukhuwah

IDTODAY NEWS – Hari Kemerdekaan yang diperingati setiap tanggal 17 Agustus merupakan momentum bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia. Di mana Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan moderat.

Begitu pesan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam memperingati Hari Ulang Tahun ke-76 Republik Indonesia kepada wartawan, Selasa (17/8).

“Bangsa yang terdiri dari berbagai agama, suku bangsa, ras, latar belakang kedaerahan, serta kebudayaan yang sangat beragam,” kata Haidar pada Selasa (17/8).

Rakyat Indonesia tetap bisa hidup rukun dan bersatu, walau dalam keberagaman. Toleransi dan persatuan selalu dikedepankan, meski mayoritas penduduknya muslim.

Menurutnya, Indonesia telah dianugrahi Allah dengan alam yang kaya dan indah, serta menjadi tanah air untuk semua.

“Keindahan alam dan kekayaannya mampu mengundang Multatuli dan mengatakan bahwa Indonesia bagaikan untaian zamrud khatulistiwa dengan iklim moderat, kaya dengan flora dan fauna, sumber daya alam melimpah, bahkan sebagai negeri kepulauan mampu bersatu dan berdaulat sebagai NKRI,” urainya.

Dia berpesan agar di HUT ke-76 RI ini, semua anak bangsa menumbuhkan semangat ukhuwah yang lahir dari kebersamaan dan kebhinnekaan.

Sebagai penduduk mayoritas, kaum muslim juga telah memberikan warna dalam moderasi beragama, berbangsa, dan bernegara. Termasuk sudah banyak pengorbanan dan perjuangan yang telah ditorehkan.

“Maka, pada saat ini dan ke depan, umat muslim dan seluruh umat beragama memiliki tanggung jawab illahiyah dan insaniyah untuk menjadikan negeri ini tetap utuh. Kaum muslim sebagai mayoritas harus menjadi uswah khasanah. Hadir menumbuhkan sikap moderat untuk membawa Indonesia sebagai bangsa yang bersatu dan berkemajuan,” tegasnya.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Haedar Nashir: Irfani yang Masih Mengingkari Pandemi Perlu Diperiksa

IDTODAY NEWS – Irfani seseorang yang masih mengingkari keberadaan Covid-19 harus diperiksa. Irfani sendiri adalah suatu metode berpikir yang berlandaskan atas pendekatan dan pengalaman langsung atas realitas spiritual keagamaan.

Permintaan ini disampaikan langsung Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Profesor Haedar Nashir dalam keterangannya, Kamis (5/8). Baginya, mereka yang tidak percaya Covid-19 justru berpotensi memperkeruh suasana.

“Pihak yang mengingkari pandemi Covid-19 harus diperiksa irfani-nya. Sebab akibat tindakan mereka berpotensi memperkeruh situasi bencana kesehatan yang taruhannya adalah nyawa,” ujarnya.

Menurut Haedar, adanya virus corona sulit dibantah atau diingkari baik melalui pembuktian data-data kualitatif atau kuantitatif yang ada selama ini.

Atas dasar itu, Haedar berharap pada masa pandemi Covid-19 ini semua pihak agar tidak menjadi jahat secara moral dan etik dengan mengingkari pandemi Covid-19.

Haedar juga menegaskan bahwa tindakan antisipatif mulai dari mentaati protokol kesehatan (Prokes) semata-mata wajib dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, bukan dengan sikap paranoid atau ketakutan yang berlebih.

“Apakah kita berada di situasi paranoid? Justru yang bilang paranoid itulah yang harus kita pertanyakan. Jangan-jangan orang ini yang mengidap itu (paranoid),” ucapnya.

Lebih lanjut, Haedar juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada meski berada di zona hijau atau kuning Covid-19.

“Tidak mungkin berbahagia berlebihan di saat sebagian besar saudara mengalami dan dalam situasi musibah,” tandas dia.

Sejumlah kasus Covid-19 atau bahkan klasternya muncul akibat tertulari orang yang tak percaya penyakit tersebut, seperti yang sempat terjadi di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Haedar Nashir: Salat Idul Adha di Rumah Tak Mengurang-ngurangi Agama

IDTODAY NEWS – Masyarakat diminta tidak melakukan salat Idul Adha di mesjid maupun lapangan. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan hal ini tidak berati mengurang-ngurangi agama.

“Meniadakan salat Idul Adha di lapangan maupun di masjid karena adanya ancaman Covid-19 tidaklah berarti mengurang-ngurangi agama,” ujar Haedar dalam akun Twitter resminya @HaedarNs, Sabtu (17/7/2021).

Dia mengatakan menghindari terjadinya kerumunan merupakan upaya memutus penyebaran COVID-19. Juga sebagai upaya menghindarkan orang lain terpapar COVID-19.

“Menghindari berkumpul dalam jumlah banyak adalah upaya untuk memutus rantai pandemi COVID-19 dan berarti pula upaya menghindarkan orang banyak dari paparan virus COVID-19 yang sangat mengancam jiwa ini,” kata Haedar.

“Semoga Allah senantiasa melindungi umat Islam dan bangsa Indonesia dari segala bahaya serta selalu dalam limpahan rahmat dan karunia-Nya,” sambungnya.

Muhammadiyah Minta Warga Salat Idul Adha di Rumah

Sebelumnya, Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah mengeluarkan surat edaran di masa pandemi virus Corona. Muhammadiyah mengimbau agar pelaksanaan salat berjemaah dan salat Idul Adha di masjid dan fasilitas umum ditiadakan sementara.

Surat edaran tersebut bernomor 05/EDR/I.0/E/2021 tentang Imbauan Perhatian, Kewaspadaan, dan Penanganan COVID-19, serta Persiapan Menghadapi Idul Adha 1442 H/2021 M. Surat tersebut ditandatangani oleh Ketua Umum Haedar Nashir dan Sekretaris Agung Danarto pada 2 Juli 2021. Ada 9 poin imbauan yang dikeluarkan, di antaranya soal salat berjemaah di masjid dan pelaksanaan salat Idul Adha.

Pada poin 4, Muhammadiyah mengimbau ada pembatasan kegiatan di masjid dan musala. Tindakan itu disebut sebagai bentuk kehati-hatian.

Sebagai langkah pencegahan, sebagai bagian dari kehati-hatian mencegah kemudaratan yang lebih besar akibat tingginya kasus positif COVID-19, masjid dan musala untuk sementara waktu agar dinonaktifkan terlebih dahulu dari segala aktivitas yang melibatkan jemaah,” tulis edaran Muhammadiyah tersebut seperti dilihat detikcom, Jumat (2/7/2021).

Ibadah di masjid yang dilaksanakan berjemaah hendaknya dilaksanakan di rumah. Kemudian, ada perubahan pada kalimat yang diucapkan saat azan di masjid.

“Segala ibadah, baik yang sunah maupun fardu yang melibatkan jemaah hendaknya dilaksanakan di rumah. Azan sebagai penanda masuknya waktu salat tepat dikumandangkan pada setiap awal waktu salat wajib dengan mengganti kalimat ‘hayya alas-salah,’ dengan ‘sallu fi rihalikum,’ atau lainnya sesuai dengan tuntutan syariat,” katanya.

Sumber: detik.com

Kategori
Politik

Muhammadiyah: Meniadakan Salat Idul Adha di Masjid Tak Berarti Mengurangi Agama

IDTODAY NEWS – Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan, peniadaan Salat Idul Adha di masjid atau lapangan pada masa pandemi COVID-19, tak mengurangi nilai beragama.

“Meniadakan Salat Idul Adha di lapangan maupun di masjid karena adanya ancaman COVID-19 tidaklah berarti mengurang-ngurangi agama,” cuit Haedar lewat akun Twitter miliknya @HaedarNs, Sabtu (17/7/2021).

Haedar melanjutkan, dengan meniadakan salat berjamah di masjid pada momen Idul Adha, secara langsung salah satu bentuk upaya memutus rantai penularan COVID-19.

“Menghindari berkumpul dalam jumlah banyak adalah upaya untuk memutus rantai pandemi COVID-19 dan berarti pula upaya menghindarkan orang banyak dari paparan virus COVID-19 yang sangat mengancam jiwa ini,” kata Haedar.

“Semoga Allah senantiasa melindungi umat Islam dan bangsa Indonesia dari segala bahaya serta selalu dalam limpahan rahmat dan karunia-Nya,” tulis Haedar mengakhiri cuitannya.

Seperti diketahui, Kementerian Agama (Kemenag) menegaskan bahwa Salat Idul Adha di daerah dengan status PPKM Darurat, zona merah, dan zona oranye, ditiadakan.

Staf Khusus Menteri Agama RI Bidang Kerukunan Umat Beragama, Ishfah Abidal Aziz mengatakan hal itu telah diatur dalam Surat Edaran (SE) Menteri Agama Nomor 17 Tahun 2021 tentang Peniadaan Sementara Peribadatan di Tempat Ibadah, Malam Takbiran, Salat Idul Adha, dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Qurban 1442 H di Wilayah PPKM Darurat.

“Salat Idul Adha yang dilaksanakan di masjid, musala ataupun di lapangan atau di tempat-tempat ibadah Islam yang dikelola, di kantor atau tempat-tempat lain, untuk daerah yang masuk pada PPKM Darurat maka ditiadakan penyelenggaraannya atau daerah-daerah yang masuk zona merah atau oranye,” kata Ishfah dalam jumpa pers virtual KPCPEN-FMB9, Rabu (14/7/2021) lalu.

Sementara untuk daerah zona hijau dan kuning masih dibolehkan menggelar Salat Idul Adha dengan ketentuan maksimal 50 persen jamaah yang datang dengan protokol kesehatan ketat.

“Itu pun harus memenuhi ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan bagaimana protokol kesehatan itu dapat dilaksanakan secara ketat dan disiplin, itu yang pokok terkait dengan pelaksanaan Salat Idul Adha,” jelasnya.

Sumber: suara.com