Kategori
Dunia

ISrael Minta AS Desak Lebanon Hentikan Serangan Roket

IDTODAY NEWS – Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, dikabarkan telah berbicara dengan Menteri Pertahanan AS Austin Lloyd melalui sambungan telepon. Kementerian Pertahanan Israel, pada Jumat (6/8) mengatakan bahwa Gantz meminta AS untuk menekan Lebanon agar mereka tidak lagi menembakkan roket ke wilayah Israel.

Pada Jumat (6/8) pagi waktu setempat, untuk kedua kalinya dalam pekan ini, wilayah utara Israel kembali dihantam oleh roket yang diluncurkan dari dalam wilayah Lebanon. Pasukan Militer Israel (IDF) mengkonfirmasi ada 19 roket yang ditembakkan ke arah Israel, tiga roket diantaranya jatuh di dalam wilayah Lebanon dan sisanya berhasil masuk ke perbatasan Israel. IDF mengatakan bahwa sebagian besar roket-roket tersebut berhasil dihalau oleh sistem pertahanan Iron Dome.

Sebagai tindakan balasan, Israel langsung melakukan serangan udara terhadap sejumlah titik yang diduga menjadi fasilitas peluncuran roket di Lebanon.

“Menteri Gantz telah memberi tahu Menteri Luar Negeri Austin (Lloyd) tentang peluncuran roket ke arah Israel selama dua hari terakhir. Karena situasi yang tidak stabil di Lebanon, Israel meminta masyarakat internasional dan, khususnya, Amerika Serikat untuk menuntut agar Lebanon berhenti meluncurkan roket ke Israel,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Israel, dikutip Sputniknews.

Gantz juga mendesak Washington untuk meningkatkan tekanan terhadap Iran sehubungan dengan serangan kapal tanker milik perusahaan Israel yang baru-baru ini terjadi di lepas pantai Oman.

“Menteri Gantz mengatakan langkah-langkah tambahan perlu diambil untuk menggagalkan kegiatan permusuhan Iran, termasuk program nuklirnya dan serangan di kawasan (Timur Tengah) dengan penggunaan pesawat tak berawak dan roket,” bunyi pernyataan itu.

Sumber: jitunews.com

Kategori
Dunia

Kibarkan Bendera Putih, Lebanon Akui Tak Sanggup Hadapi Pandemi Covid-19

IDTODAY NEWS – Krisis ekonomi yang menghantam selama beberapa tahun terakhir membuat Lebanon semakin lemah dan tidak berdaya, terlebih ketika harus menghadapi gelombang baru Covid-19.

Rumah sakit-rumah sakit di Lebanon menghadapi tekanan yang luar biasa, dengan kurangnya pasokan obat dan menipisnya tenaga kesehatan.

Bahkan saat kasus Covid-19 bertambah, rumah sakit harus menghadapi pemadaman listrik hampir sepanjang waktu.

“Staf medis dan perawat banyak yang pergi, obat-obatan telah habis, dan pemutusan aliran listrik berkepanjangan membuat rumah sakit terancam,” ujar manajer Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri, Firass Abiad.

Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri merupakan rumah sakit bergengsi dan terbesar untuk menangani Covid-19 di Lebanon.

“Kami hanya mendapat listrik dua sampai tiga jam, sisanya dari genset,” tambahnya, seperti dikutip AFP.

Selain itu, Abiad juga menyebut saat ini Lebanon tengah kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM). Bahkan harga BBM naik lebih dari 80 persen sejak 17 Juni.

Habisnya pasokan obat-obatan membuat pihak rumah sakit tidak jarang meminta kerabat pasien untuk mencarinya di luar.

Di Lebanon, infeksi Covid-19 meningkat sejak musim panas. Sejauh ini, Lebanon sudah mencatat lebih dari 554 ribu kasus Covid-19 dengan lebih dari 7.800 kematian.

Sumber: rmol.id

Kategori
Dunia

Lebanon Makin Chaos! Ekonominya Nyungsep, Calon PM Mundur

IDTODAY NEWS – Lebanon makin chaos. Harapan pemulihan ekonomi dengan pemerintahan baru makin jauh.

Calon Perdana Menteri (PM) Lebanon Saad Hariri memutuskan untuk mengundurkan diri dari posisi penunjukannya, Kamis (15/7/2021). Hal ini terjadi karena ketidaksepahaman politik.

Mengutip CNBC International, Hariri sebenarnya sudah dapat dipastikan terpilih dan ditunjuk oleh partai-partai koalisinya. Namun ia menyatakan telah menemukan kebuntuan dengan kubu Presiden Michel Aoun.

Di Lebanon, presiden dan perdana menteri dijatah berdasarkan agama tertentu. Kebuntuan membuat dalam sembilan bulan terakhir Hariri dan pemerintahan baru tidak dapat dilantik.

“Jelas kami tidak akan bisa setuju dengan Yang Mulia presiden,” kata Hariri kepada wartawan setelah pertemuan dengan Aoun yang berlangsung kurang dari 20 menit.

“Itulah sebabnya saya mohon diri dari formasi pemerintah.”

Menurut Hariri, ketidaksepakatan berpusat pada perubahan yang diminta Aoun pada pemilihan kabinetnya yang tidak dapat disetujui oleh Hariri. Langkah Hariri ini semakin menambah runyam kondisi Lebanon yang sedang dilanda krisis ekonomi itu.

Mengutip Trading Economics, ekonomi Lebanon kontraksi alias negatif 20,3% di 2021. Krisis ekonomi yang parah sudah terjadi selama 18 bulan terakhir.

Mata uang lokal bahkan jatuh ke rekor terendah terhadap dolar.Pound Lebanon dijual dengan rekor 19.500 terhadap dolar AS, kurang dari sepersepuluh kurs resminya, di pasar gelap.

Cadangan mata uang asing Lebanon menipis. Inflasi makanan mencapai 400%.

Kini, kekurangan uang di negara itu berdampak pada pasokan obat-obatan dan energi. Apotek melakukan pemogokan karena kekurangan obat yang disebabkan kegagalan membayar importir asing.

Bukan hanya itu, pembangkit listrik utama di negara itu mati total karena kekurangan bahan bakar. Pembangkit listrik Zahrani dan Deir Ammar offline karena tak mendapat akses bahan bakar.

Kapal-kapal yang memuat minyak dan gas menolak untuk menurunkan bahan bakar sebelum ditransfer ke rekening pemiliknya dalam dolar. Padahal, warga sebelumnya hanya menerima listrik dua jam sehari, dijatah selama beberapa dekade.

“Pasokan listrik telah terputus di seluruh wilayah Lebanon tanpa batas,” kata seorang warga dikutip BBC International.

Air pun kini tak mudah lagi didapat, di mana warga mendapat penjatahan air. Stasiun pompa ditenagai oleh diesel, dan kekurangan pasokan yang mereka butuhkan untuk berfungsi.

Mengutip mantan penasihat kementerian keuangan negara itu, Henri Chaoul, Lebanon kini seperti berada dalam ‘kereta api menuju ke neraka’.

“Yang akan mencapai stasiun akhir,” ujarnya.

Sumber: cnbcindonesia.com

Kategori
Dunia

Jet Israel Sempat Terbang Rendah Di Lebanon Sebelum Ledakkan Roket Di Hari Natal

IDTODAY NEWS – Sejumlah penduduk Lebanon yang tengah merayakan Natal didera ketakutan saat tiba-tiba melihat beberapa jet Israel terbang sangat rendah di langit Beirut Jumat (25/12) pagi waktu setempat.

Selang beberapa menit kemudian, kantor berita resmi Suriah melaporkan telah terjadi ledakan di kota Masyaf, Suriah tengah.
Dikatakan pertahanan udara Suriah “menghadapi rudal musuh dan mencegat sebagian besar dari mereka.”
Media Suriah lainnya mengatakan, itu adalah serangan dari Israel yang menyasar wilayah kota di provinsi Hama.

Kementerian Pertahanan Suriah mengeluarkan pernyataan bahwa Israel melancarkan agresi dengan mengarahkan rentetan roket dari utara kota Tripoli di Lebanon menuju daerah Masyaf. Pertahanan udara Suriah berhasil mencegat sebagian besar dari mereka, seperti dilaporkan Arab News.

Belum ada informasi lanjutan apa yang menjadi target dari serangan pasukan Israel itu atau apakah ada korban jiwa.

Jet Israel secara teratur melanggar wilayah udara Lebanon dan sering menyerang di dalam Suriah dari wilayah Lebanon. Namun penerbangan Malam Natal lebih keras dari biasanya, membuat sejumlah penduduk Beirut yang masih trauma atas ledakan Agustus lalu ketakutan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Israel mengakui bahwa mereka telah melakukan puluhan serangan udara di Suriah, yang sebagian besar ditujukan pada dugaan pengiriman senjata Iran yang diyakini menuju Hizbullah.

Belakangan, para pejabat Israel telah menyatakan keprihatinan bahwa Hizbullah sedang mencoba membangun fasilitas produksi untuk membuat peluru kendali presisi.

Masyaf adalah kawasan militer yang signifikan bagi rezim Presiden Suriah Bashar Assad yang mencakup akademi militer dan pusat penelitian ilmiah. Israel telah mencapai sasaran di sana beberapa kali di masa lalu.

Baca Juga: Erdogan: Turki Mau Jalin Hubungan Yang Lebih Baik Dengan Israel, Tapi Terhalang Kebijakan Soal Palestina

Sumber: rmol.id

Kategori
Dunia

Penuhi Tuntutan Rakyat, Perdana Menteri Lebanon Mengundurkan Diri

IDTODAY NEWS – Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab akhirnya memutuskan mengundurkan diri, setelah ledakan besar di Beirut menewaskan lebih dari 160 orang dan memicu protes yang disertai kekerasan selama berhari-hari.

Menyadur CNN, Selasa (11/8/2020), Perdana Menteri Hassan Diab menyatakan mengundurkan diri pada Senin (10/8) malam waktu setempat, kurang dari seminggu setelah ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon.

“Hari ini kami mendengarkan tuntutan rakyat untuk meminta pertanggungjawaban atas bencana yang telah tersimpan selama 7 tahun,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi lokal. “Inilah mengapa hari ini saya mengumumkan pengunduran diri pemerintah,” lanjutnya.

Dalam pidatonya yang berapi-api, Diab mencaci-maki elit politik yang berkuasa di Lebanon karena mendorong apa yang disebutnya aparat korupsi.

“Kami telah berjuang dengan gagah berani dan bermartabat,” katanya, mengacu pada anggota kabinetnya.

“Antara kita dan perubahan adalah penghalang besar yang sangat kuat.” sambungnya.

Diab membandingkan ledakan hari Selasa dengan gempa bumi yang mengguncang negaranya dan mendorong pemerintahnya untuk mundur.

“Kami telah memutuskan untuk berdiri bersama rakyat,” katanya.

Protes meletus di luar kantor perdana menteri menjelang pidato yang dijadwalkan pada Senin (10/8) malam waktu setempat.