Kategori
Dunia

Barack Obama Ungkap Keberanian Recep Tayyip Erdogan Perangi Islamophobia

IDTODAY NEWS – Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama mengungkapkan keberanian Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan dalam memerangi Islamophobia.

Hal itu diungkapkan oleh presiden kulit hitam pertama di AS tersebut lewat memoarnya, A Promise Land.

Pada memoarnya tersebut Obama mengungkapkan bagaimana Erdogan menetang mantan Perdana Menteri Denmark yang saat itu masih menjabar, Anders Rasmussen berada di posisi atas NATO.

Obama mengatakan hal itu dikarenakan agenda politik Rasmussen dalam menjalankan negaranya penuh dengan Islamophobia.

“Pada pertemuan NATO, Erdogan menginstruksikan timnya untuk menghalangi penunjukkan Perdana Menteri Denmark, Anders Ramussen sebagai Sekretaris Jenderal Nato,” tutur Obama dalam memoarnya itu dikutip dari Anadolu Agency.

“Hal itu bukan karena dia tak berkualifikasi, tetapi karena Pemerintahan Rasmussen menolak pemintaan Turki terkait sensor publikasi karikatur Nabi Muhammad pada 2005 di surat kabar Denmark,” lanjutnya.

Surat kabar Denmark, Jyllands-Posten memang sempat menerbitkan 12 kartun Islamophobia yang menggambarkan Nabi Muhammad.

Hal itu kemudian membuat Denmark serta Jylland-Posten mendapatkan kritikan keras dari Umat Islam seluruh dunia.

Obama pun mengungkapkan bahwa atas bujukannya Erdogan kemudian mau membiarkan Rasmussen menjadi Sekjen NATO.

“Dia mengalah setelah saya berjanji Rasmussen akan memiliki wakil dari Turki dan meyakinkannya bahwa kunjungan saya yang akan datang, dan opini publik AS mengenai Turki, akan terpengaruh jika janji temu Rasmussen tidak berhasil,” ucapnya.

Obama pun mengungkapkan pada 2012 lalu, bahwa Erdogan merupakan salah satu pemimpin yang mampu membina ikatan kepercayaan dengannya.

Sumber: kompas.tv

Kategori
Dunia

Biden Presiden Terpilih AS: Raja Salman, Putin hingga Erdogan Bungkam

IDTODAY NEWS – Joe Biden pada Sabtu pekan lalu dinyatakan sebagai presiden terpilih Amerika Serikat (AS) setelah perolehan suaranya dalam pemilihan presiden (pilpres) mengalahkan rivalnya, Presiden Donald Trump. Namun, Arab Saudi yang menjadi salah satu sekutu terdekat Amerika memilih bungkam atau tidak mengucapkan selamat kepada Biden.

Belum ada ucapan selamat dari Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud. Penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammad bin Salman (MBS), yang memiliki hubungan dekat dengan Donal Trump, juga belum berkomentar secara terbuka tentang kemenangan Biden—meskipun kantor berita pemerintah, Saudi Press Agency (SPA), melaporkan bahwa MBS pada hari Sabtu mengucapkan selamat kepada presiden Tanzania atas terpilihnya kembali sebagai presiden.

Trump telah menawarkan pelukan hangat kepada kerajaan Timur Tengah dan ahli warisnya yang ambisius, yang mana hubungan dekat itu memberi putra mahkota penyangga penting terhadap tuduhan pelanggaran hak asasi manusia di dalam negeri dan peran yang dimainkan Arab Saudi dalam perang Yaman.

Biden sendiri telah berjanji untuk meninjau ulang hubungan AS dengan Kerajaan Arab Saudi.

Tak hanya pemimpin Saudi yang bungkam atas kemenangan Biden. Presiden Brazil Jair Bolsonaro, yang sering disebut sebagai “Trump dari Daerah Tropis”, juga tidak mengatakan apa-apa tentang kemenangan Biden.

Bolsonaro, seorang populis sayap kanan, sebelumnya memberikan dukungannya kepada Trump, dan mencatat komentar Biden bahwa Brazil harus menderita “konsekuensi ekonomi yang signifikan” jika kehancuran hutan hujan Amazon terus “menjadi bencana”.

Presiden Rusia Vladimir Putin belum memberikan komentar resmi tentang kemenangan Biden. Sepanjang masa jabatannya, Trump telah dituduh bersimpati kepada Putin, yang disebutnya sebagai “pemimpin yang kuat”, meskipun ada laporan intelijen tentang campur tangan Rusia dalam pemilu AS tahun 2016.

Sikap Biden terhadap Rusia jauh lebih keras, menyebutnya sebagai ancaman terbesar bagi keamanan nasional AS bulan lalu—penilaian yang menurut Kremlin mendorong kebencian terhadap Rusia.

Pemimpin oposisi, Alexei Navalny, yang baru-baru ini diracuni dengan zat saraf tingkat militer, adalah tokoh politik Rusia pertama yang secara terbuka menyampaikan ucapan selamat kepada Biden atas kemenangannya.

Presiden Turki yang kuat, Recep Tayyip Erdogan, sekutu Trump, belum berkomentar secara terbuka atas kemenangan Biden. Tanpa menyebut pemilu AS, Kementerian Luar Negeri Turki meluangkan waktu untuk menyampaikan selamat kepada pemenang pemilihan presiden di Guinea pada hari Minggu.

Sumber: sindonews.com

Kategori
Dunia

Erdogan: Permusuhan Pada Islam Menyebar Seperti Kanker di Eropa

IDTODAY NEWS – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa permusuhan terhadap Islam telah menyebar seperti kanker di Eropa. Ini setelah sederet peristiwa yang menyerang Islam terjadi di negara-negara Eropa, seperti kasus pembakaran Alquran hingga yang terbaru yakni penerbitan karikatur nabi Muhammad oleh majalah Prancis Charlie Hebdo yang kemudian justru didukung oleh Presiden Emmanuel Macron dengan menyebut pembuatan karikatur nabi Muhammad adalah kebebasan berekspresi.

“Sayangnya kita sedang mengalami periode dk mana permusuhan terhadap Islam, Muslim dan tidak menghormati Nabi Muhammad menyebar seperti kanker terutama di antara para pemimpin di Eropa,” kata Erdogan dihadapan para anggota Partai Keadilan dan Pembangunan yang tengah berkuasa seperti dilansir Anadolu Agency pada Kamis (29/10).

Menurut Erdogan apa yang terjadi di Eropa menunjukan sikap ofensif yang meningkat terhadap Islam dan Muslim dengan kedok kebebasan berekspresi. Dalam kesempatan itu, Erdogan juga menegaskan bahwa tak ada Muslim yang menjadi teroris. Sebab terorisme bertentangan dengan ajaran Islam.

“Tidak ada Muslim yang bisa menjadi teroris dan tidak ada teroris yang menjadi Muslim. Karena teroris adalah pembunuh berhati dan berdarah hitam yang tak ragu-ragu membunuh orang yang tidak bersalah untuk mencapai tujuannya sendiri,” kata Erdogan.

Erdogan meyakini pihak-pihak yang memusuhi Islam akan tenggelam dalam kebencian mereka sendiri. Erdogan mengatakan bahwa memalukan memberikan penghargaan terhadap sebuah media publikasi yang tak bermoral. “Saya tak perlu mengatakan apa pun tentang sesuatu yang tak terhormat ini, orang yang menghina nabi tercinta yang paling dicintai,” katanya.

Pada Rabu (28/10) jaksa di Ibu kota Ankara melakukan penyelidikan kriminal terhadap majalah itu atas konten yang menghina Nabi Muhammad.

“Merupakan kehormatan bagi kami untuk berdiri dengan tulus melawan serangan yang menargetkan nabi kami, yang menghormati Mekah, Madinah, Asiz Afrika, Eropa bahkan seluruh dunia sepanjang waktu. Kami mati bukan saat kami menghembuskan nafas terakhir, tapi ketika kami diam dan tidak merespon dalam menghadapi serangan ini,” katanya.

“Prancis dan Eropa pada umumnya tak pantas menerima kebijakan keji, provokatif, jelek, penuh kebencian dari Presiden Prancis Emmanuel Macron dan mereka yang mempunyai mentalitas yang sama,” kata Erdogan merujuk pada pernyataan Macron yang mendorong permusuhan terhadap Islam.

Erdogan juga meminta Eropa mengambil inisiatif melawan tren yang tengah berbahaya ini guna masa depan yang lebih cerah. Menurut Erdogan kunjungan Macron ke Lebanon pasca ledakan besar di Pelabuhan Beirut pada Agustus lalu tak disambut oleh orang-orang Lebanon, itu menjadi tanda Macron tak mencapai tujuannya di Lebanon.

Sumber: sahijab.com

Kategori
Dunia

Erdogan: Negara Barat yang Serang Islam Picu Perang Salib

IDTODAY NEWS – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali melempar kritik kepada negara Barat. Kritik itu terkait penistaan Islam yang dilakukan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

“Negara-negara Barat yang menyerang Islam akan meluncurkan Perang Salib baru,” kata Erdogan seperti dikutip dari Reuters.

Erdogan menyampaikan hal tersebut dalam pidato di depan anggota parlemen Partai AK. Partai tersebut merupakan penguasa Turki saat ini.

Erdogan menegaskan, pihak mana pun yang ingin menentang Nabi Muhammad adalah masalah kehormatan bagi Turki.

Erdogan merupakan salah pemimpin dunia yang bereaksi keras atas penistaan agama yang dilakukan Macron.

Pemimpin Turki tersebut sudah memerintahkan boikot produk Prancis di negaranya.

Macron mendapat kecaman dunia akibat mengkaitkan Islam dengan terorisme. Hal ini menyusul terbunuhnya seorang guru di Prancis setelah menunjukkan gambar Nabi Muhammad di depan murid-muridnya.

Sumber: kumparan.com

Kategori
Dunia

Erdogan Sukses Memosisikan Diri sebagai Pemimpin Negara Arab?

IDTODAY NEWS – Pada saat isu berkaitan Islam muncul berkaitan dengan geopolitik dunia, maka Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan selalu muncul dan berkomentar. Dia menampilkan diri bukan sebagai pemimpin yang membawa nama Turki, tetapi dia selalu menunjukkan pembelaan Presiden Prancis Emmanuel Macron atas hak untuk menunjukkan kartun Nabi Muhammad.

Erdogan merupakan pemimpin Turki yang terdepan menyerukan boikot terhadap produk Prancis dan menuding Macron memiliki agenda anti-Islam. Seruan Erdogan juga menyebar ke beberapa negara lain. Banyak produk Prancis diturunkan dari beberapa rak supermarket di Yordania, Qatar, dan Kuwait. Sebagian besar produk kecantikan dan perawatan rambut buatan Prancis misalnya, tidak lagi dipajang.

Di Kuwait, serikat pengecer besar telah memerintahkan pemboikotan barang-barang Prancis. Serikat Masyarakat Koperasi Konsumen, yang merupakan serikat non-pemerintah, mengatakan telah mengeluarkan arahan sebagai tanggapan atas “penghinaan berulang” terhadap Nabi Muhammad.

Di dunia maya, seruan untuk boikot serupa di negara-negara Arab lainnya, seperti Arab Saudi, telah beredar. Tagar yang menyerukan boikot jaringan supermarket Prancis, Carrefour, adalah topik paling tren kedua di Arab Saudi, ekonomi terbesar di dunia Arab. Unjuk rasa anti-Prancis berskala kecil digelar di Libia, Gaza, dan Suriah utara, tempat yang dikuasai milisi yang didukung Turki.

Bukan hanya isu boikot tersebut, dalam upaya negara-negara Arab seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain membuka hubungan dengan Israel, Erdogan pun kerap menyuarakan keprihatinan dan kecamannya. Dalam perpolitikan global, Erdogan selalu memosisikan diri membela Palestina.

Popularitas Erdogan memang bukan hanya di Turki semata. Namun, dia mencoba merambah ke kawasan regional yakni Timur Tengah. Dia ingin menunjukkan diri sebagai pemimpin negara-negara Islam Sunni yang mengalami kevakuman. Dia berusaha menggeser peran Arab Saudi yang tidak terlalu mampu mengonsolidasikan negara-negara Arab Sunni. Erdogan mencoba mengisi kevakuman kepemimpinan kepemimpinan di kawasan regional Timur Tengah.

Namun demikian, Erdogan cenderung tampil sendiri. Dia selalu menempatkan diri sebagai pemimpin tunggal, bukan pemimpin yang berusaha membangun koalisi. Apa yang diperjuangkan juga cenderung menunjukkan diri sebagai pemimpin yang hanya cepat dalam memainkan dan mengelola isu. Dia tidak berusaha membangun gerakan yang lebih cenderung terstruktur dan komprehensif untuk geopolitik.

Apa yang dilakukan Erdogantidak terlalu direspons dan didukung dunia Arab dan internasional. Dunia Arab dan Islam sudah paham siapa sebenarnya Erdogan. Baik Turki maupun Israel memiliki hubungan dagang senilai USD2 miliar. Sebelum pandemi korona, setengah juta penduduk Turki juga berlibur ke Turki setiap tahun.

“Apa yang dilakukan Erdogan selalu menunjukkan pertimbangan ideologi dan geopolitik,” kata Sarah Feuer, peneliti di Washington Institute for Near East Policy, dilansir Ozy.com. Erdogan berusaha menunjukkan sikap yang berbeda dengan Arab Saudi.

“Erdogan melihat bahwa perkembangan aliansi di Timur Tengah sebagai ancaman. Dia juga menunjukkan diri sebagai pemimpin dunia Islam dan mengibarkan bendera Islam untuk melawan aliansi Uni Emirat-Saudi dan Mesir,” kata Feuer. Feuer menjelaskan, Erdogan mencoba untuk berjuang untuk membentuk tatanan yang lebih luas di Timur Tengah.

Berkaitan dengan boikot produk Prancis, dalam pandangan Gilbert Mercier, pemimpin redaksi News Junkie Post, menjelaskan bahwa Erdogan menggunakan Islam sebagai “alat politik”. “Erdogan mencoba untuk menggunakan agama dan ketegangan diplomatik untuk kepentingan politik pribadi,” katanya. Dia menjelaskan, Erdogan mencoba menempatkan diri sebagai pemimpin Islam Sunni. “Erdogan mencoba nostalgia menjadi pemimpin seperti Kekaisaran Ottoman,” jelasnya.

Dalam skandal boikot produk Prancis, Gonul Tol, peneliti Middle East Instite, menyebutkan ketegangan Macron dan Erdogan merupakan upaya Erdogan untuk mengalihkan energi nasionalis di tengah berbagai permasalahan di dalam negeri.

“Apa pun taktik perundingan yang dilakukan Erdogan seharusnya tidak perlu direspons,” kata Tol. Itu dikarenakan sudah menjadi kebiasaan Erdogan. “Erdogan ingin memanfaatkan kesempatan untuk memperkuat nasionalis dan mendukung posisi kepemimpinan Islamnya sehingga dia pun tidak bisa bermain cantik,” katanya.

Dalam pandangan Sumantra Bose, penulis buku Secular States, Religious Politics, Erdogan memiliki karakteristik sama seperti Perdana Menteri (PM) Narendra Modi yang dijuluki sebagai “the men of destiny”. Erdogan juga berusaha membuang jauh legasi Turki sebagai negara sekuler dengan menunjukkan identitas Turki dengan identitas nasional yakni Islam.

Mercier mengungkapkan, komentar Erdogan tentang kesehatan mental Macron merupakan suatu hal yang tidak perlu. “Itu menunjukkan bagaimana Erdogan mampu memanfaatkan situasi yang meledak,” katanya dilansir Sputnik.

Yang menjadi pertanyaannya, apakah langkah dia sudah menunjukkan hasil? Belum. Apa yang dilakukan Erdogan lebih bermain pada tataran retorika semata. Dibutuhkan konsolidasi kuat lintas negara untuk bisa menjadi pemimpin umat Islam dan pemimpin negara-negara Arab. Faktor sumber daya menjadi faktor penting karena imbalan menjadi hal penting karena diplomasi bantuan ekonomi menjadi hal penting di dunia Arab.

Berkaitan dengan bantuan ekonomi, Arab Saudi masih menjuara sebagai pemimpin dunia Muslim. Riyadh kerap memberikan bantuan keuangan kepada negara Islam untuk menjaga kepentingannya. Bersama dengan Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam (OKI), Saudi juga berusaha membangun perdamaian di Timur Tengah dan mempertahankan harmoni di dunia Arab.

Namun, kenapa Erdogansangat yakin kalau Turki bisa memimpin dunia Muslim? Erdogan mengungkapkan, Turki memiliki kekayaan budaya baik sejarah maupun geografis yang mampu memimpin dunia Islam. “Turki juga mampu memelihara keragaman kepercayaan dalam kedamaian selama berabad-abad. Dana hanya Turki yang bisa memimpin dunia islam,” katanya dilansir Yeni Safak.

Dunia Islam, menurut Erdogan, juga harus menunjukkan persatuan dan kepemimpinan. Itu bisa diwujudkan dengan kerja sama dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dunia Islam. “Kita harus fokus untuk proyek yang bisa mewujudkan potensi kita baik pertahanan, energi, dan teknologi serta keuangan,” papar Erdogan dilansir Daily Sabah.

Sumber: sindonews.com

Kategori
Dunia

Setelah Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Pajang Kartun Erdogan Cabul

IDTODAY NEWS – Charlie Hebdo, majalah satire Prancis, menerbitkan edisi terbaru dengan cover atau halaman depan menampilkan kartun yang menggambarkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berperilaku cabul.

Majalah itulah yang sebelumnya menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad, yang memicu serangan dan pembantaian di kantor redaksinya pada 2015.

Kartun nabi itu pula yang dipertontonkan guru kepada para muridnya dalam diskusi kebebasan berekspresi di kelas sebuah sekolah di pinggiran Paris. Guru bernama Samuel Paty tersebut akhirnya dibunuh dengan cara dipenggal pada 16 Oktober lalu oleh remaja Chechnya yang mengungsi di Prancis.

Karikatur halaman depan Charlie Hebdo edisi Rabu dirilis online pada Selasa malam. Kaarikatur atau kartun tersebut menunjukkan Erdogan dengan kaus dan celana dalam, minum sekaleng bir dan mengangkat rok seorang wanita yang mengenakan jilbab untuk memperlihatkan pantat telanjangnya.

“Ooh, nabi!” bunyi karakter kartun tersebut dalam balon ucapan, sedangkan judulnya berbunyi; “Erdogan: secara pribadi, dia sangat lucu”.

Intervensi Charlie Hebdo terjadi selama perang kata-kata yang meningkat antara Erdogan, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan para pemimpin Eropa lainnya setelah pemenggalan guru sejarah Samuel Paty.

Macron bersumpah bahwa Prancis akan tetap berpegang pada tradisi dan hukum sekulernya yang menjamin kebebasan berbicara yang memungkinkan publikasi seperti Charlie Hebdo yang sangat anti-agama untuk memproduksi kartun Nabi Muhammad.

Pembelaan Macron terhadap Charlie Hebdo, dan komentarnya baru-baru ini bahwa Islam di seluruh dunia sedang “dalam krisis”, telah mendorong Erdogan untuk mendesak Turki memboikot produk Prancis di tengah gelombang protes anti-Prancis di negara-negara mayoritas Muslim.

Sebelumnya pada hari Selasa lalu, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte membela politisi sayap kanan negaranya, Geert Wilders, setelah Erdogan mengambil tindakan hukum terhadapnya.

Wilders telah membagikan kartun di Twitter yang menggambarkan presiden Turki mengenakan topi Ottoman berbentuk seperti bom dengan sumbu yang menyala.

“Saya memiliki pesan untuk Presiden Erdogan dan pesan itu sederhana: Di Belanda, kebebasan berekspresi adalah salah satu nilai tertinggi kami,” kata Rutte.

Sebelumnya, para pemimpin Eropa termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel telah membela Macron setelah Erdogan menyarankan dia membutuhkan “pemeriksaan mental”.

“Itu adalah komentar fitnah yang sama sekali tidak dapat diterima, terutama dengan latar belakang pembunuhan mengerikan guru bahasa Prancis Samuel Paty oleh seorang fanatik Islam,” kata juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel, Steffen Seibert, seperti dikutip France24, Rabu (28/10/2020).

Erdogan memiliki rekam jejak dalam menggunakan tindakan hukum terhadap kritikus di Eropa.

Dia mengajukan gugatan hukum pada tahun 2016 terhadap komika televisi Jerman; Jan Boehmermann, yang membacakan puisi yang dengan sengaja mencemarkan nama baik tentang pemimpin Turki selama pertunjukannya sebagai bagian dari sandiwara yang dirancang untuk menggambarkan batas-batas kebebasan berbicara.

Perselisihan itu menempatkan Merkel dalam posisi canggung untuk menandatangani proses pidana terhadap komik di bawah undang-undang lese-majeste kuno yang kemudian dicabut dari kode hukum Jerman.

Sumber: sindonews.com

Kategori
Dunia Islami

Soal Penghinaan Islam, Ini Tiga Pukulan Telak Erdogan ke Macron

IDTODAY NEWS – Langkah otoritas Prancis menampilkan kartu nabi Muhammad di gedung pemerintahan sebagai respons atas pembunuhan seorang guru menuai protes dunia Muslim. Salah satunya datang dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang memang dalam beberapa waktu terakhir bersitegang dengan Presiden Prancis Emanuel Macron. Erdogan menilai Macron telah kehiangan akal sehatnya.

Berikut tiga pernyataan Erdogan yang menyerang kredibilitas Macron.

Erdogan: Macron Melampaui Rasa tak Hormat

  1. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, klaim Prancis soal Islam merupakan provokasi yang sangat berbahaya. Pernyataan Erdogan merespons perkataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan saat ini ‘Islam dalam keadaan krisis.’

“Pernyataan Emmanuel Macron tentang ‘Islam dalam krisis’ di kota di mana mayoritas Muslim telah melampaui rasa tidak hormat, dan merupakan provokasi yang jelas,” kata Erdogan pada pertemuan para pekerja masjid dan religius di ibu kota Turki, Ankara, dikutip laman Hurriyet Daily News, Rabu (6/10).

“Seorang presiden Prancis membuat pernyataan yang mendesak restrukturisasi Islam adalah “tidak sopan,” ujarnya menambahkan.

Jumat lalu, 6 Oktober, Macron mengumumkan rencana kontroversial melawan apa yang disebutnya “separatisme Islam” di negara itu. Dalam pidatonya di pinggiran barat Paris Les Mureaux, sebuah wilayah dengan populasi Muslim yang besar, Macron mengklaim bahwa Islam mengalami krisis di seluruh dunia.

Pernyataan itu memicu kecaman di kalangan Muslim di seluruh dunia. “Menyerang Muslim telah menjadi salah satu alat terpenting bagi politisi Eropa untuk menyembunyikan kegagalan mereka,” tegas Erdogan.

Erdogan pun mendesak Macron untuk bertindak seperti negarawan yang bertanggung jawab daripada berpura-pura menjadi gubernur kolonial. “Di banyak negara Barat, rasisme dan Islamofobia dilindungi oleh negara itu sendiri,” ujar Presiden Turki.

Sumber: Republika