Kategori
Politik

Ridwan Saidi: Namanya Juga Sinetron, Gelandangan Juga Bisa Diadakan Di Hotel Hilton

IDTODAY NEWS – Keberadaan tunawisma di Jalan Sudirman-Thamrin seperti yang ditemukan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini dipertanyakan oleh budayawan Betawi sekaligus pengamat sosial, Ridwan Saidi.

Menurut Ridwan Saidi, kalau Risma memang berniat merazia tunawisma yang perlu diperhatikan adalah di mana tunawisma itu tidur.

“Apa tidur di HI? Itu yang enggak masuk di akal,” ujar pria yang akrab disapa Babe Saidi ini seperti dikutip Redaksi melalui kanal Youtube TVOne, Jumat (8/1).

Menurutnya, tidak dipungkiri memang masih banyak tunawisma di Jakarta. Contohnya di kawasan Tanah Abang dan di sejumlah kolong jalan tol.

“Tetapi di tempat lain sudah tidak ada di Jakarta. Itu keberhasilan Pemda DKI dengan memberi penempatan,” sambungnya.

Ia pun lantas mempertanyakan tunawisma yang ditemui Mensos Risma. Bahkan Babe Saidi menilai ada sebuah keanehan.

“Jadi salah kalau cari gelandangan di Jakarta. Kalau untuk keperluan sinetron ya bisa saja. Namanya sinetron. Gelandangan juga bisa diadakan di Hotel Hilton,” sindir Ridwan Saidi.

Baca Juga: Puji Tulisan SBY Soal Peluang Sukses Indonesia, Rizal Ramli: Apakah Jokowi Mampu Melihat Peluang?

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Risma Temui Gelandangan di Thamrin, Ridwan Saidi: Nggak Masuk Akal

IDTODAY NEWS – Budayawan Jakarta Ridwan Saidi ikut menanggapi terkait polemik blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma. Ridwan heran dengan hasil penemuan blusukan Risma.

Menurut dia, blusukan Risma ketemu gelandangan di jalur Sudirman-Thamrin Jakarta tidak masuk akal. Ia mengatakan demikian karena merujuk penelitian yang masih dilakukan olehnya.

“Saya masih melakukan penelitian dengan biaya saya sendiri. Itu yang dikatakan ada tuna wisma di Sudirman-Thamrin mengherankan. Dia tidur di mana kalau malam. Kalau merazia tuna wisma, dia tidurnya di mana? Tidur di HI. Itu yang enggak masuk di akal,” kata Ridwan dalam acara Kabar Petang tvOne yang dikutip VIVA pada Jumat, 8 Januari 2021.

Ridwan pun menunjukkan beberapa tempat di Jakarta yang masih terdapat gelandangan seperti Tanah Abang dan kolong Tol Lodan. Untuk area protokol Ibu Kota, ia meyakini tak ada gelandangan.

“Yang saya bisa tunjukkan tempat-tempat tuna wisma itu masih ada di bongkaran Tanah Abang, masih ada di kolong Tol Lodan. Tapi, di tempat lain sudah enggak ada, sudah enggak ada,” jelas Ridwan.

Menurut dia, Pemerintah Provinsi DKI berhasil meminimkan keberadaan tunawisma. Ia menyinggung ada informasi keliru kepada Risma soal gelandangan di Sudirman-Thamrin. Ridwan pun meragukan soal video blusukan Risma di media sosial yang bertemu gelandangan.

“Video pada hari itu, di-day itu yang dibuat. Melongok aja ke Thamrin, kita kan ngerti yang begituan. Jangan dibuat video yang saat itu. Enggak ada, enggak masuk diakal,” tutur Ridwan.

Risma Dibela

Meski ramai dikritik, ada suara yang membela Risma terkait aksi blusukannya. Politikus PDIP Aria Bima membela kolega satu partainya tersebut.

Dia menekankan tak ada persoalan dengan gaya blusukan Risma menemui gelandangan. Menurut dia, cara blusukan eks Wali Kota Surabaya itu juga bukan pencitraan.

Bagi Aria, sosok Risma sudah populer karena keberhasilan memimpin Kota Surabaya selama dua periode. Dengan demikian, figur sekelas Risma pun tak perlu pencitraan dalam dalam blusukan.

“Pertanyaan balik ya, apa setingkat Bu Risma yang sukses dan cukup populer karena berhasil membangun kota Surabaya selama dua periode, terbukti sukses masih butuh namanya kepopuleran. Dan, untuk kesuksesan sebagai pencitraan. Ini yang saya pertanyakan, apa Bu Risma masih butuh itu?” kata Aria di acara Apa Kabar Indonesia Malam tvOne.

Dia mengatakan gaya blusukan adalah cara efektif bisa dekat kepada rakyat. Blusukan sebagai gaya kepemimpinan langsung menemui rakyat.

“Itu gaya kepemimpinan, blusuk kan artinya blusuk kepada rakyat. Bentuk gaya kepemimpinan transformatif,” ujar Aria.

Baca Juga: Pulang ke Sukoharjo, Abu Bakar Baasyir Dikawal Densus 88 dan BNPT

Sumber: viva.co.id

Kategori
Politik

Aksi Dudung Dinilai Tak Mewakili Pendapat TNI, Ridwan Saidi: Bisa Jadi Ada Sosok Powerfull

IDTODAY NEWS – Nama Pangdam Jaya, Mayjen TNI Dudung Abdurachman baru-baru ini menjadi perbincangan publik.

Hal ini berkaitan dengan aksi penurunan baliho Habib Rizieq Shihab yang dinilai telah melanggar.

Mengenai hal ini, mantan Anggota DPR sekaligus budayawan Betawi, Ridwan Saidi buka suara.

Ridwan Saidi menilai bahwa tindakan dari Dudung tak banyak disetujui oleh pihaknya.

“Itu (tindakan penurunan bailho, red.) tidak mewakili pikiran dan pendapat TNI ya,” ujar Saidi, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Channel Youtube Refly Harun, 3 Desember 2020.

Ia mengatakan bahwa ada respon dari Lemhanas dan beberapa pejabat-pejabat TNI lain seperti Sutiyoso dan Gatot Nurmantyo.

Kemudian ia menyatakan bahwa dengan adanya tindakan tersebut dikhawatrkan akan memecah belah hubungan TNI dan Islam.

Padahal, sejak peristiwa pembubaran Partai Komunis Indonesia di masa silam, Islam dan TNI mempunyai hubungan yang baik.

“Bagaiamapun, hubungan TNI dengan rakyat, hubungan TNI dengan Islam mudah-mudahan tidak terganggu dengan kasus baliho itu,” tegasnya.

Refly Harun pun kemudian menyinggung soal perintah penurunan baliho tersebut.

Ia menyatakan bahwa TNI sebelumnya secara resmi mengatakan bahwa itu bukan perintah dari pihaknya, namun TNI juga tidak marah soal kewenangan Dudung memerintah.

Di sisi lain, lanjutnya, KSP menyatakan bahwa penurunan baliho itu bukan perintah dari Presiden.

Refly pun bertanya, mengenai boleh atau tidaknya Pangdam berpangkat Mayjen bisa secara independen melakukan hal seperti itu.

“Ya ada yang merintah tapi itu bukan jalurnya kali. Kan begitu, yang jalurnya membantah semua. Kan itu faktanya. Lalu kalau yang jalurnya membantah semua kan ada di luar jalur,” ujarnya.

Lalu Refly Harun menanggapi pernyataan Saidi, dan menanyakan kemungkinan perintah itu datang dari sosok yang powerfull.

“Berarti sosok yang powerfull dong?” tanya Refly.

Menanggapi hal itu, Saidi menyebut bahwa kemungkinan memang seperti itu.

“Barangkali ada kaitannya dengan pengarahan dengan karangan bunga. Mungkin ya kan. Tapi saya rasa itu peristiwa tidak berlanjut lah, kan di daerah-daerah juga ada (peristiwa serupa), Jadi Pak Dudung ga begitulah,” tukasnya.

Baca Juga: Deklarasi Pemerintahan Papua Barat, Benny Wenda Siap Duduk Bersama Jokowi

Sumber: pikiran-rakyat.com

Kategori
Politik

Serangan ke Habib Rizieq dan Anies Baswedan, Ridwan Saidi: Lihat Politik Itu dari Helikopter

IDTODAY NEWS – Pengamat Politik, Ridwan Saidi menilai pencopotan spanduk dan baliho Habib Rizieq yang dimotori Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman, tidak mewakili pikiran dan pendapat TNI secara keseluruhan.

Hal itu dikatakan Ridwan dalam video berjudul ‘Kerahkan TNI, Penguasa Akui Habib Rizieq Tokoh Besar’ yang disiarkan melalui chanel YouTube Refly Harun, Kamis (3/12/2020).

Ridwan menyebut banyak petinggi TNI yang tidak sependapat dengan langkah yang dilakukan Mayjen Dudung.

Ridwan berharap hubungan TNI dengan rakyat, hubungan TNI dengan Islam tidak terganggu dengan kasus baliho HRS.

Ia mengenang masa lalu ketika TNI bekerja sama dengan kelompok Islam untuk menumpas PKI di Indonesia.

“Waktu TNI dan Islam menghadapi PKI kan orang bilang formulanya itu 2H=1, dua hijau itu jadi satu,” ucap Ridwan.

Selain pencopotan spanduk dan baliho, Ridwan juga menyoroti pengerahan pasukan Komando Operasi Khusus atau Koopsus ke kawasan Petamburan Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Koopsus merupakan pasukan elite dari tiga matra yang berada di bawah Panglima TNI dan bisa diperintah langsung oleh Presiden.

Kategori
Politik

Sebut Tak Ada ‘Stok’ Maaf Lagi untuk Prabowo, Ridwan Saidi: Berpolitik Itu Bukan Bakat Dia

IDTODAY NEWS – Prabowo Subianto diketahui telah masuk ke dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Pertahanan Indonesia.

Menanggapi hal tersebut salah satu Budawayan Betawi, Ridwan Saidi mengaku kecewa.

Pasalnya menurut Ridwan Saidi atau yang kerap disapa Babe Saidi, Prabowo dinilai meninggalkan para pendukung setianya.

Babe Saidi juga mengaku enggan memberi maaf untuk Menhan Prabowo yang dianggap lebih memilih Jokowi ketimbang para pendukungnya.

Kekecewaan Babe Saidi ditunjukkan saat menghadiri sesi perbincangan dengan Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun.

Sebagaimana diberitakan Pikiranrakyat-Bekasi.com dalam artikel “Kecewa pada Prabowo Subianto, Ridwan Saidi: Gak Ada Persediaan Maaf Lagi, Berpolitik Bukan Bakat Dia”, awalnya, Refly Harun menanyakan pendapat Babe Saidi terkait Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan korupsi perizinan ekspor benih lobster.

Menurut Babe Saidi, tertangkapnya Edhy Prabowo merupakan puncak dari kehancuran sistem kepartaian.

“Menurut saya, ini puncak dari kehancuran sistem kepartaian. Karena hampir rata partai-partai yang mempunyai kursi di DPR itu terlibat dalam korupsi,” kata Ridwan Saidi.

Melihat banyaknya para pejabat di pemerintahan yang terlibat kasus korupsi, bahkan sampai melibatkan keluarganya, Babe Saidi lantas mengusulkan agar partai politik cukup dilibatkan di parlemen saja.

Sementara jabatan di dalam pemerintahan cukup diisi oleh orang-orang ahli di bidangnya, bukan dari partai politik.

“Jadi menurut saya, sistem politik kita, partai di parlemen saja, tidak usah di pemerintahan, biar di kabinet itu orang-orang ahli atau zaken kabinet. Bentuklah pemerintahan tanpa partai politik, itu jalan keluar terbaik bagi kita untuk menyelamatkan keuangan negara,” kata Babe Saidi.

Babe Saidi menjelaskan, zaken kabinet adalah suatu kabinet yang jajaran menterinya berasal dari kalangan ahli dan bukan representasi dari suatu partai politik tertentu, yang berlangsung pada tahun 1950-1959.

“Dan jujur selama 9 tahun gak ada sepotong menteri yang kena perkara,” ujar Babe Saidi.

Refly Harun lantas menyinggung terkait permintaan maaf Edhy Prabowo. Namun, Babe Saidi mengatakan bahwa stok maafnya sudah habis.

Apalagi yang meminta maaf bukan Edhy Prabowo langsung tetapi Partai Gerindra yang diwakilkan oleh Sekretaris Jenderal Ahmad Muzani.

“Yang minta maaf itu bukan Edhy Prabowo tapi Ahmad Muzani,” ujar Babe Saidi.

Lebih lanjut Babe Saidi juga mengatakan tak ada maaf untuk Prabowo Subianto.

“Saya gak ada persedian maaf buat dia (Prabowo), yang lebih gede dan yang lebih besar itu dia tinggalkan, puluhan juta pemilih di Lebak Bulus, kok enggak minta maaf?,” kata Babe Saidi.

Babe Saidi sangat kecewa dengan sikap Prabowo Subianto yang lebih memilih Jokowi ketimbang puluhan juta pemilihnya.

“Puluhan juta Prabowo tinggalkan begitu saja, dia pergi ke Jokowi. Kita tahu bagaimana rakyat berpanas-panasan, berdesak-desakan, rakyat teriak-teriak, suaranya habis, dia pakai ongkos sendiri dan sebagainya, sekarang dia pergi ke Jokowi begitu saja, ngomong pun enggak sampai gini hari. Kok enggak minta maaf?,” tutur Babe Saidi.

Saat ditanya tentang peluang Prabowo Subianto pada Pilpres 2024 mendatang, Babe Saidi menilai karier politik Prabowo Subianto telah habis.

“Ini sudah berat lah buat Gerindra bangkit. Gak ada (peluang), selesai dia. Saya kira buat dia (Prabowo), sportif saja. Berpolitik itu bukan bakat dia. Berpolitik itu gak gampang, mesti ada blood. Jadi politikus itu berat, gak mudah,” kata Babe Saidi.

Baca Juga:ICW Minta Tim OTT Edhy Prabowo Dilibatkan Dalam Pencarian Harun Masiku

Sumber: pikiran-rakyat.com

Kategori
Politik

Murka ke Prabowo, Ridwan Saidi: Stok Maaf untuk Anda Sudah Habis

IDTODAY NEWS – Budayawan Betawi Ridwan Saidi mengungkapkan kekecewaannya terhadap Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 lalu. Saking kecewanya, ia mengaku tak mau memaafkan Prabowo.

Hal itu terungkap saat Ridwan Saidi berbincang bersama Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun melalui kanal YouTube Refly Harun Official.

Awalnya, Refly Harun meminta pendapat Ridwan Saidi terkait Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang ditangkap KPK terkait suap perizinan ekspor benih lobster atau benur.

Menurut Ridwan, penangkapan Edhy Prabowo menjadi bukti kehancuran sistem kepartaian di Indonesia.

“Ini puncak kehancuran sistem kepartaian, karena rata-rata partai yang memiliki kursi di DPR terlibat korupsi,” kata Ridwan seperti dikutip Suara.com, Senin (30/11/2020).

Ridwan mengusulkan agar jabatan di pemerintahan diisi oleh orang-orang yang ahli di bidangnya, bukan dari partai.

Sehingga para kader partai cukup berlaga di parlemen, tidak perlu masuk ke rana pemerintahan.

Refly sempat menyinggung terkait permintaan maaf yang disampaikan oleh Edhy Prabowo pascatertangkap oleh KPK.

“Dia (Edhy) minta maaf kenapa babe enggak bisa memaafkan?” tanya Refly.

Ridwan menegaskan, Edhy Prabowo bukanlah orang yang ia benci dan tak bisa ia maafkan. Melainkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto lah yang dinilai telah membuat kesalahan besar pada Pilpres 2019 sehingga tak termnaafkan.

“Saya tidak ada persediaan maaf buat dia (Prabowo), yang lebih besar dia tinggalkan puluhan juta pemilih di Lebak Bulus, kok enggak minta maaf?” ungkap Ridwan.

Ridwan menyayangkan sikap Prabowo yang dinilai telah meninggalkan para pendukung setianya demi bergabung di pemerintahan Jokowi.

Sebagai salah satu anggota tim pemenangan Prabowo kala itu, Ridwan mengaku mengetahui langsung para pendukung setia Prabowo telah berjuang mati-matian untuk memenangkan Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga Uno kala itu.

Namun, dengan mudahnya Prabowo justru beralih masuk ke pemerintahan tanpa memikirkan perjuangan para pendukungnya.

“Kita tahu bagaimana rakyat panas-panasan, berdesakan, teriak-teriak sampai suaranya habis. Sekarang prabowo pergi ke Jokowi begitu saja, ngomong pun enggak sampai sekarang,” protes Ridwan.

Saat ditanya mengenai peluang Prabowo memenangkan Pilpres 2024 mendatang, Ridwan menilai karier politik Prabowo telah habis.

Menurutnya, Prabowo tidak memiliki bakat dalam dunia politik.

“Enggak ada (peluang menang Pilpres 2024). Selesai dia. Sportif saja, politik itu bukan bakat dia (Prabowo),” tegasnya.

Baca Juga: Jokowi: Kasus Aktif dan Kesembuhan Corona Memburuk Semuanya!

Sumber: suara.com

Kategori
Politik

Ridwan Saidi Perkirakan Habib Rizieq Dijemput Jutaan Orang

IDTODAY NEWS – Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab telah memastikan kepulangannya ke Indonesia pada Selasa 10 November 2020 mendatang. HRS pun diperkirakan akan disambut banyak pihak saat dia tiba di Jakarta.

Pengamat politik Ridwan Saidi memprediksi ada jutaan orang yang akan ikut menyambut kepulangan Habib Rizieq di Bandara Soekarno Hatta. Hal itu bisa terjadi karena Habib Rizieq sosok yang sangat dikenal dan dihormati banyak orang di Indonesia.

“Menurut saya Ya barangkali bandara itu akan (dipenuhi) jutaan orang. Jutaan orang ke bandara sebab itu luar biasa dia punya nama ke mana-mana. Orang tahu Habib Rizieq itu bisa jutaan orang,” kata Ridwan dalam sebuah video di akun Youtube Refly Harun, yang dikutip Jumat, 6 November 2020.

Ridwan mengatakan, serangkaian perlakuan negara kepada Habib Rizieq, justru membuat nama Habin Rizieq semakin terangkat.”Jadi kalau orang didzolimi itu namanya bakalan naik. beliau ditahan pernah mengalami macam-macam,” ujarnya.

Pria yang juga merupakan budayawan Betawi tersebut mengatakan Habib Rizieq mempunyai kharisma yang istimewa sehingga bisa mengumpulkan massa. Salah satunya yang paling diingat Ridwan adalah ketika aksi massa 2 Desember 2016 atau dikenal dengan aksi 212.

“Habib Rizieq kemampuan dia mengerahkan massa. Bagaimana pun juga waktu campaign yang dimenangkan oleh Anies bertarung dengan Ahok itu kan dari udara kan foto udara itu membenarkan bahwa itu 7 juta waktu 212 itu. Bagaimanapun juga itu kemampuan Habib Rizieq, kharisma Habib Rizieq,” ungkapnya.

Hal itu lah yang juga menjadi ketakutan sebagian kelompok tertentu. Dari situ kelompok yang merasa ketakutan dengan kekuatan Habib Rizieq akhirnya memberi julukan macam-macam. “Makanya orang memunculkan istilah rupa-rupa kadrun lah, ini lah, itu lah,” ujar Ridwan.

Sumber: viva.co.id