IDTODAY NEWS – Kondisi ekonomi Indonesia sepanjang 2020 jauh dari berhasil. Selain karena pandemi Covid-19 yang melanda, kegagalan ekonomi juga terjadi karena strategi yang dikembangkan tim ekonomi pemerintah, khususnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Adapun di tahun 2021, situasi ekonomi Indonesia masih akan sulit. Bahkan bisa lebih sulit dari situasi krisis 1998. Hal ini mungkin sekali terjadi, karena tim ekonomi pemerintah masih dikendalikan oleh aktor dan pikiran yang sama.

Demikian disampaikan ekonom senior DR. Rizal Ramli dalam perbincangan dengan redaksi, Kamis siang (24/12).

Rizal Ramli mengulangi kembali penilaiannya mengenai kesemrawutan kebijakan fiskal akibat kebijakan pro utang Sri Mulyani.

Menurut Rizal Ramli, kebijakan utang Sri Mulyani memberikan keuntungan begitu besar kepada pihak pemberi utang.

Mantan Menko Perekonomian itu memberikan contoh figuratif. Misalnya, ada bank yang menawarkan kredit dengan pinjaman 15 persen.

Biasanya, para pengusaha yang ingin mengambil kredit itu akan mencoba untuk melakukan negosiasi agar bisa mendapatkan bunga di bawah 15 persen.

Tetapi ternyata ada juga yang malah mau membayar bunga lebih tinggi, misalnya dua persen, selama 10 tahun. Indonesia kelihatannya masuk dalam kelompok yang tak biasa ini.

Kebijakan beruutang dengan bunga yang lebih tinggi itu menjadi khas tim ekonomi Indonesia di bawah Menkeu Sri Mulyani.

“Di seluruh dunia ini tidak ada negara yang Menteri Keuangannya bersedia membayar bunga yang lebih tinggi. Menteri Keuangan di negara lain berusaha mati-matian agar bisa membayar bunga yang lebih rendah,” kata Rizal Ramli lagi.

Hal lain yang disoroti Rizal Ramli adalah tax holiday yang ditawarkan kepada pengusaha kakap, tetapi malah bikin kantong pemerintah cekak.

Sepanjang 2020 ini tax ratio tdak mencapai 10 persen. Rizal Ramli membandingkannya dengan masa dirinya menjadi Menteri Keuangan di era Presiden Abdurrahman Wahid. Di masa itu tax ratio yang berhasil merealisasi tax ratio hingga 11,5 persen dari GDP.

“Sebelum pandemi Covid-19, tax ratio sebesar 10 persen. Di era pandemi ini penerimaan pajak akan lebih anjlok lagi, bisa antara 60 sampai 65 persen dari target,” ujarnya.

Baca Juga  Doa Bebas Pandemi Covid-19, Malam Ini Airlangga Hartarto Hadiri Majelis AH Pimpinan Nusron Wahid

Melihat apa yang terjadi di tahun 2020 ini, Rizal Ramli memperkirakan kondisi ekonomi Indonesia di tahun depan akan lebih sulit. Bahkan bisa lebih sulit dari situasi di era krisis 1998.

“Citra dan dukungan masyarakt untuk Presiden Joko Widodo semakin jatuh bersama kebijakan utang dan kesalahan-kesalahan Sri Mulyani lainnya di sektor keuangan,” demikian Rizal Ramli.

Baca Juga: Risma Jadi Mensos, Gubernur Khofifah Keluarkan SK Whisnu Sakti Pimpin Kota Surabaya

Sumber: rmolsumut.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan