Tantangan kedua, yaitu meningkatnya tren Islamophobia di berbagai belahan dunia. Ma’ruf mencontohkan, serangan atau pelecehan terhadap muslim di AS dari tahun ke tahun terus meningkat.
“Pelecehan terhadap orang Islam di AS pada 2016 meningkat 36 persen jika dibanding tahun 2001. Pengalaman yang sama juga terjadi di Eropa. Pada tahun 2017, rata-rata 1 dari 3 muslim yang disurvei mengalami diskriminasi dan prasangka buruk,” katanya.
Namun, apabila diteliti lebih dalam, sebut Wapres, sumber utama dari kebencian terhadap Islam ini adalah ketidaktahuan atau juga ketidakpahaman mengenai ajaran Islam.
“Al-insaanu aduwwu maa jahiluu (manusia itu cenderung memusuhi apa yang tidak diketahui),” ungkapnya.
Sedangkan yang ketiga, lanjut Wapres, tantangan besar adalah kondisi sosial dan ekonomi umat Islam yang hingga kini masih sangat memprihatinkan. Data menunjukkan bahwa, pada 2018 hanya 31 negara dari 57 anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) yang memiliki tingkat literasi di atas 90 persen.
Dengan demikian, maka negara-negara muslim, menurutnya, masih harus berjuang melawan kemiskinan. Saat ini ada 350 juta orang di negara-negara OKI yang hidup di bawah US$1,25 per hari dan tingkat rata-rata pengangguran di negara OKI 6 persen pada 2018, atau di atas rata-rata pengangguran dunia yang 5,1 persen.
“Data-data di atas saya angkat untuk menunjukkan betapa masih besarnya pekerjaan rumah kita semua untuk memajukan umat Islam,” kata Ma’ruf.
Sumber: viva