Waspada! Pakar Hukum UGM Ungkap Modus Pasal Susupan di UU Cipta Kerja

Sejumlah menteri saat menyerahkan omnibus law RUU Cipta Kerja ke DPR RI. (Foto: Suara.com/Novian)

IDTODAY NEWS – Pengesahan Undang-undang Omnibus Law Cipta Kerja tinggal menunggu ditandatangani Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Ahli Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Zainal Arifin Mochtar mengkhawatirkan adanya kesempatan penyusupan pasal-pasal ketika UU Cipta Kerja itu diserahkan kepada pemerintah untuk proses final.

Zainal Zainal menjelaskan, setelah RUU Ciptaker disahkan menjadi sebuah undang-undang, nantinya draft tersebut akan dikembalikan kepada pemerintah untuk perbaikan pasal ataupun kesalahan pada penulisan kata serta huruf.

Baca Juga  UU Cipta Kerja, Keinginan Jokowi yang Jadi Nyata 8 Poin Merugikan Pekerja di UU Cipta Kerja

Pada kesempatan itu, ia mengetahui seringkali menjadi kesempatan untuk memasukkan pasal.

“Praktik yang terjadi biasanya kita sudah lihat dalam beberapa kesempatan itu terjadi penambahan-penambahan pasal,” jelas Zainal dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (7/10/2020).

Ia mencontohkan ketika Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun menemukan ada yang bertambah di dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu. Kala itu Refly menemukan ada empat pasal baru yang diselundupkan masuk ke UU Pemilu.

Baca Juga  Ferdinand Dukung Aparat Tangkap Dinar Candy: Ancaman Hukumannya Jelas!

“Dalam beberapa misalnya apa yang disampaikan Refly Harun dulu terhadap undang-undang Pemilu, yang itu dari 235 pasal itu berkembang menjadi 240 pasal. Tiba-tiba ada empat pasal yang masuk begitu saja,” ujarnya.

Hal tersebut membuat Zainal menilai pentingnya sebuah draft akhir setelah RUU Ciptaker setelah disahkan. Justru poin itu yang dianggapnya hilang saat pembahasan RUU Ciptaker karena tidak semua anggota DPR RI memegang draft RUU Ciptaker. Adapun memegang namun isinya berbeda-beda.

Baca Juga  UU Cipta Kerja Resmi Diteken Jokowi, Mahasiswa akan Aksi Besar-besaran Lagi

“Padahal draft itu sebenarnya adalah harusnya milik semua anggota DPR, karena anggota DPR harusnya mengkritisi draft yang akan disetujui menjadi tahapan persetujuan dalam undang-undang,” tuturnya.

Sumber: suara.com

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan