IDTODAY NEWS – Panglima Kodam (Pangdam) V/Brawijaya periode 2019-2020, Mayjen (Purn) Widodo Iryansyah menceritakan pengalaman perjalanan kariernya ketika sudah menduduki jabatan perwira tinggi (pati).

Widodo menjelaskan, setelah menjabat Komandan Korem (Danrem) 121/Alambhana Wanawwai (ABW) pada 2015-2017, ia mendapat promosi menjadi Kepala Staf Kodam (Kasdam) V/Brawijaya pada 2017-2018.

Kala menjabat Danrem di Sintang Kalimantan Barat (Kalbar), Widodo memiliki atasan, yaitu Panglima Kodam (Pangdam) XII/Tanjungpura Mayjen Andika Perkasa. Andika menjabat Pangdam periode 2016-2018.

“Dari Danrem, saya Kasdam Brawijaya tidak pernah ketemu lagi (dengan Jenderal Andika Perkasa), setelah itu saya patisus (perwira tinggi khusus) 10 bulan, Mbak. Jenderal bintang satu mantan Kasdam jadi pengangguran,” kata Widodo lewat akun Youtube TNI AD yang diunggah pada Selasa (29/12).

Ketika tidak memiliki jabatan, Widodo sempat bingung. Namun, ia urung sedih lantaran ternyata ada puluhan jenderal lain yang bernasib sama dengannya.

“Eh ternyata bukan saya saja Mbak, ada juga bintang dua, juga bintang tiga, 76 Jenderal gak punya jabatan. Padahal nyetak surat jenderal susahnya minta ampun,” kata abituren Akmil 1987 ini.

Widodo mengaku, untuk meraih pangkat bintang itu sebenarnya sulit. Namun, karena posisi jabatan sudah penuh maka banyak Jenderal yang akhirnya nonjob. Hal itu juga diikuti dengan ratusan perwira menengah (pamen) yang tidak memiliki jabatan.

Baca Juga  Bioskop Diklaim Tingkatkan Imunitas, Pengamat: Perlu Kajian Matang

“Untuk mendapatkan Jenderal itu, aduh perjuangannya luar biasa. Dan terbayang bukan 76 Jenderal saja, ternyata ada 450 Kolonel juga yang tidak punya jabatan. Mulai habis sekolah ga punya jabatan, pulang habis penugasan tak punya jabatan, yang bermasalah juga tak punya jabatan, yang ga ada masalah apa-apa juga tak punya jabatan, numpuk di situ (Mabesad),” kata Widodo.

Kondisi banyak Jenderal dan Kolonel yang nonjob membuat ritme kerja di Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) menjadi tidak bagus. Ketika mendapat promosi menjadi kepala staf Angkatan Darat (KSAD) pada 2018 menggantikan Jenderal Mulyono, Jenderal Andika langsung menyusun pengembangan organisasi. Banyak status jabatan dinaikkan dengan tujuan mereka yang tak punya jabatan bisa terserap.

“Suasana ga bagus, nah di sinilah pertama kali kepemimpinan Jenderal Andika jadi KSAD diuji. Diuji bagaimana bisa memecahkan permasalahan 76 Jenderal ini kan sekitar 450 Kolonel yang tak punya jabatan saat itu, tadi kan saya bilang, beliau mempunyai misi jauh ke depan,” kata Widodo.

Ketika validasi organisasi yang disusun Jenderal Andika disetujui Presiden Jokowi lewat Perpres Nomor 66 Tahun 2019 tentang Susunan Organisasi TNI, akhirnya masalah pati dan pamen nonjob menjadi terselesaikan.

Baca Juga  Akbar Faizal ke Risma: Anda Sekarang Menteri Bu, Duduklah di Kantor

“Sehingga beliau lah yang bisa memecahkan masalah itu. Dan pelan-pelan pada saatnya tak lama beliau menjabat KSAD, semuanya punya jabatan. Baik yang 76 jenderal sama yang 450 itu, beliau mengembangkan organisasi,” kata Widodo.

Dia mengungkapkan, validasi organisasi di TNI AD bukan tanpa kritik. Menurut Widodo, banyak perwira juga yang mengkritik langkah Andika. Termasuk Widodo sendiri kurang setuju dengan posisi bintang tiga tertentu.

Namun, setelah berdiskusi dengan atasannya, Widodo yang kala itu menjabat staf ahli KSAD akhirnya setuju dengan keputusan Andika yang merupakan teman seangkatannya di Akmil.

“Pada awalnya banyak perwira-perwira yang tidak setuju dengan konsep beliau mengembangkan, saya sendiri pernah berdikusi dengan KSAD waktu saya jadi sahli, saya diskusi sama beliau, saya tidak setuju dengan salah satu organisasi, kenapa kok dikasih bintang sekian, apa relevansinya, beban tugasnya apa, kok sampai diberi bintang tiga seperti itu,” kata Widodo.

Dia mengaku, diberikan pemahaman oleh Andika dan akhirnya mendapatkan wawasan. Setelah itu, konsep yang disusun Andika akhirnya disetujui para bawahan.

“Tetap betul apa yang dibilang beliau itu, yang tadinya konsep banyak yang tidak setuju, konsep beliau dengan validasi baru dengan pengembangan organisasi, ternyata sekarang ini semuanya baru mengakui, betul konsep Jenderal Andika ini jadi solusi saat ini,” kata Widodo.

Baca Juga  Sebut Abu Janda Penyusup di NU, Eks Waketum PBNU: Akhlaknya Bukan Pengikut Aswaja

Dia mencontohkan, jabatan danrem banyak yang naik status. Kalau dulunya diisi Kolonel, kini diembang Brigjen. Menurut dia, dinamika menuntut pengembangan organisasi sehingga kenaikan status korem bisa diterima.

“Contohnya semua danrem, tadi kan di TNI AD ada 10 yang bintang satu yang wilayahnya di perbatasan, sekarang seluruh korem yang posisinya di ibu kota provinsi bintang ada 35 bintang itu sangat wajar sekali karena tuntutan ke depannya,” ucap Widodo.

Meski memiliki pimpinan yang murah senyum, Widodo mengaku, Jenderal Andika juga bisa galak ke anak buahnya. Hal itu terjadi jika kinerja anak buahnya memble. Widodo termasuk yang pernah dimarahi karena pekerjaan yang diberikan tidak tuntas.

“Meski senyum-senyum terus, beliau bisa marah, saya juga dimarahi. Walaupun beliau senyum-senyum terus ya marah ya marah kalau pekerjaan kita gak beres, siap memang salah wajar memang memarahi karena kita tak maksimal,” ujar Widodo.

Baca Juga: Perawat AS Positif Covid-19 Setelah Disuntik Vaksin Pfizer

Sumber: republika.co.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan