Banser Geruduk Madrasah di Rembang, Minta Sekolah Ditutup, Tangkap Pimpinannya

Banser geruduk madrasah di Rembang. (Foto Iwan Andrik/Radar Bromo)

IDTODAY NEWS – Ratusan anggota Banser geruduk madrasah yang dielola Yayasan Al Hamidy Al Islamiyah di Desa Kalisat, Kecamatan Rembang, Pasuruan Jawa Timur, Kamis (20/8).

Mereka mengepung lembaga pendidikan TK, MI dan MTs itu, lantaran disinyalir menjadi sarang pengkaderan organisasi terlarang, Hizbut Tharir Indonesia (HTI).

Aksi tersebut berlangsung sekitar pukul 10.00. Sebelum menggruduk lembaga pendidikan setempat, ratusan anggota Banser Bangil, juga mendatangi salah satu rumah simpatisan HTI, Abdul Halim di Desa Rembang.

Mereka melurug rumah Abdul Halim lantaran postingannya yang dianggap melecehkan tokoh NU, Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, alias Habib Luthfi.

Dalam akunnya, Abdul Halim menyebutkan kalau penolakan khilafah yang merupakan ajaran Islam karena urusan perut.

Bukan hanya menulis postingan, Abdul Halim juga memampangkan gambar dan pandangan Habib Luthfi tentang khilafah yang dianggap tidak cocok diterapkan di Indonesia.

“Kami datang ke sini, untuk mengklarifikasi apa maksud dari postingan tersebut. Ingat, perjuangan dan kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran ulama,” kata Saad Muafi, Ketua PC Anshor Bangil.

Baca Juga  Anies Pastikan Fasilitas Umum yang Rusak Akibat Demo Akan Diperbaiki Secepatnya

Muafi-sapaannya mengaku, postingan yang dilakukan Abdul Halim merupakan penghinaan terhadap Watimpres dan juga seorang Thariqoh dunia, Habib Luthfi. Bahkan, apa yang disampaikannya di facebook juga sebuah penghinaan bagi NU.

Hal inilah yang membuat ia dan pasukannya datang. Mereka hendak memintai klarifikasi atas apa maksud postingan tersebut.

“Kami juga sudah lakukan pemeriksaan di sekitar rumah yang bersangkutan. Kami temukan bendera HTI dan beberapa lembaran yang berkaitan dengan HTI,” sampainya.

Usai menggruduk rumah Abdul Halim, ia dan pasukannya bergerak ke Yayasan Al-Hamidy Al Islamiyah di Kalisat, Kecamatan Rembang.

Jarak rumah Abdul Jalim ke madrasah cukup jauh karena beda desa. Mereka mendatangi lembaga pendidikan setempat, karena disebut-sebut menjadi “sarang” simpatisan HTI.

“Kami memiliki bukti-bukti, kalau di sini menjadi tempat pengkaderan HTI,” tambah Muafi saat ditemui di yayasan setempat.

Baca Juga  Tak Terbendung! Sejak Pagi Simpang Gadok Jadi Lautan Umat

Kedatangan mereka, disambut oleh salah satu guru madrasah setempat, Zainullah. Ketegangan mewarnai aksi tersebut. Untungnya, tidak sampai ada aksi anarkis.

“Apa salah saya. Kalau memang salah, silahkan laporkan saja ke pihak kepolisian,” ungkap Zainullah.

Zainullah menjamin, tidak ada penyebaran HTI di madrasah setempat. Meski saat diminta untuk membuat pernyataan, dirinya enggan untuk membuatnya.

“Saya jamin, tidak ada paham HTI di sini,” sambungnya.

Dalam penelusuran di yayasan setempat, Banser menemukan sejumlah hal yang mengganjal.

Menurut Muafi ada beberapa temuan dari hasil peninjauan yang dilakukan pasukannya ke yayasan setempat. Salah satunya, foto Presiden Joko Widodo yang dicoret-coret menggunakan kapur. Bagian kedua matanya dilingkari. Sementara bawah hidungnya diberi kumis.

Hal ini dinilainya sebuah penghinaan terhadap Presiden. Selain itu, ia dan pasukannya juga menemukan gambar wakil presiden yang masih Yusuf Kalla. Padahal, pilpres sudah diselenggarakan setahun lebih.

Baca Juga  Cerita Mantan HTI yang Menjadi Anggota Banser

Namun, tidak ada satupun foto Wapres, Makruf Amin yang ditemukan. “Kami juga tidak melihat ada bendera yang berkibar,” sambungnya.

Ia mensinyalir, kalau lembaga pendidikan tersebut menjadi tempat pengkaderan ideologi HTI.

Ia pun khawatir, bila dibiarkan, akan merusak pola pikir anak-anak yang menjalani pembelajaran di madrasah setempat.

“Tutup ini sekolah, ambil (tangkap) ini orang karena buktinya sudah jelas. Saya mau yang ini diproses, yang tadi juga diproses, karena sudah jelas bukti-buktinya,” imbuhnya.

“Saya ingin proses pimpinan yang ada di sini yang sudah menghina presiden kita. Yang kedua adalah tutup sekolah ini, cabut izinnya,” tegasnya.

Muafi juga menegaskan, sudah melakukan pelaporan atas kasus ini ke pihak kepolisian. Laporannya, berkaitan dengan dugaan penghinaan melalui facebook serta dugaan penyebaran paham HTI.

“Kami sudah layangkan laporannya ke Polres. Ada dua orang yang kami laporkan. Mereka, diduduga kuat merupakan dedengkot HTI,” sampainya.

Sumber: pojoksatu.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan