IDTODAY NEWS – Istilah negara panggung untuk negara-negara Asia Tenggara telah disinggung oleh antropolog terkemuka berkebangsaan Amerika Serikat, Cliffort Geertz dalam “The Theatre State”. Secara singkat, digambarkan bahwa sebuah negara panggung lebih menonjolkan drama, simbolisme, narasi, dan persepsi lebih penting dari realitas.

Begitu tokoh senior DR. Rizal Ramli merangkum pandangan Cliffort Geertz yang sesuai dengan kehidupan saat ini. Di mana elite politik hanya bermain panggung, mulai dari lip service, pencitraan, melempar sembako, dan membangun proyek mercusuar tanpa tujuan yang jelas.

Baca Juga  Andi Arief: Kecolongan 2 Kali Mega Lawan SBY Tak Perlu Ditangisi

Di satu sisi, mereka mengabaikan kehidupan masyarakat, kebebasan berpendapat, dan antikritik.

“Elite manipulatif cukup bermain di panggung tanpa perlu memperbaiki realitas kehidupan rakyatnya yang susah,” ujar Rizal Ramli kepada redaksi, Selasa pagi (14/9).

Padahal banyak pemimpin di Asia yang bisa menjadi contoh bagi negara lain untuk bisa membuat negara yang dipimpin jadi disegani dan rakyat hidup dalam kesejahteraan.

Baca Juga  Jokowi Datang ke Apotek Kehabisan Obat Covid, Rocky Gerung: Itu Pesan Siap-Siap Kalian Meninggal

Mantan Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu mengurai bahwa nama-nama seperti Mahathir Mohamad, Lee Kwan Yew, Thaksin, dan Xin Ping bukan pemain panggung. Mereka adalah pemimpin hebat yang berhasil menjadi “transformer” dan “game changer” untuk bangsanya.

“Mereka juga berhasil memperbaiki nasib rakyatnya. Kalau elite manipulatif di sini sibuk main drakor dan pencitraan,” tutupnya.

Sumber: rmol.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan