IDTODAY NEWS – Krisis yang sedang dihadapi bangsa ini jauh lebih mengerikan ketimbang krisis moneter di tahun 1997-1998. Di saat itu, sekalipun krisis melanda dunia, laju ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 2,4 persen. Bahkan secara keseluruhan sepanjang tahun ekonomi Indonesia bisa tumbuh 6,1 persen.

Begitu tegas peneliti senior Institut For Strategic And Development Studies (ISDS), Aminudin seperti dikutip dari Duta.co, yang merupakan anggota Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), Minggu (23/8).

“Kita sedang menuju ke jurang resesi terburuk. Pasca reformasi, inilah kondisi paling jeblok bagi Indonesia, bahkan dibanding negara-negara se-ASEAN,” terang alumni pengurus pusat alumni Universitas Airlangga itu.

Ekonomi tengah terjun bebas. Terlebih konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi 57,85 persen dari PDB, tumbuh minus 5,51 persen.

Tidak hanya itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau indikator investasi yang menyumbang 30,61 persen dari PDB, juga minus 8,61 persen.

“Ekspor yang memegang porsi 15,69 persen PDB, tumbuh minus 11,66 persen. Impor dengan porsi 15,52 persen tumbuh minus 16,96 persen. Betul-betul nyungsep,” tegasnya.

Kondisi semakin memprihatinkan lantaran konsumsi pemerintah dengan porsi 8,67 persen dari PDB tumbuh minus 6,9 persen. Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan porsi 1,36 persen tumbuh minus 7,76 persen.

“Ini indikator resesi yang berdampak luas pada meluasnya pengangguran dan kemiskinan. Pada gilirannya meningkatkan kerawanan sosial seperti kriminalitas,” tambah Aminudin.

Pertanyaannya kini, siapa orang yang mampu membuat terobosan dan memulihkan kondisi ekonomi bangsa.

Sorot mata tentu tertuju pada ekonom senior DR. Rizal Ramli. Terlebih Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur itu sudah mengantongi jurus jitu untuk mendongkrak ekonomi hanya dalam waktu setahun.

Baca Juga  Rizal Ramli Desak Jokowi Mundur, Netizen: Serahkan Saja ke Dia Pak Sebelum Gila

Aminudin tidak meragukan prestasi Rizal Ramli. Apalagi, mantan Menko Kemaritiman itu pernah mencatat sukses di era Gus Dur. Di mana saat itu ekonomi yang minus 3 persen berhasil didongkrak menjadi positif 4,5 persen. Artinya, jurus RR kala itu ampuh mengerek ekonomi hingga 7 persen dalam waktu singkat.

Selain itu, angka kemiskinan di era Gus Dur juga berhasil turun 5,5 persen.

Hanya saja, Aminudin menilai, RR tidak akan semudah di era Gus Dur dalam membalikkan kondisi ekonomi.

“Sulit dibayangkan RR yang sukses tangani ekonomi era Gus Dur bisa sukses berjalan sekarang. Mengapa? Karena era Gus Dur tak banyak conflict of interest, sehingga RR berani tolak arahan Gus Dur jika dinilai mengganggu ekonomi. Dan, hebatnya lagi, Gus Dur legowo menyerahkan kepada ahlinya,” urainya.

Saat ini presiden Indonesia bernama Joko Widodo. Di mana, sambung Aminudin, banyak konflik kepentingan yang melilit sang presiden. Mulai dari kepentingan titipan para taipan, asing hingga kepentingan RRC.

“Bahkan menteri-menteri di kabinet ini, rumornya juga terkait setoran ke pusat kekuasaan. Dan RR bukan tipe teknokrat yang berorientasi pada setoran upeti untuk atasan,” terangnya.

Sebagai solusi, RR disarankan untuk tidak sebatas menjadi menteri di kabinet Jokowi. Melainkan mengambil alih peran Jokowi sebagai presiden.

“Sebaiknya RR memang memegang tampuk kekuasaan. Menjadi presiden bukan sekedar menteri. Apalagi dia harus menghadapi oligarki,” pungkasnya.

Sumber: rmol.id

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan