Kategori
Politik

Jokowi: Resesi dan Krisis yang Datang Bertubi-tubi Berhasil Kita Lampaui

IDTODAY NEWS – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bangsa Indonesia telah melalui etape-etape ujian yang berat. Ia pun bersyukur bangsa Indonesia berhasil melampuinya

“Perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah melalui etape-etape ujian yang berat. Alhamdulillah kita berhasil melampauinya,” ujar Jokowi dalam pidato di sidang tahunan MPR, Senin (16/8/2021).

Jokowi menuturkan, Kemerdekaan Republik Indonesia bukan diperoleh dari pemberian ataupun hadiah, tetapi direbut melalui perjuangan di semua medan.

Perang rakyat, perang gerilya, dan diplomasi di semua lini kata Jokowi dikerahkan, dan buahnya membuat Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.

“Resesi dan krisis yang datang bertubi-tubi dalam perjalanan setelah Indonesia merdeka, juga berhasil kita lampaui,” ucap Jokowi.

Kata Jokowi, setiap ujian memperkokoh fondasi sosial, fondasi politik, dan fondasi ekonomi bangsa Indonesia. Setiap etape memberikan pembelajaran dan sekaligus juga membawa perbaikan dalam kehidupan kita.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebut pandemi Covid-19 telah memacu semua pihak untuk berubah. Yakni mengembangkan cara-cara baru, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos ketidakmungkinan.

“Kita dipaksa untuk membangun normalitas baru dan melakukan hal-hal yang dianggap tabu selama ini,” tutur Jokowi.

Kata Jokowi, memakai masker, menjaga jarak, tidak bersalaman, dan tidak membuat keramaian adalah kebiasaan baru yang dulu dianggap tabu.

“Bekerja dari rumah, belanja daring, pendidikan jarak jauh, serta rapat dan sidang secara daring, telah menjadi kebiasaan baru yang dulu kita lakukan dengan ragu-ragu,” ucapnya.

Tak hanya itu, Jokowi mengatakan di tengah dunia yang penuh disrupsi sekarang ini, karakter berani untuk berubah, berani untuk mengubah, dan berani untuk mengkreasi hal-hal baru, merupakan fondasi untuk membangun Indonesia Maju.

“Kita telah berusaha bermigrasi ke cara-cara baru di era Revolusi Industri 4.0 ini, agar bisa bekerja lebih efektif, lebih efisien, dan lebih produktif. Adanya Pandemi Covid-19 sekarang ini, akselerasi inovasi semakin menyatu dalam keseharian kehidupan kita,” katanya.

Sumber: suara.com

Kategori
Politik

Anies Baswedan: Krisis Adalah Perubahan Yang Dipercepat

IDTODAY NEWS – Tahun 2020 yang baru berlalu akan terus dikenang sebagai tahun yang penuh dengan kisah perjuangan, di mana manusia menghadapi tantangan lintas jaman dalam bentuk Covid-19.

Demikian disampaikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam pernyataan awal tahunnnya yang diunggal hari ini Jumat (1/1).  

Anies menambahkan, di tahun 2020,

daya tahan, stamina dan fokus kita diuji.

Namun di sisi lain, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada generasi masa depan bahwa kita bisa menghadapi tantangan pandemi dan insya Allah bisa melewatinya dengan baik.

Anies Baswedan yang baru pulih dari infeksi Covid-19 menambahkan, di tahun 2021 tahun kita masih menghadpai tantangan yang sama. Dengan demikian kita perlu menjaga stamina dan menjalani seluruh protokol kesehatan.

“Di tahun 2021 dengan semangat baru kita bisa menghadapi dan melewati tantangan pandemi,” kata dia lagi.

Menurut Anies, pandemi mengajarkan banyak hal dan memberikan banyak hikmah.

“Krisis adalah perubahan yang dipercepat. Tahun 2021 adalah kesempatan bagi kita semua untuk melakukan perubahan yang dipercepat,” masih katanya.

Pola hidup, kegiatan dan aktivitas ekonomi keseharian harus disesuaikan untuk menjawab tantangan pandemi.

“Kita hadir dengan semangat baru, hadir dengan wawasan baru. Insya Allah sukses mengiringi kita semua,” demikian Anies Baswedan.

Baca Juga: Balas Andi Arief Soal Jenderal Tua, Mahfud MD: Hormat untuk Pak SBY

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

Pemerintah Jangan Sibuk Panggil Gubernur Dan Ulama, Lihat Perekonomian Semakin Krisis

IDTODAY NEWS – Pemerintahan Joko Widodo terlihat sibuk mengurusi hal remeh temeh seperti memanggil Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hingga para tokoh ulama. Namun lupa bahwa perekonomian semakin krisis.

“Semestinya penguasa negara fokus mengatasi resesi ekonomi yang tengah melanda negeri ini. Dengan cara para menteri kabinet ini serius bekerja dan berkarya serta saling sinergi agar ekonomi segera pulih kembali,” ujar salah satu pengacara Habib Rizieq Shihab (HRS) yang juga Mujahid 212, Damai Hari Lubis, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (19/11).

Hal itu lebih berguna bagi rakyat Indonesia dibanding hanya sibuk mengurusi hal yang remeh temeh seperti memanggil para gubernur dan ulama.

Terlebih lagi, lanjut Damai, apabila hal remeh temeh ini dilanjutkan pada penahanan terduga pelaku, yang rata-rata kasus remeh temeh terkait penyampaian pendapat kritis terhadap kebijakan pejabat publik.

“Selanjutnya bagaimana pula dengan risiko kesehatan para terduga yang dilakukan penahanan dalam sel yang mesti protokoler?” tanya Damai.

“Apakah sumber resesi ekonomi penyebabnya adalah suara vokal dari para tokoh kritis? Diibaratkan rumah sakit dan pasiennya, bila rumah sakit salah berikan obat, dikhawatirkan banyak pasien semakin parah dan rumah sakit pun bangkrut karena tidak dipercaya. Begitu juga negara ini bila salah langkah penanganan malah semakin ruwet pada semua sektor, akhirnya bangkrut,” sambungnya.

Dengan demikian, Damai menyarankan agar semua para tokoh dari berbagai untuk untuk dialog, diskusi, untuk bersama-sama menjaga negeri.

“Bukan dikejar-kejar dan ditangkapi. Terlebih mereka para tokoh agama dan tokoh akademisi dan aktivis hukum, bukan para penjahat yang terindikasi koruptor,” pungkas Damai.

Sumber: rmol.id

Kategori
Kesehatan

Media Asing Sebut Menkes Terawan Bertanggung Jawab atas Krisis Covid-19

IDTODAY NEWS – Media asing menyoroti Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas krisis akibat Covid-19 di Indonesia.

Menyadur Asia Times, Rabu (23/9/2020) media asing menyebutkan “Tidak jelas bagi banyak orang Indonesia mengapa Presiden Joko Widodo tetap percaya pada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dokter militer yang pada awalnya berusaha untuk meremehkan ancaman virus corona dan sejak itu menghilang dalam tindakan memerangi pandemi.”

Keputusan Presiden tersebut dinilai semakin membingungkan mengingat Kementerian Kesehatan adalah rumah bagi kelompok virus terbesar di ibu kota dengan 252 kasus yang dikonfirmasi, diikuti oleh Kementerian Perhubungan (175), Komisi Anti-Korupsi (106) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan ( 89), menurut data Pemprov DKI Jakarta.

Meskipun setidaknya 107 dokter dan 74 perawat meninggal karena Covid-19, infeksi Kementerian Kesehatan semuanya terjadi di kalangan birokrat di kantor pusat kementerian di Kuningan, Jakarta dan tampaknya menunjukkan bahwa pemerintah tidak mempraktikkan apa yang diberitakannya.

Padahal, kementerian dan lembaga negara mengisi 12 dari 20 cluster teratas di Jakarta. Sisanya adalah dua masjid di pinggiran kota, sebuah gereja dan seminari Katolik yang tidak terkait,dan PT Samudera, perusahaan pelayaran terbesar di Indonesia.

Asia Times juga menyoroti banyaknya pejabat Indonesia yang sudah terpapar Covid-19. Sekretaris Pemerintah Kota Jakarta Saefullah meninggal karena Covid-19 pekan lalu, dan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman, yang sedang mempersiapkan pilkada, sedang menjalani perawatan.

Sebelumnya ada Menteri Perhubungan Budi Karya, yang beruntung selamat dari penyakit yang sejauh ini telah menewaskan 9.600 orang dan menginfeksi lebih dari 244.700, kebanyakan dari mereka di pulau Jawa yang berpenduduk padat di mana jarak sosial sulit untuk dilaksanakan.

Jumlah penularan harian mencapai angka 4.000 untuk pertama kalinya pada 19 September, hanya beberapa hari setelah Gubernur Jakarta Anies Baswedan memperkenalkan PSBB transisi dalam upaya untuk menahan lonjakan kasus.

Sementara kesalahan pasti jatuh pada pemerintah, sebagian besar disebabkan oleh kurangnya disiplin di antara para pekerja yang tidak memakai masker atau mengambil tindakan pencegahan lain di ruangan kantor ber-AC, di mana virus diketahui menyebar lebih cepat.

Dalam beberapa hari terakhir, pemerintah telah menerjunkan militer sebagai tenaga tambahan untuk memperkuat 50.000 petugas polisi yang dikerahkan di kota Jakarta untuk memaksa orang-orang mematuhi protokol kesehatan, termasuk pemakaian masker dan menjaga jarak secara fisik.

Media asing tersebut juga menyebutkan penularan Covid-19 di lingkungan perkantoran baik BUMN maupun swasta karena aturan bekerja dari rumah dilonggarkan.

Satu kantor kecil di Jakarta milik sebuah perusahaan minyak dan gas hancur oleh penyakit tersebut, CEO untuk Indonesia dan wakilnya di Australia meninggal dalam beberapa hari dan tujuh dari 19 staf dinyatakan positif Covid-19.

Tiga karyawan perusahaan pelayaran Samudera menghitung meninggal karena Covid-19, tetapi sebagian besar dari 51 pekerja lain yang tertular virus telah dinyatakan sembuh, menurut Shanti Poesposoetjipto, ketua dewan komisaris perusahaan.

Samudera memiliki lebih dari 6.000 karyawan yang tersebar di 64 lokasi di Indonesia dan 58 kantor dan lokasi lainnya di 27 negara, memberikan tantangan yang lebih besar daripada kebanyakan perusahaan Indonesia.

Asia Times menyebutkan Menteri Kesehatan sejak awal menjadi sumber kontroversi. Ketika pertama kali dilantik menjadi kabinet periode kedua Jokowi Oktober lalu, Ikatakan Dokter Indonesia (IDI) memperingatkan bahwa ia sedang dalam pemeriksaan karena pelanggaran etika kedokteran.

Spesialis radiologi dan jenderal bintang tiga tersebut dituduh memperjuangkan apa yang disebut pengobatan “pencucian otak intra-arteri” untuk pasien stroke, yang dikenal sebagai “pencucian otak,” yang belum terbukti secara ilmiah aman.

Dengan menggunakan angiografi pengurangan digital, yang biasanya merupakan alat diagnostik, Menkes Terawan justru menggunakan prosedur tersebut sebagai bentuk terapi, yang telah diterima secara luas oleh pasiennya karena tidak ada efek samping yang dilaporkan.

Dalam pembelaannya, Presiden Joko Widodo menyebut pengalaman Terawan dalam mengelola anggaran dan sumber daya manusia sebagai mantan direktur Rumah Sakit Tentara Gatot Subroto (RSPAD), yang kini menjadi salah satu rumah sakit utama yang merawat pasien virus corona yang sakit kritis.

Ironisnya, presiden juga mencatat kemampuan jenderal berusia 56 tahun itu dalam menangani penyakit endemik, sebuah klaim yang semakin mendapat sorotan selama enam bulan terakhir karena Indonesia berjuang keras untuk menahan penyebaran virus Covid-19.

Ketika membentuk Satgas Covid-19 Nasional April lalu, Presiden Jokowi memilih jenderal lain yakni Doni Monardo, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nasional, untuk memimpin badan tersebut dalam mosi tidak percaya pada menteri kesehatannya.

Pejabat yang terlibat dalam penanggulangan pandemi mengatakan mereka bingung mengapa Terawan tetap di posisinya, terutama setelah Presiden Jokowi marah pada pertemuan Kabinet Juni yang menyatakan baru sebagian kecil anggaran yang dicairkan.

“Ada perbedaan besar antara bekerja di rumah sakit dan di kementerian,” kata seorang pejabat, yang ingat Menkes Terawan mengeluh kepada seorang anggota senior Kabinet bahwa dia tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari beberapa birokrat eselon atasnya.

Baru-baru ini, pensiunan jenderal Luhut Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Penanaman Modal, ditugaskan menangani pandemi di Jakarta dan provinsi terparah di Jawa Barat, Tengah, dan Timur, Bali, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan. dan Papua.

Irma Hidayana, seorang dokter kesehatan masyarakat dan salah satu pendiri Koalisi Komunitas untuk Covid-19, sebuah pusat pelaporan virus corona swasta, mengatakan jika Menkes Terawan telah melakukan pekerjaannya sejak awal, virus itu bisa dikendalikan.

Media asal Hong Kong tersebut juga menyebutkan Menkes Terawan, sebagai seorang profesional medis, kehilangan rasa urgensi. Ketika Covid-19 menguasai kota Wuhan di China dan menyebar ke Asia Tenggara pada akhir Februari, tanggapan pertamanya adalah meminta orang Indonesia untuk berdoa.

“Jika ada negara lain yang memprotes pendekatan kami, biarkan saja,” katanya, seraya mencatat bahwa Indonesia pada saat itu belum mencatat kasus resmi penyakit tersebut. “Ini adalah hak bangsa kita untuk mengandalkan Yang Mahakuasa.”

Komentar Terawan yang menyebutkan bahwa lonjakan permintaan masker merupakan reaksi berlebihan dan bahwa tidak semua kasus dugaan virus corona di Indonesia telah diuji karena efisiensi anggaran juga menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan.

Kecurigaan mulai muncul bahwa upaya sedang dilakukan untuk meremehkan pandemi ketika data resmi tampaknya berbeda dari informasi yang diberikan – dan terkadang bocor – oleh rumah sakit pemerintah yang dijalankan oleh kementerian itu sendiri.

Bahkan saat ini, ada keraguan luas tentang angka resmi kementerian yang keluar setiap hari, beberapa ahli epidemiologi memperingatkan bahwa jumlah sebenarnya bisa lima atau bahkan 10 kali lebih besar.

Sementara itu, sedikit yang telah dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengujian, yang masih jauh di bawah tes usap (PCR) 267.000 seminggu yang diperlukan untuk memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia 1.000 per satu juta populasi.

Terlepas dari upaya bersama, sejauh ini para jurnalis tidak dapat menentukan dana apa yang telah disisihkan oleh pemerintah pusat untuk pengujian atau untuk menemukan gangguan keuangan lainnya yang dapat memberikan petunjuk di mana letak prioritas pengeluaran.

Lebih dari 87,5 triliun rupiah dialokasikan untuk perawatan kesehatan dalam paket stimulus 695,2 triliun yang diumumkan Juni lalu. Tahun depan, jika semua berjalan sesuai rencana, pemerintah akan memiliki beban tambahan untuk membayar vaksin bagi sekitar 93 juta orang Indonesia pada skala sosial yang lebih rendah.

Ahli epidemiologi mengatakan penting bagi pemerintah untuk mengubah strategi dan memfokuskan semua sumber dayanya pada pengujian di zona merah di sembilan provinsi yang bersama-sama telah berkontribusi pada 177.000 kasus di seluruh negeri.

Jakarta memimpin dengan 60.000 kasus dan 1.500 kematian, diikuti oleh Jawa Timur dengan 40.000 kasus positif Covid-19.

Sumber: suara.com

Kategori
Politik

PBNU Minta Pilkada Ditunda, Said Aqil: Anggarannya untuk Penanganan Krisis Kesehatan Saja

IDTODAY NEWS – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengusulkan kepada pemerintah untuk menunda penyelenggaraan Pilkada 2020.

“PBNU meminta kepada KPU, pemerintah, dan DPR RI untuk menunda pelaksanaan tahapan Pilkada serentak tahun 2020 hingga tahap darurat kesehatan terlewati,” tulis Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dalam keterangan resmi, Minggu (20/9).

Said Aqil menilai, sebagaimana lazimnya perhelatan politik, momentum pesta demokrasi selalu identik dengan mobilisasi massa.

Ia melanjutkan, kendati ada pengetatan regulasi terkait pengerahan massa, terbukti dalam pendaftaran pasangan calon telah terjadi konsentrasi massa yang rawan menjadi klaster penularan.

“Fakta bahwa sejumlah penyelenggara pemilu, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta para calon kontestan Pilkada di sejumlah daerah, positif terjangkit Covid-19,” ujarnya.

Untuk itu, PBNU menyarankan saat ini prioritas utama kebijakan negara dan pemerintah selayaknya diorientasikan untuk mengentaskan krisis kesehatan.

“PBNU meminta (pemerintah dan penyelenggara-red) untuk merealokasikan anggaran pilkada bagi penanganan krisis kesehatan dan penguatan jaring pengaman sosial,” jelas Said Aqil.

Selain itu, PBNU juga mengingatkan kembali untuk meninjau ulang pelaksanaan pilkada.

Dalam Rekomendasi Konferensi Besar Nahdlatul Ulama tahun 2012 di Cirebon, pelaksanaan pilkada dinilai menimbulkan banyak mudarat.

“PBNU perlu mengingatkan kembali Rekomendasi Konferensi Besar Nahdlatul Ulama tahun 2012 di Cirebon perihal perlunya meninjau ulang pelaksanaan Pilkada yang banyak menimbulkan mudarat berupa politik uang dan politik biaya tinggi,” papar Said Aqil.

Sumber: jpnn.com

Kategori
Politik

Anggota DPR: Ucapan Menkes Sangat Buruk, Dia Gagal Benahi Krisis Kesehatan

IDTODAY NEWS – Pernyataan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto yang menyebut masih banyak tenaga kesehatan cadangan sekitar 3.500 dokter hingga perawat untuk menangani pandemi Covid-19 di tanah air terus menuai kontroversi.

Anggota Komisi III DPR, M. Nasir Djamil menilai ucapan seorang menteri kabinet Presiden Joko Widodo seperti itu tidak etis. Pasalnya, ucapan tersebut seolah tidak menunjukkan empati kepada para tenaga medis yang telah gugur.

“Ucapan Terawan bukanlah cara yang tepat dan cerdas. Pernyataan itu bisa diinterpretasi seolah-olah dokter itu barang yang ada di gudang,” ujar Nasir Djamil kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (15/9).

Menurut politisi PKS ini, komunikasi publik dari pembantu Presiden Jokowi itu sangat buruk terhadap para korban keganasan Covid-19 terutama para tenaga medis.

“Komunikasi publik sejumlah menteri di kabinet Jokowi sangat buruk dan kurang berempati dengan korban terutama para dokter,” sesal Nasir Djamil.

Terawan, kata Nasir Djamil, telah gagal melakukan manejemen krisis kesehatan dalam penanganan pandemi Covid-19 di tanah air.

Alih-alih berupaya serius, mantan Kepala RSPAD Gatot Soebroto itu justru membuat pernyataan yang terkesan menyepelekan matinya seorang dokter yang menjadi garda terdepan menangani Covid-19.

“Dia gagal membenahi manajemen krisis dan mengatasi persoalan. Akibatnya masalah pandemi menempatkan tenaga kesehatan dalam bahaya dan keselamatan masyarakat pun makin terancam,” tutup Nasir Djamil.

Menkes Terawan sebelumnya menyebutkan jumlah tenaga medis telah disiapkan untuk cadangan. Setidaknya sebanyak 3.500 dokter hingga 685 relawan dan 800 tenaga Nusantara Sehat siap dipanggil jika suatu saat benar-benar dibutuhkan menangani pandemi Covid-19.

“Yang sudah ditempatkan ada sebanyak 16.286 orang tersebar di rumah sakit Covid-19 dan laboratorium sarana kesehatan untuk melayani terkait Covid-19,” kata Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Senin (14/9).

Sumber: rmol.id

Kategori
Politik

6 Jurus Rizal Ramli Agar Bangsa Terbebas Dari Krisis Akibat Corona

IDTODAY NEWS – Solusi atas berbagai macam krisis (multikrisis) yang tengah dihadapi Indonesia ternyata telah ada di kantong ekonom senior, DR. Rizal Ramli.

Secara teoritis, sosok yang kerab disapa RR ini berpandangan, strategi penanganan multikrisis mesti berkiblat kepada kesejahteraan masyarakat.

Menko Perekonomian era Presiden Gus Dur ini memiliki 6 jurus jitu supaya perekonomian negara bisa pulih.

“Prinsipnya sederhana, ekonominya harus berpihak kepada rakyat menengah ke bawah,” ujar RR dalam acara virtual Ngopi Bareng RR bersama Gus Aam bertajuk ‘Membangkitkan Ekonomi Pesantren di Tengah Pandemik, Keniscayaan atau Ilusi?’, Senin (24/8).

Mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) ini menjabarkan satu demi satu strategi untuk menangani krisis ekonomi yang disebabkan pandemik virus corona baru (Covid-19).

Strategi pertama adalah memompa daya beli masyarakat lewat program subsidi yang tepat sasaran.

“Kalau rakyat dikasih daya beli, yang menengah bawah, pasti mereka belanjain, akhirnya sektor retail naik, akhirnya permintaan naik. Begitu permintaan naik orang bisnis baru bisa bergerak lagi. Jadi jangan di balik-balik, mau bikin ini mau bikin itu selama krisis,” paparnya.

Kemudian kedua, memberikan alokasi kredit yang lebih besar kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Tidak seperti alokasi kredit yang digelontorkan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang 80 persen untuk pelaku usaha besar.

“Hari ini total kredit perbankan untuk usaha kecil dan menengah kurang dari 20 persen. Yang 80 persennya ke yang pengusaha besar. Nanti kalau insyaAllah Rizal Ramli memimpin kita geser nih alokasi kredit untuk usaha kecil menengah dari 20 persen, kita naikan 50 persen selama 5 tahun. Itu dampaknya dahsyat,” ungkapnya.

Selanjutnya RR memaparkan strategi ketiga yang terkait pengelolaan sumber daya alam (SDA) Indonesia dengan cara membuat aturan konsensi eksplorasi yang lebih menguntungkan negara ketimbang investor asing.

“Nanti negara ambil 51 persen dari semua kepemilikan sumber daya alam, 49 persen itu dikasih lah sama pengsuaha yang lama. Dia senang juga kok, daripada nol,” ungkapnya.

Untuk strategi keempat, RR memiliki ide untuk mengembangkan perbankan syariah dengan merombak habis sistem dan struktur perusahaannya. Tujuannya, ialah untuk memberikan akses keuangan yang murah dan merata bagi masyarakat kelas menengah ke bawah di seluruh wilayah Indonesia.

“Lima bank pemerintah itu masing-masing punya bank syariahnya, BRI punya, Mandiri punya, dan segala macam. Nanti kita gabungin semua. Jadi bank syariah satu aja cukkup. Nah mereka nanti yang agresif masuk ke desa-desa,” ungkapnya.

Adapun untuk strategi kelima, RR akan menjadikan Indonesia sebagai mangkok pangan Asia, yakni dengan mengutamakan produksi pertanian di dalam negeri dan mengurangi import.

Nantinya, RR akan mengeluarkan kebijakan harga (pricing policy) untuk harga gabah dan harga pupuk agar bisa memberikan keuntungan bagi petani Indonesia.

“Jadi dengan kebijakan pro petani dan pro pertanian kita tetapkan pricing policy, kebijakan harga supaya petani tuh untung, lebih untung daripada jadi supir ojek. Caranya gimana? Pricing policynya setiap tahun harus nambah minimal 10 persen, 5 tahun jadi double (keuntungan petani),” paparnya.

“Dan (strategi) terkahir kita akan kirimkan 50 ribu anak Indonesia, asal pintar, dari desa-desa kita kirimkan ke luar negeri. Supaya 5 tahun lagi mereka jadi pemuda-pemuda yang mengubah Indonesia,” demikian Rizal Ramli.

Sumber: rmol.id